isokuan produk 2. Titik-titik singgung tersebut membentuk kurva yang disebut Kurva Kontrak atau Contract Curve CC.
Disisi konsumsi, permintaan konsumen ditentukan oleh harga relatif barang 1 dan barang 2. Untuk menyesuaikan sektor penawaran dengan sektor
permintaan, maka digunakan konsep Kurva Kemungkinan Produksi KKP. KKP adalah kumpulan titik-titik yang menggambarkan transformasi dari satu produk
menjadi produk lain melalui alokasi faktor produksi. Slope dari KKP disebut sebagai Marginal Rate of Product Transformation MRPT. Pada pasar persaingan
sempurna kondisi keseimbangan terjadi ketika:
2 1
12
P P
MRPT =
Pada sisi konsumsi, kepuasan maksimal akan dicapai konsumen ketika tingkat konsumsi marginal Marginal Rate of SubstitutionMRS yang dicapai dari
konsumsi barang sama dengan rasio harga barang. Untuk kasus dua barang maka keseimbangan konsumsi dicapai ketika:
2 1
12
P P
MRS =
. Lebih lanjut, Nicholson 1997 menjelaskan bahwa Keseimbangan sektor
produksi dan konsumsi tercapai pada saat
2 1
12 12
P P
MRS MRPT
= =
.
MRPT menunjukkan tingkat transformasi suatu produk terhadap produk lain. MRS
menunjukkan sejauh mana konsumen mau mempertukarkan suatu komoditi dengan komoditi lainnya. Keseimbangan terjadi jika transformasi produksi sesuai
dengan tingkat substitusi konsumsi atau MRPT = MRS. Pengertian keseimbangan umum adalah bahwa kombinasi output dalam perekonomian harus optimal baik
dari sudut produsen maupun konsumen. Keseimbangan umum ditunjukkan pada Gambar 9.
Analisis keseimbangan umum pada dasarnya adalah penentuan keseimbangan harga dan kuantitas antar-pasar yang secara simultan saling
mempengaruhi. Kondisi di dalam satu pasar dapat mempengaruhi penetapan harga dan kuantitas keseimbangan pasar lainnya. Hal itu dapat dikarenakan barang dari
salah satu pasar merupakan input bagi pasar lainnya atau antara kedua pasar tersebut terdapat hubungan saling substitusi atau komplemen. Dalam analisis
keseimbangan umum tidak hanya dilakukan analisis pencapaian keseimbangan pada suatu pasar barang atau jasa tetapi juga efeknya terhadap keseimbangan di
pasar lainnya.
Sumber : Nicholson, 1997. Gambar 9. Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu
2.2.1. Tinjauan Studi Volatilitas
Studi terkait volatilitas variabel ekonomi telah dilakukan antara lain oleh Rahutami 2008. Rahutami 2008 melakukan studi terkait dengan volatilitas
X
1
X
2
x
1 1
x
1
x
1 2
O x
2 1
x
2
x
2 2
U
3
U
2
U
1
P
P C
C
C C
P
Slope
2 1
1 2
X X
P P
X X
− =
∆ ∆
Slope
2 1
1 2
X X
P P
X X
− =
∆ ∆
nilai tukar. Studi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati daya dukung ekonomi makro, terutama berkaitan dengan kondisi volatilitas nilai tukar di
ASEAN. Studi tersebut juga dimaksudkan untuk menganalisis kesiapan ASEAN dalam melakukan integrasi keuangan untuk mengurangi volatilitas nilai tukar.
Pengukuran volatilitas dilakukan dengan menggunakan moving average standard deviation MASD. Hasil studi menunjukan bahwa dalam ASEAN, Indonesia
merupakan negara yang mengalami pergerakan mata uang domestik terhadap US yang paling fluktuatif. Lebih lanjut diungkapkan bahwa adanya volatilitas mata
uang domestik negara-negara ASEAN terhadap US dan volatilitas Rupiah terhadap mata uang negara-negara ASEAN yang cenderung tinggi berimplikasi
terhadap biaya yang tinggi dalam transaksi perdagangan sehingga mengurangi manfaat dari integrasi perdagangan. Penelitian terkait volatilitas nilai tukar yang
dihubungkan dengan integrasi perdagangan juga telah dilakukan oleh Goeltom dan Suardhini 1997.
