termasuk ke dalam tipe iklim A. Jumlah curah hujan dalam satu tahun di atas 3.142,7 mm.
4.6 Hidrologi
Areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berada di hulu DAS Kapuas dan Sub DAS Melawi. Karena merupakan daerah hulu, kondisi perairan sungan
merupakan mata air dan banyak terdapat sungai kecil dan dangkal, sempit dan berkelok- kelok dengan dasar sungai terdiri atas pasir dan bebatuan. Sungai-
sungai yang terdapat di areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili merupakan anak Sungai Melawi yaitu sungai Serawai dan Sungai Keruap. Adapun informasi
secara lengkap mengenai keadaan hidrologi di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 19.
Tabel 9 Data curah hujan di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili
No Bulan
Unsur Iklim Curah Hujan
mm Hari Hujan
hari Suhu Maksimum
° C Kelembaban
Relatif 1
Januari 269,2
21 30,3
86 2
Februari 100,4
19 30,3
86 3
Maret 420,3
24 26,6
87 4
April 186,2
20 30,6
85 5
Mei 175,1
13 31,9
83 6
Juni 152,6
16 30,9
84 7
Juli 226,8
16 31,9
85 8
Agustus 327,3
21 30,9
83 9
September 265,6
16 31,2
83 10
Oktober 453,9
24 31,3
86 11
November 312,8
24 30,9
85 12
Desember 252,5
24 30,7
87 Jumlah
3.142,7 238
Rata-rata 261,89
20 Sumber: Data Curah Hujan dan Hari Hujan stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandar Udara
Sintang
4.7 Sarana Transportasi dan Aksesibilitas
Areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berada di Kabupaten Sintang. Untuk menuju areal tersebut dari Pontianak dapat ditempuh dengan menggunakan
bus selama ± 10 jam sampai Nanga Pinoh. Selanjutnya dari Kecamatan Nanga
Pinoh menuju Kecamatan Serawai dapat ditempuh melalui jalur sungai dengan menggunakan speed boat selama ± 3,5 jam. Sedangkan alat transportasi yang
digunakan oleh penduduk sekitar IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berupa alat transportasi sungai seperti perahu sampan, tug boat dan motor temple dan sarana
komunikasi di sekitar areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berupa handphone.
4.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya 4.8.1 Pusat Kegiatan Perekonomian
Sarana dan prasarana perekonomian di desa-desa sekitar areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili secara umum masih relatif terbatas baik ragam
maupun jumlahnya. Hal ini disebabkan karena desa-desa di daerah ini relatif jauh dari pusat perekonomian dan jumlah penduduknya relatif sedikit, serta
keterbatasan sarana dan prasana transportasi. Adanya keterbatasan akses, tingkat pendidikan yang relatif rendah dan belum memadainya sarana dan prasarana
perekonomian menyebabkan aktivitas perekonomian di sekitar IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili kurang berkembang. Sarana perekonomian seperti warung dan
toko masih dapat dijumpai di desa-desa, tetapi untuk pasar hanya dapat dijumpai di ibukota kecamatan. Kelancaran arus distribusi barang masih sangat rendah,
walaupun sarana jalan yang dapat menghubungkan desa dengan kota kecamatan sudah dibangun.
4.8.2 Mata Pencaharian dan Perekonomian Lokal
Mata pencaharian sebagian besar penduduk desa sekitar areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili sebagai petani ladang berpindah. Selain itu
terdapat juga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang, karyawan perusahaan IUPHHK, PNS dan penambang emas. Pada umumnya masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai petani berladang masih menggunakan cara- cara tradisional dalam melakukan budidaya pertanian sistem berladang. Tanaman
yang dibudidayakan dalam kegiatan berladang selain padi adalah jenis sayuran seperti kacang panjang, bayam, terong, cabe, singkong dan lain- lain. Kegiatan
sambilan yang dilakukan oleh petani berladang antara lain menorah karet dan berburu. Pada umumnya, hasil pertanian dan ladang hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan subsisten, sedangkan hasil dari kebun karet dijual kepada
tengkulak yang ada di desa. 4.8.3 Kependudukan
Penduduk kecamatan Nanga Serawai sebagian besar merupakan penduduk dari etnis Dayak dan Melayu. Luas wilayah Kecamatan Nanga Serawai adalah
2.128 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 Berdasarkan data Kecamatan Serawai dan Menukung dalam angka tahun
2008 jumlah penduduk di Kecamatan Serawai dan Menukung menurut kelompok
jenis kelaminnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis kelamin
Sumber: Kecamatan Serawai dalam angka 2008
4.8.4 Kondisi Tatanan Kelembagaan Dalam Masyarakat
Kelembagaan formal di wilayah desa-desa sekitar areal IUPHHK-HA telah terbentuk sejak lama. Kepala desa selaku tokoh formal terdekat dengan
masyarakat biasa disebut penghulu. Terdapat tokoh yang dituakan sebagai panutan masyarakat dimana pengaruhnya cukup berperan dalam masyarakat.
