Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Sumber: Mankiw, 2003. Gambar 4. Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang Sementara itu, dalam jangka pendek keseimbangan pada kondisi full employment terkadang tidak dapat terpenuhi. Ketidakseimbangan dari kondisi full employment pada jangka pendek atau yang lebih dikenal dengan siklus bisnis terjadi karena adanya guncangan shock dalam perekonomian. Guncangan yang terjadi dapat disebabkan oleh guncangan pada sisi AD ataupun AS. Guncangan tersebut membuat kondisi full employement dapat tidak tercapai. Guncangan pada sisi AD misalnya adalah: lonjakan investasi, lonjakan konsumsi, peningkatan dalam nilai tukar secara mendadak, dan pemotongan suku bunga yang tidak diprediksi Mankiw, 2003. Suatu lonjakan pada sisi AD, misalnya: lonjakan investasi, akan menggeser kurva AD ke kanan. Pergesearan AD ke kanan menyebabkan tingkat output dan harga relatif meningkat unexpected inflation. Lebih lanjut, dengan pergeseran AS ke kiri maka Output Y AD 1 SRAS 1 P e =P 1 P 1 P LRAS Y keseimbangan kembali pada tingkat alamiah dengan tingkat harga yang lebih tinggi Gambar 5. Sumber: Mankiw, 2003. Gambar 5. Guncangan Pada Permintaan Agregat: Lonjakan Investasi Sementara itu, guncangan pada sisi AS misalnya adalah peningkatan harga minyak secara mendadak dan penemuan teknologi baru. Guncangan akibat dari peningkat harga minyak akan menggeser AS ke kiri. Keseimbangan baru terbentuk pada tingkat output yang lebih rendah stagnasi dan harga yang lebih tinggi inflasi. Dengan demikian guncangan kenaikan harga minyak tersebut menyebabkan terjadinya stagflasi Gambar 6. Krisis finansial global yang saat ini terjadi merupakan salah satu bentuk dari guncangan dalam perekonomian. Akibat krisis sub prime mortgage yang terjadi sejak 2007 itu, sejumlah lembaga keuangan di dunia bangkrut. Secara makro, kerugian yang ditimbulkan oleh dampak krisis di AS terlihat dari turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia. Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia itu tentunya akan sangat berpengaruh terhadap sektor riil di negara yang SRAS 1 P e =P 1 P 2 P 3 AD 2 Y Output Y AD 1 SRAS 1 P e =P 3 P 1 P LRAS memiliki portofolio ekonomi yang besar dengan AS dan negara-negara yang terkena dampak secara signifikan dari krisis di AS tersebut. Sumber: Mankiw, 2003. Gambar 6. Guncangan Pada Penawaran Agregat: Lonjakan Harga Minyak Secara teoritis, Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam small open economy. Dengan demikian berbagai guncangan yang terjadi dalam perekonomian global akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Krisis di AS akan berpengaruh terhadap Indonesia paling tidak melalui dua jalur atau transmisi: 1 perdagangan atau ekspor impor dan 2 pasar keuangan. Melalui jalur perdagangan, krisis AS akan mempengaruhi neraca perdagangan ekspor-impor. Penurunan ekspor produk industri Indonesia ke AS dan negara-negara lain yang juga terkena dampak krisis akan menyulitkan industri dalam negeri dalam menjual produknya. Apabila kesulitan tersebut tidak dapat diatasi maka dapat mendorong industri untuk mengurangi volume produksi dan melakukan rasionalisasi PHK. Secara agregat penurunan produksi industri dan Y SRAS 1 P e =P 1 P 2 Output Y AD 1 SRAS 2 P e =P 2 P 1 P LRAS penyerapan tenaga kerja akan menyebabkan turunnya produk nasional dan meningkatnya pengangguran. Dari jalur keuangan, Indonesia berpotensi mengalami penurunan capital inflows, terutama dari investasi portofolio. Indonesia masih belum menjadi tempat yang atraktif bagi investasi langsung foreign direct investmentFDI. Dengan demikian, jika kepercayaan tidak terpelihara dengan baik, rupiah dan pasar modal menjadi tidak terkendali yang lambat laun akan mempengaruhi kinerja sektor riil.

2.1.2.2. Kebijakan Stabilisasi

Kebijakan stabilisasi adalah kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi tekanan fluktuasi ekonomi jangka pendek. Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk mengatasi fluktuasi jangka pendek adalah berupa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tujuan utama kebijakan fiskal dan moneter adalah mempertahankan agar perekonomian berada dalam keseimbangan permintaan dan penawaran dan mempertahankan tingkat harga yang terjadi Branson and Litvack, 1981. Upaya untuk menjaga keseimbangan tersebut diperlukan karena apabila terjadi ekses permintaan, akan menyebabkan inflasi. Sebaliknya permintaan yang kurang mencukupi akan mendorong terjadinya pengangguran dan deflasi. Ekspansi fiskal melalui belanja pemerintah G merupakan bagian dari pengeluaran agregat AE. Seberapa besar kebijakan fiskal melalui peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan output, tergantung pada besaran multiplier effect Branson and Litvack, 1981. Permasalahan mendasar pada negara berkembang adalah masalah current account deficit external imbalance dan tingginya tingkat pengangguran dan inflasi internal imbalance. Untuk mengatasi masalah unemployment diperlukan