Sementara itu, studi volatilitas nilai tukar yang dikaitkan dengan sektor industri telah dilakukan oleh Kandilov 2011. Studi yang dilakukan
menggunakan model GARCH. Hasil studi yang diperoleh menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar memberikan dampak yang negatif terhadap investasi
perusahaan. Studi volatilitas yang terkait harga komoditi telah dilakukan antara lain
oleh Jordan et al 2007 dan Balcom 2010. Jordan et al 2007 melakukan studi yang ditujukan untuk mengukur tingkat volatitilias dari lima komoditi pertanian
yaitu: gandum, kedelai, jagung putih, jagung kunig dan bunga matahari. Dalam studi tersebut digunakan model ARIMA dan ARCH-GARCH. Hasil studi yang
diperoleh menunjukan bahwa sebagian komoditi memiliki tingkat volatilitas yang konstan yaitu gandum dan kedelai. Sementara itu, volatilitas harga jagung putih,
jagung kuning dan bunga matahri bervariasi antar waktu time varying. Lebih lanjut hasil studi mengungkapkan bahwa jagung putih merupakan komoditi
dengan tingkat volatiltas tertinggi. Balcom 2010 dalam studinya menganalisis volatilitas pada harga
komoditi pertanian. Hasil studi yang diperoleh menunjukan bahwa h ampir semua
komoditi memiliki trend stokastik yang signifikan dan sebagian besar komoditas memiliki komponen siklis. Lebih lanjut diungkapkan bahwa volatilitas masa lalu
adalah prediktor signifikan dari volatilitas saat ini dan volatilitas harga minyak merupakan prediktor yang bermakna terhadap volatilitas komoditas pertanian.
Dengan pertumbuhan sektor biofuel, harga komoditas dan harga minyak menjadi lebih terhubung, sehingga peran harga minyak di dalam menentukan volatilitas
bahkan lebih kuat di masa depan Studi terkait pengaruh shock harga minyak dalam perekonomian telah
dilakukan antara lain oleh Mehrara dan Sarem 2009 serta Lescaroux dan Mignon 2009. Salah satu tujuan dari studi Mehrara dan Sarem 2009 adalah untuk
menganalisis apakah terdapat hubungan kausalititas antara shock harga dan pertumbuhan output. Dengan menggunakan Grangger Causality Test berhasil
diungkapkan bahwa terdapat hubungan kausalitas yang kuat antara shock harga minyak dengan pertumbuhan output dalam perekonomian Iran dan Arab Saudi.
Lebih lanjut juga diungkapkan bahwa untuk kasus Indonesia, proksi minyak menunjukkan pengaruh terhadap output baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Sementara itu, Lescaroux dan Mignon 2009 dalam studinya menggunakan Grangger Causality Test untuk analisis jangka pendek dan time
series cointegration test untuk analisis jangka panjang. Hasil studi tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara harga minyak dan berbagai
variabel makro. .
Studi terkait dampak perubahan suku bunga dalam perekonomian antara lain telah dilakukan oleh Odhiambo 2009 dan Duburcq 2010. Odhiambo
2009 menggunakan cointegrasi dari error correction model. Hasil studi menunjukan bahwa ada dampak positif yang kuat dari kebijakan liberalisasi suku
bunga riil terhadap pasar finansial. Sementara itu, Duburcq 2010 menggunakan model VECM dalam studi yang dilakukannya. Hasil studi mengungkapkan
bahawa impulse respon membuktikan bahwa perekonomian yang menganut regim fixed exchange rate tidak mengalami kehilangan otonomi keuangan yang lebih
besar dibandingkan perekonomian yang menganut regim floating exchange rate. 2.2.2.
Tinjauan Studi Dinamika Industri
Kajian terkait dengan industri telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Pitelis dan Antonakis 2003 melakukan kajian terkait dengan industri
pengolahan dan daya saing untuk kasus di Greece. Isu utama dari kajian tersebut adalah terkait dengan perdebatan deindustrilisasi dan pentingnya industri
pengolahan. Berdasarkan isu tersebut, tujuan studi yang dilakukan adalah menguji hipotesi deindustrialisasi. Temuan dari kajian menunjukan bahwa perubahan
share industri pengolahan memiliki dampak positif dan signifikan terhadap daya saing. Lebih lanjut disimpulkan bahwa hasil tersebut mendukung pentingnya
industri pengolahan dalam komposisi output Greeke. Oliveira dan Fortunato 2006 melakukan kajiannya mengenai
pertumbuhan perusahaan dan kendala likuiditas. Kajian tersebut menguji bagaimana kendala likuidatas yang dihadapi oleh perusahaan akan mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan pengolahan di Portugis. Studi tersebut dilakukan terhadap semua skala perusahaan, termasuk usaha kecil. Hasil studi