Tokoh ini disebut ketua adat, tidak dipilih secara formal akan tetapi biasanya tumbuh dengan sendirinya hasil dari pengakuan masyarakat itu sendiri yang
tumbuh secara perlahan. Adanya tokoh informal tersebut bukannya mematikan wujud dan kiprah dari
kegiatan-kegiatan lembaga formal yang ada, bahkan sebaliknya sangat mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan seperti di tingkat
desa maupun di lingkup yang lebih kecil lagi. Lebih jauh lagi sosok tokoh informal sangat menunjang terutama dalam
penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat setempat yang mungkin sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal ini dapat dimengerti pula karena
Kecamatan Penduduk jiwa
Rasio Laki-laki
Perempuan Jumlah
Kec. Serawai Nanga Serawai
2.606 2.302
4.908 0,8
Tanjung Raya 526
486 1.012
0,9 Kec. Melawi
Menukung 594
570 1.164
0,9
keberadaan tokoh informal tersebut merupakan suatu tokoh panutan yang bersifat
kekeluargaan atau kekerabatan. 4.8.5
Penduduk Menurut Agama
Penduduk di desa-desa sekitar areal IUPHHK CV. Pangkar Begili, sebagian besar beragama Katolik, Kristen Protestan dan Islam. Desa-desa terbagi dalam
dusun-dusun yang memiliki latar belakang etnis yang berbeda, yakni masyarakat yang berasal dari etnis dayak sebagian besar beragama Kristen, sedangkan yang
berasal dari etnis melayu seluruhnya beragama Islam. Tempat ibadah berupa 1 buah masjid terdapat di dusun Nanga Serawai dan 5 buah gereja terdapat di Desa
Tontang dan Karya Jaya.
4.8.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan penduduk di desa-desa sekitar areal IUPHHK CV. Pangkar Begili umumnya masih relatif rendah, yakni sebagian besar masih
berpendidikan SD ke bawah. Hal ini disebabkan karena saran prasarana pada sebagian besar desa masih terbatas sampai tingkat SD, sedangkan SLTP terdapat
di Kecamatan Nanga Serawai yang jaraknya dari desa-desa lain cukup jauh dengan sarana perhubungan yang masih sangat terbatas. Di kecamatan ini belum
terdapat SLTA, sehingga lulusan SLTP yang hendak melanjutkan pendidikan harus ke Kecamatan Nanga Pinoh atau ke ibukota kabupaten dan ke kota lainnya.
4.8.7 Adat Istiadat
Penduduk dan etnis Dayak pada umumnya masih sangat kuat memegang tradisi yang berasal dan nenek moyangnya. Hal ini antara lain terlihat pada
upacara-upacara adat ketika memulai membuka lahan untuk ladang, upacara adat setelah panen ladang, upacara perkawinan dan kematian, serta pengobatan secara
adat oleh dukun. Disamping itu wilayah yang mereka klaim sebagai wilayah adat cukup luas, yakni meliputi wilayah yang secara turun temurun menjadi wilayah
kegiatan sosial ekonomi dan budaya mereka, baik untuk kegiatan perladangan, berburu, mencari tanaman obat, pemakaman nenek moyang, atau bekas-bekas
pemukiman lama.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Kelompok Umur
Menurut data BPS tahun 2009 dalam Karisma 2010 umur produktif adalah usia antara 15-64 tahun. Berdasarkan data hasil penelitian, usia responden di
Dusun Nusa Bakti berkisar antara 23-76 tahun. Data karakteristik responden berdasarkan kelas umur dapat dilihat pada
Tabel 11 sebagai berikut. Tabel 11 Data responden berdasarkan kelas umur
Dusun Kelompok Umur tahun
15-24 25-34
35-44 45-54
≥55 N
N N
N N
Nusa Bakti 1
3,3 7
23,3 4
13,3 10
33,3 8
26, 7 Natai Bunga
3 10,0
7 23,3
11 36,7
5 16, 7
4 13, 3
Keterangan : N : jumlah responden
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden di Dusun Nusa Bakti, sebesar 33,3 berada pada kelas umur 45-54 tahun. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden berada pada kelas umur produktif dan berpotensi memanfaatkan HHBK dengan baik. Sedangkan, dari 30 responden di Dusun Natai
Bunga, sebesar 36,7 responden berada pada kelas umur 35-44 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden di Dusun Natai Bunga berada pada
kelas umur produktif dan berpotensi memanfaatkan HHBK dengan baik . Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di kedua Dusun tersebut
