Karakteristik Responden .1 Kelompok Umur
keluarga, semakin banyak pula tingkat pengeluaran rumah tangganya. Data karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada
Tabel 12 sebagai berikut. Tabel 12 Data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Dusun Jumlah Anggota Keluarga orang
2 3
4 5
≥6 N
N N
N N
Nusa Bakti 5
16,7 13
43,3 4
13,3 8
26,7 Natai Bunga 5
16,7 6
20,0 12
40,0 7
23,3 Keterangan : N : jumlah responden
Berdasarkan data di atas, rata-rata jumlah anggota keluarga di Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga adalah 4 orang dengan persentase berturut-turut sebesar
adalah 43,3 dan 40. Hal ini menunjukan bahwa sumber daya manusia di Dusun Nusa bakti dan Natai Bunga untuk pemanfaatan HHBK tersedia. Tidak
semua anggota dalam suatu keluarga dapat memanfaatkan sumberdaya hutan
secara langsung, seperti anak-anak dan orang-orang lanjut usia. 5.1.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam pemikiran ataupun tindakan seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Pengetahuan yang baik
terhadap jenis komersial dari suatu sumberdaya hutan dapat berdampak positif ataupun negatif. Dampak positif yang mungkin terjadi adalah pemanfaatan
sumberdaya hutan yang memperhatikan kelestarian sumberdaya hutan itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan dampak negatif yang dapat muncul adalah
pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak terkendali dan rusaknya lingkungan sekitar sumberdaya hutan tersebut. Data karakteristik responden berdasarkan
jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 13 Data responden berdasarkan tingkat pendidikan
Dusun Tingkat Pendidikan
Tdk tamat SD SDSederajat
SMPSederajat SMASederajat
N N
N N
Nusa Bakti 9
30,0 18
60,0 3
10,0 Natai Bunga
4 13,3
18 60,0
6 20,0
2 6,7
Keterangan : N : jumlah responden
Berdasarkan data di atas, dari 30 responden di masing-masing Dusun, diperoleh 18 orang atau 60 responden di masing-masing Dusun tersebut
berpendidikan SD atau sederajat. Tingkat pendidikan yang rendah ini menyebabkan masyarakat di kedua Dusun tersebut jarang memanfaaatkan
sumberdaya hutan dan mengolahnya untuk dijual. Sumberdaya hutan yang digunakan oleh masyarakat secara rutin adalah getah karet. Getah karet diperoleh
dengan menanam bibit karet di sekitar tempat tinggal ataupun di hutan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan masyarakat dari kedua dusun tersebut
tidak mempunyai banyak pilihan untuk bekerja. 5.1.4 Mata Pencaharian
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar masyarakat memanfaatkan hasil pertanian seperti padi. Oleh karena itu, kegiatan yang paling dominan adalah
petani berladang. Lokasi yang digunakan untuk berladang adalah di dalam hutan. Data karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
Tabel 14 sebagai berikut. Tabel 14 Data responden berdasarkan mata pencaharian
Dusun Mata Pencaharian
Petani Swasta
Penambang Emas Pencari Ikan
Pedagang N
N N
N N
Nusa Bakti 18
60,0 8
26,7 3
10,0 1
3,3 Natai Bunga
25 83,3
4 13,3
1 3,3
Keterangan : N : jumlah responden
Dari 30 responden di masing-masing Dusun, pekerjaan yang paling dominan di Dusun Nusa Bakti dan Dusun Natai Bunga adalah bertani dengan
jumlah responden berturut-turut 18 orang dan 25 orang. Persentase dari petani tersebut adalah 60 di Dusun Nusa Bakti dan 83,3 di Dusun Natai Bunga.
Kelompok masyarakat petani yang ada di kedua Dusun tersebut adalah petani sawah dan petani karet.
