data stok modal beserta sewa modal yang terperinci per komoditas. Keterbatasan ketersediaan data seperti ini menjadi kendala dalam melakukan estimasi elastisitas
substitusi input primer di Indonesia. Dengan pola pertanian yang tidak terspesialisasi, sangat sulit memisahkan tenaga kerja per komoditi atau kelompok
komoditi. Pada satu tahun tertentu seorang petani dapat bekerja dalam menghasilkan lebih dari satu jenis komoditi pertanian. Kesulitan yang sama juga
ditemukan untuk data stok kapital tetap beserta nilai sewanya. Hal ini mengingat aktivitas pertanian umumnya dilakukan dalam skala kecil.
Selanjutnya pada penelitian ini, nilai-nilai elastisitas substitusi faktor primer menggunakan data pada model GTAP. Penyesuaian klasifikasi sektor dan
industri menjadi 44 sektor dilakukan untuk menyesuaikan data dasar Tabel Input Output dan SNSE tahun terbaru tahun 2005. Seluruh informasi elastisitas
substitusi faktor primer yang digunakan pada model CGE Recusive Dynamic ditunjukkan pada Lampiran 4.
4.4.4. Elastisitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam penelitian ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu: tenaga kerja tidak terdidik dan
tenaga kerja terdidik. Tenaga kerja ini diasumsikan dapat saling bersubstitusi dalam proses produksi mengikuti fungsi CES. Derajat substitusi diantara tenaga
kerja ini disebut sebagai elatisitas substitusi tenaga kerja. Hasil estimasi koefisien elastisitas ini untuk perekonomian Indonesia cukup sulit untuk ditemukan.
Sebagian besar studi yang membangun atau menerapkan model CGE di Indonesia mengadopsinya dari studi-studi sebelumnya untuk negara lain. Pada konstruksi
data dasar model INDOF misalnya, Oktaviani 2001 menggunakan angka 0.5 untuk seluruh sektor penelitiaannya yang juga dipakai pada penelitian ini. Angka
ini diperoleh dari studi Horridge et al. 1993 untuk model CGE perekonomian Australia. Angka yang sama juga telah digunakan oleh Buetre 1996 untuk model
perekonomian Filipina.
4.4.5. Elastisitas Pengeluaran
Elastisitas pengeluaran menunjukkan respon pengeluaran rumahtangga terhadap konsumsi berbagai jenis komoditi atas perubahan tingkat pendapatannya.
Secara teoritis pola hubungan antara tingkat pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumahtangga dipresentasikan oleh Hukum Engel yang menyatakan
bahwa peningkatan pendapatan rumahtangga akan diikuti oleh peningkatan pengeluaran konsumsi. Namun proporsi pengeluaran konsumsi untuk produk
pangan cendrung menurun, sementara proporsi pengeluaran untuk konsumsi produk non-pangan cendrung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan
rumahtangga. Berdasarkan konsep ini, rumahtangga yang tingkat penghasilannya relatif rendah pola konsumsinya akan dicirikan oleh proporsi pengeluaran untuk
produk pangan yang lebih besar sehingga permintaan pangan pada kelompok rumahtangga ini akan bersifat relatif elastis. Sebaliknya, pada kelompok
rumahtangga yang berpenghasilan lebih tinggi, justru permintaan produk non pangan yang akan bersifat relatif lebih elastis.
Estimasi koefisien elastisitas pengeluaran rumahtangga secara terperinci untuk keseluruhan kelompok rumahtangga terhadap berbagai jenis komoditas
yang dikonsumsi, membutuhkan data dan informasi yang sangat banyak dan waktu yang cukup lama. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pada penelitian
ini tidak dilakukan pengestimasian koefisien elastisitas pengeluaran rumahtangga. Untuk memenuhi keperluan penyusunan data dasar model CGE Recursive
Dynamic , koefisien elastisitas pengeluaran diambil dari data Susenas. Besarnya
koefisien elastisitas pengeluaran menurut kelompok rumahtangga untuk keseluruhan komoditas yang diteliti, ditunjukkan pada Lampiran 5.
4.4.6. Elastisitas Upah
Elastisitas upah menunjukkan respon permintaan atau penawaran tenaga kerja terhadap perubahan tingkat upah. Di dalam model INDOF nilai elastisitas
upah mengikuti nilai yang terdapat pada model ORANIGRD Oktaviani, 2008. Nilai tersebut sebesar 0.5 untuk elastisitas tenaga kerja dan 1 untuk aktualtrend
tenaga kerja.
4.4.7. Parameter Lainnya
Selain data untuk mengestimasi koefisien elastisitas, juga diperlukan data untuk mengukur beberapa parameter lainnya. Parameter-parameter tersebut terdiri
dari parameter investasi, rasio antara kapital dan investasi, tingkat depresiasi faktor, tingkat pengembalian modal bersih, dan trend tenaga kerja. Seluruh
parameter tersebut mengikuti besaran nilai yang digunakan di dalam model INDOF Oktaviani, 2000.
4.5. Pengujian Keseimbangan
Database
Database yang dihasilkan dari harus memenuhi persyaratan keseimbangan
umum. Keseimbangan pada tingkat sektor ditunjukkan oleh kesamaan total nilai input dan total penjualan pada masing-masing industri Dixon et.al., 1992.