Ekonomi dan Finansial HHBK

1, 2, 6 1, 3, 4, 5, 8, 10 1, 3, 4, 7, 8, 9 1, 7, 4 Gambar 4 Skema pemasaran HHBK di Indonesia. Keterangan : 1. Rotan; 2. Terpentin; 3. Kopal; 4. Damar; 5. Jelutung; 6. Arang; 7. Bambu ; 8. Madu; 9. Minyak kayu putih; 10. Biji tengkawang

2.11 Ekonomi dan Finansial HHBK

Sumadiwangsa 2006 pembedaan aspek dan finansial berkaitan dengan ruang lingkup pembahasannya, di mana aspek ekonomi lebih berbicara tentang pelaksanaan dan kontribusi perdagangan HHBK terhadap perekonomian nasional makro ekonomi, sedangkan aspek finansial lebih menekankan kepada kegiatan ekonomi di tingkat pelaksana usaha HHBK terhadap tingkat keuntungan usaha tersebut mikro ekonomi Kelayakan finansial usaha HHBK bertujuan untuk menentukan apakah usaha HHBK secara finansial menguntungkan atau apakah usaha tersebut mampu memenuhi kewajiban finansialnya berupa pendapatan yang layak atas modal usaha yang dikeluarkan dan sebagian dari keuntungan tersebut digunakan untuk pengembangan usaha yang dikeluarkan dari sebagian dari keuntungan tersebut digunakan untuk pengembangan usaha lainnya di masa depan. Hutan menghasilkan produk kayu dan produk bukan kayu atau dikenal dengan HHBK, demikian juga produk jasa lainnya. Meskipun pemerintah Indonesia dalam pengurusan hutannya lebih mementingkan produk kayu, namun perkembangan produksi beberapa HHBK pada tahun 2005-2006 telah menunjukan hasil yang signifikan sebagaimana dalam Tabel 2. Pasar Internasional Hutan ProduksiBahan Baku Produk Jadi Pasar Domestik Produk Setengah Jadi Tabel 2 Ekspor HHBK tahun 2005 dan 2006 No Produk 2005 2006 Volume kg Nilai US Volume kg Nilai US 1 Sirlak, Getah dan Damar 5.671.000 4.667.000 6.814.000 7.692.000 2 Bahan penyamakGambir 16.149.000 22.670.000 15.714.000 22.235.000 3 Terpentin 5.582.000 3.142.000 8.033.000 7.376.000 4 Rosin spritus oil 514.000 374.000 464.000 253.000 5 Ter kayu 36.000 22.000 6.000 6.000 6 Barang anyaman rotan 11.527.000 25.273.000 11.271.000 25.658.000 7 Rotan setengah jadi 19.795.000 16.514.000 23.088.000 21.106.000 8 Arang tempurung kelapa 6.784.000 607.000 1.524.000 121.000 9 Arang kayu lainnya 163.064.000 23.783.000 152.587.000 27.539.000 10 Arang untuk karbon aktif 269.299.000 30.156.000 2.012.676.000 70.738.000 11 Briket arang 345.823.000 34.042.000 567.853.000 43.763.000 Sumber : Dirjen Bina Produksi Kehutanan, Dephut 2009 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi HHBK berupa sirlak, getah, damar, terpentin, rotan setengah jadi, arang untuk karbon aktif, dan briket arang meningkat pada tahun 2006 dibandingkan dengan produksi HHBK tahun 2005. Hal ini menunjukan bahwa produksi HHBK mempunyai peluang untuk ditingkatkan . Selain peningkatan produksi, analisis finansial HHBK juga perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha HHBK. Pada Tabel 3 disajikan analisis finansial usaha HHBK di Indonesia . Tabel 3 Analisis finansial usaha HHBK di Indonesia dalam Sumadiwangsa 2006 No Bidang Usaha HHBK Pendapatan Rp Biaya Rp Keuntungan Rp Sumber 1. Temulawak 1 ha selama 1 musim 500.000 274.175 225.000 BCR = 1,824 Rukmana 1995 2. Ganyong 1 ha 900.000 684.000 216.000 BCR = 1,32 Suhardi, et al . 2002 3. Garut 1 ha 1.200.000 684.000 516.000 BCR = 1,75 Suhardi, et al. 2002 4. Kapolaga 1 ha, 3 tahun 3.600.000 2.000.000 1.600.000 BCR = 1,8 Santoso 1988 5. Penyulingan Kemedangan 947.200.000 451.220.500 495.979.500 BCR = 2,10 Yusliansyah 2004 6. Penyulingan Gaharu Teri 2.005.600.000 987.476.500 1.018.123.500 BCR = 2,03 Yusliansyah 2004 7. Budidaya Gaharu 10 tahun, terinfeksi 60 305.230.628 107.508.515 197.722.112 BCR = 2,84 IRR = 34,9 Suryanto 2004 8. Industri Minyak Kayu Putih di Gundih Rptahun 1.259 juta Perum Perhutani 2001 9. M. Kayu Putih di Sedangmole Yogyakarta Rptahun 3.139 juta IRR = 32 BCR = 1,54 PSA UGM 2003 10. Minyak Nilam Rphatahun 20-30 juta Sumadiwang sa 2001 11. Minyak Usarakar wangi Rphatahun 13-17 juta Sumadiwang sa 2001 12. Minyak sereh Wangi Rphatahun 4-6 juta Sumadiwang sa 2001 13. Budidaya Rotan di Jawa Rpha 812.903 325.160 487743 BCR = 2,5 Wiryodar modjo, et al. 1986 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa potensi HHBK di Indonesia sangat baik. Hal ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan HHBK di Indonesia. Pada Tabel 4 dapat dilihat beberapa perkembangan ekspor beberapa produk HHBK pada tahun 2000-2005. Tabel 4 Data ekspor produk HHBK dalam beberapa tahun terakhir dalam Sumadiwangsa 2006 Komoditi Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rotan ton 94.752,0 23.860,0 17.779,0 - - - Gondorukem ton 4162, 8 5685,8 4719,6 4881,6 863,4 - Kayu putih l 63.465,0 - - - - - Damarresin ton 5,224,0 30,1 28,9 - - - Terpentin ton 3.570,0 4.076,0 3,0 - - - Arang 174.338,0 157.417,0 188.264,0 5178,1 12436,3 - Gambir 33256,0 8691,9 7104,7 588,0 5 849,0 5 USD.622,5 Minyak atsiri t 2,7 - 33,2 4 - - - Gaharu ton 263,3 333,28 1 539,3 540,0 1408,8 - Jelutung 9,7 ton 2 - - - - - Kolang-kaling 471,8 677,1 230,0 204,2 7,1 - Kopal 6,3 juta US 7 7,6 juta US 7 - - - - Sumber : Badan Pusat Statistik 2000;2003; Pustanling2003; 1Harian Bisnis Jakarta 2005; 2BPEN ekspor khusus dr Jambi; 4 Frans Hero K. Purba 2000, 3FWI 2004; 5ekspor Sumbar; 6 Suara Merdeka 2004; 7Statistik DPRIN 2000 Dari tabel di atas, potensi pasar HHBK Indonesia baik. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengembangan HHBK untuk keperluan ekspor oleh produsen di Indonesia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian