Eksplorasi Data Suku Bunga Riil Eksplorasi Data Devaluasi Riil

Gambar 27. Volatilitas Harga Ekspor Industri Besi dan Baja Volatilitas harga eskpor industri tekstil ditunjukan pada Gambar 28. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa volatilitas harga yang relatif besar terjadi pada periode pertengahan tahun 2001. Volatilitas harga ekspor industri tekstil pada periode tersebut melewati dua standar deviasi. Sementara itu pada periode selanjut volatilitas harga ekspor industri tekstil bervariasi pada kisaran lebih rendah dari satu standar deviasi. Bahkan mulai awal 2006 hingga akhir 2008 volatilitas harga ekspor industri tekstil berada dibawah nilai volatilitas rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa pergerakan harga yang terjadi berada pada kisaran perubahan yang relatif kecil. Gambar 28. Volatilitas Harga Ekspor Industri Tekstil Volatilatas variabel suku bunga riil ditunjukan pada Gambar 29. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa nilai volatilitas variabel SBI riil selama periode Januari 2002 sampai dengan Juli 2005 berfluktuasi dalam nilai yang relatif lebih rendah dibandingkan periode Agustus-Desember 2005. Pergerakan nilai volatilitas berada dalam batas lebih rendah dari dua standar deviasi. Namun demikian nilai volatilitas menunjukan peningkatan yang cukup tajam selama periode Agustus 2005 hingga mencapai puncaknya pada Desember 2005. Nilai volatilitas pada periode tersebut melebihi empat standar deviasi. Untuk periode salanjutnya, volatilitas suku bunga riil kembali menurun dan bergerak dalam batas lebih rendah dari dua standar deviasi. Gambar 29. Volatilitas Suku Bunga Riil Sementara itu, persentase perubahan dari nilai devaluasi riil ditunjukan pada Gambar 30. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa penurunan persentase perubahan yang relatif besar dari devaluasi riil terjadi pada periode Oktober 2005. Perubahan persentase nilai devaluasi riil pada periode tersebut mencapai sekitar -8 persen. Sementara itu perkembangan persentase perubahan devaluasi riil sepanjang periode analisis relatif berfluktuasi pada kisaran nilai 2 persen hingga -2 persen. Hal ini menunjukan bahwa persentase perubahan nilai devaluasi riil relatif cenderung bergerak disekitar nilai rataannya. Gambar 30. Perkembangan Persentase Perubahan dari Variabel Devaluasi Riil Berdasarkan besaran volatilitas yang terjadi pada sejumlah variabel ekonomi yang dianalisis maka dapat ditentukan besaran shock yang digunakan pada model CGE. Penentuan besaran shock dalam persentase perubahan diperoleh dengan membandingkan nilai volatilitas dengan data aktualnya. Perbandingan nilai aktual dan volatilitas didasarkan atas nilai rataan tahunan untuk periode tahun 2000 hingga 2009. Besaran shock untuk masing-masing variabel ditunjukan pada Tabel 15. Tabel 15. Besaran Shock Volatilitas Variabel Besaran Shock Harga Minyak Dunia 16.48 Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak 12.58 Harga Ekspor Industri Besi dan Baja 29.49 Harga Ekspor Industri Tekstil 11.60 SBI Riil 8.18 Devaluasi Riil -0.48

VI. ANALISIS DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI

6.1. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan

Deskripsi perkembangan sektor industri yang diuraikan pada bagian ini adalah untuk industri skala besar dan sedang di Indonesia. Perkembangan sektor industri pengolahan yang dideskripsikan meliputi perkembangan jumlah perusahaan, indeks produksi, nilai output, nilai tambah, ekspor dan impor, biaya input, modal tetap dan penggunaan energi. 6.1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Perkembangan jumlah perusahaan pada setiap jenis industri disajikan pada Tabel 16. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar industri mengalami pertumbuhan jumlah perusahaan yang cenderung negatif. Penurunan jumlah perusahaan terbesar selama periode 2006-2008 dijumpai pada industri Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir. Lebih lanjut penurunan jumlah perusahaan yang juga relatif besar terjadi pada industri kertas dan industri pakaian jadi yang termasuk dalam kelompok industri tekstil dan produk tekstil. Jumlah perusahaan sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 yang terbanyak adalah pada industri makanan dan minuman. Namun demikian, industri makanan dan minimum memiliki pertumbuhan jumlah perusahaan yang cenderung menurun setiap tahunnya dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 16, jumlah perusahaan pada industri makanan dan minuman sebanyak 6 615 unit pada tahun 2006 kemudian menurun sampai tahun 2008 menjadi hanya 6 316 unit.