5.2 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.2.1 Getah Karet
Getah karet merupakan salah satu sumberdaya hutan yang paling banyak dimanfaatakan oleh masyarakat Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga. Masyarakat
dari kedua Dusun tersebut memanfaatkan getah karet dari hasil budidaya tanaman karet. Jarak tanam yang digunakan untuk budidaya karet di Dusun Nusa Bakti dan
Natai Bunga adalah 4 x 6 m
2
. Kegiatan masyarakat di Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga dalam
melakukan budidaya getah karet adalah sama, yaitu dengan mengambil anakan karet di dalam hutan atau membeli anakan karet dengan harga antara Rp 200
sampai dengan Rp 1.000bibit untuk ditanam di kebun mereka. Pada umumnya masyarakat dari Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga memanfaatkan getah karet
untuk dijual. Harga getah karet di Dusun Nusa Bakti berkisar antara Rp 13.000 - Rp 14.000kg. Sedangkan harga getah karet di Dusun Natai Bunga berkisar antara
Rp 13.000 - Rp 16.000kg . Harga getah karet di Dusun Natai Bunga relatif lebih tinggi dibandingakan di Dusun Nusa Bakti. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti alur pemasaran di Dusun Natai Bunga yang efisien dan kualitas getah karet yang lebih baik di bandingkan di dusun Nusa Bakti.
Biaya awal yang dibutuhkan untuk memproduksi getah karet oleh masyarakat di dusun Natai Bunga adalah parang dengan harga Rp 50.000, sepatu
Rp 100.000, pisau Rp 5.000-Rp 45.000, cuka Rp 12.000, pecungkil Rp 5.000, dan alat pembasmi rumput Rp 91.000liter. Selain itu, biaya makanan dan minuman
yang dibutuhkan untuk pengambilan getah karet ke lokasi adalah Rp 10.000orangambil.
Sedangkan, biaya awal yang yang dibutuhkan untuk memproduksi getah karet oleh masyarakat di dusun Nusa Bakti adalah parang dengan harga Rp
70.000, sepatu Rp 100.000, pisau Rp 15.000-Rp 40.000, kapak Rp 45.000-Rp 60.000, pengait Rp 15.000, dan bahan pembasmi rumput Rp 55.000- Rp
70.000liter. Biaya makan yang dibutuhkan untuk mengambil getah karet adalah Rp 10.000orangambil.
Alur pemasaran suatu produk merupakan kunci untuk mencapai kepuasan baik di tingkat penjual maupun di tingkat pembeli. Apabila kepuasan di tingkat
penjual dan pembeli terjadi, hal ini berarti keuntungan yang diharapkan oleh penjual dan pembeli adalah maksimal. Alur pemasaran getah karet di Dusun Nusa
Bakti dibagi menjadi dua bagian seperti terlihat di Gambar 5 sebagai berikut.
Gambar 5 Alur pemasaran getah karet di Dusun Nusa Bakti. Alur pemasaran getah karet di Dusun Nusa Bakti bertujuan untuk memasok
kebutuhan bahan baku di pabrik pengolahan getah karet Kabupaten Sintang ataupun Provinsi Kalimantan Barat.
Alur pemasaran getah karet yang pertama melalui empat lembaga pemasaran
petani-pengumpul Serawai-pengumpul
Nanga Pinoh-pabrik
Pontianak, sedangkan yang kedua melalui tiga lembaga pemasaran petani- pengumupul Serawai-Pabrik Sintang. Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa alur
pemasaran yang kedua lebih efisien dibandingkan alur pemasaran yang pertama. Selain itu harga yang diperoleh petani untuk saluran pemasaran kedua lebih besar
yaitu Rp 14.000 dibandingkan Rp 13.000 pada saluran pemasaran yang pertama. Alur pemasaran getah karet di Dusun Natai Bunga bertujuan untuk
memasok kebutuhan bahan baku di pabrik pengolahan getah karet di Pontianak. Dari sisi potensi pasar, usaha getah karet di Dusun Nusa Bakti cukup baik untuk
dikembangkan. Hal ini dikarenakan masyarakat di Dusun tersebut sudah mempunyai pasar untuk menjual hasil getah karet mereka. Masyarakat di Dusun
Nusa Bakti cukup puas dengan harga jual getah karet yang berkisar antara Rp 13.000 - Rp 14.000kg. Alur pemasaran di Dusun Natai Bunga terdiri dari tiga
saluran dan dapat dilihat pada Gambar 6.
Petani Pengumpul
Serawai Pengumpul
Nanga Pinoh 1. Pabrik
Pontianak
2. Pabrik Sintang