dapat ditunjukan dari pemanfaatan sumberdaya hutan pada usia produktif. 5.1.2 Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga dapat menunjukan jumlah ketersediaan tenaga kerja pada masing-masing keluarga. Semakin banyak anggota keluarga, semakin
tinggi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan. Selain itu, jumlah anggota keluarga dapat menunjukan tingkat pengeluaran rumah tangga
untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga, semakin banyak pula tingkat pengeluaran rumah tangganya. Data karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada
Tabel 12 sebagai berikut. Tabel 12 Data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Dusun Jumlah Anggota Keluarga orang
2 3
4 5
≥6 N
N N
N N
Nusa Bakti 5
16,7 13
43,3 4
13,3 8
26,7 Natai Bunga 5
16,7 6
20,0 12
40,0 7
23,3 Keterangan : N : jumlah responden
Berdasarkan data di atas, rata-rata jumlah anggota keluarga di Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga adalah 4 orang dengan persentase berturut-turut sebesar
adalah 43,3 dan 40. Hal ini menunjukan bahwa sumber daya manusia di Dusun Nusa bakti dan Natai Bunga untuk pemanfaatan HHBK tersedia. Tidak
semua anggota dalam suatu keluarga dapat memanfaatkan sumberdaya hutan
secara langsung, seperti anak-anak dan orang-orang lanjut usia. 5.1.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam pemikiran ataupun tindakan seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Pengetahuan yang baik
terhadap jenis komersial dari suatu sumberdaya hutan dapat berdampak positif ataupun negatif. Dampak positif yang mungkin terjadi adalah pemanfaatan
sumberdaya hutan yang memperhatikan kelestarian sumberdaya hutan itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan dampak negatif yang dapat muncul adalah
pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak terkendali dan rusaknya lingkungan sekitar sumberdaya hutan tersebut. Data karakteristik responden berdasarkan
jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 13 Data responden berdasarkan tingkat pendidikan
Dusun Tingkat Pendidikan
Tdk tamat SD SDSederajat
SMPSederajat SMASederajat
N N
N N
Nusa Bakti 9
30,0 18
60,0 3
10,0 Natai Bunga
4 13,3
18 60,0
6 20,0
2 6,7
Keterangan : N : jumlah responden
Berdasarkan data di atas, dari 30 responden di masing-masing Dusun, diperoleh 18 orang atau 60 responden di masing-masing Dusun tersebut
berpendidikan SD atau sederajat. Tingkat pendidikan yang rendah ini menyebabkan masyarakat di kedua Dusun tersebut jarang memanfaaatkan
sumberdaya hutan dan mengolahnya untuk dijual. Sumberdaya hutan yang digunakan oleh masyarakat secara rutin adalah getah karet. Getah karet diperoleh
dengan menanam bibit karet di sekitar tempat tinggal ataupun di hutan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan masyarakat dari kedua dusun tersebut
tidak mempunyai banyak pilihan untuk bekerja. 5.1.4 Mata Pencaharian
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar masyarakat memanfaatkan hasil pertanian seperti padi. Oleh karena itu, kegiatan yang paling dominan adalah
petani berladang. Lokasi yang digunakan untuk berladang adalah di dalam hutan. Data karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
Tabel 14 sebagai berikut. Tabel 14 Data responden berdasarkan mata pencaharian
Dusun Mata Pencaharian
Petani Swasta
Penambang Emas Pencari Ikan
Pedagang N
N N
N N
Nusa Bakti 18
60,0 8
26,7 3
10,0 1
3,3 Natai Bunga
25 83,3
4 13,3
1 3,3
Keterangan : N : jumlah responden
Dari 30 responden di masing-masing Dusun, pekerjaan yang paling dominan di Dusun Nusa Bakti dan Dusun Natai Bunga adalah bertani dengan
jumlah responden berturut-turut 18 orang dan 25 orang. Persentase dari petani tersebut adalah 60 di Dusun Nusa Bakti dan 83,3 di Dusun Natai Bunga.
Kelompok masyarakat petani yang ada di kedua Dusun tersebut adalah petani sawah dan petani karet.
5.2 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.2.1 Getah Karet