secara aktif kegiatan masyarakat setempat dalam aspek budidaya, pemanenan, dan pengolahan produk HHBK unggulan setempat rotan, jernang, kemiri, shorea,
meranti, nilam, ylang-ylang, terubuk, vanili, lada, aneka tumbuhan obat, aneka tumbuhan hias; 5 Menekan laju urbanisasi karena di lokasi pedesaan telah
tersedia lapangan kerja yang memadai dan menjanjikan kemiri, shorea, nilam, lada, vanili, tumbuhan obat, madu, sutra alam, shellak, ylang-ylang, kenanga.
2.3 Rotan
Menurut hasil penelitian Gautama 2008 diketahui bahwa teknik pemanenan rotan yang dilakukan oleh pemanen di Desa Mambue, Kabupaten
Luwu Utara Sulawesi Selatan meliputi kegiatan persiapan sebelum berangkat dan memanen rotan, pencarian rotan dan proses pemanenan rotan sendiri. Biaya
pemanenan rotan di Desa Mambue selama setahun sebesar Rp 1.737.000 dengan produksi rotan sebanyak 21.335 kg dengan rata-rata 1.067 kg per pemanenan atau
besar biaya pemanenan rotan per kilogramnya adalah Rp 81,4. Keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan rotan di Desa Mambue dapat memberikan
penghasilan tambahan dengan pendapatan selama setahun sebesar Rp 16.146.000 dengan rata-rata Rp 807.000 per tahun. Laju pemanenan yang begitu cepat perlu
diimbangi dengan upaya pelestarian berupa pemanenan dan efisiensi pemanfaatan. Hal tersebut sangat diperlukan agar kesinambungan pasokan bahan baku terjamin.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui model pemasaran rotan di Desa Mambue seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 Model pemasaran rotan di Desa Mambue dalam Gautama 2008. Menurut Baharuddin dan Taskirawati 2009 perdagangan rotan antar
pulau atau dalam negeri sebagian besar dikuasai oleh produsen yaitu Kalimantan 69, Sulawesi 23 dan daerah lainnya 8. Daerah yang menjadi tujuan
perdagangan rotan antar pulau sebagian besar jawa 57, Makassar 31 dan daerah lainnya 12.
Petani pengumpul
Pedagang pengumpul
Pada tahun 1996, pemasaran rotan antar pulau melonjak kembali hingga 58, yakni dari total 174.759 menjadi 332.432 ton. Jumlah tersebut terbagi
berdasarkan asal tujuan antar pulau, yaitu Kalimantan sebesar 29,8 dari Sulawesi 69 dan dari daerah lainnya sebesar 1,2. Tujuan pemasaran rotan
antar pulau terbesar masih Surabaya 69, Jakarta 6, Sampit 16 dan daerah lain 10.
Rotan Indonesia sampai dengan tahun 1980 telah memberikan konstribusi terbesar dalam memenuhi kebutuhan rotan dunia, yaitu sebesar 73,8 atau
sebesar 81,26 ribu ton dari total 111,2 ribu ton perdagangan rotan dunia. Negara tujuan utama perdagangan rotan adalah Hongkong, Singapura, Taiwan dan
Negara maju lainnya. Menurut hasil penelitian Sumarlina 2002, sekarang ini Indonesia
merupakan salah satu produsen rotan utama di dunia dan menguasai lebih dari 80 hasil rotan di dunia. Nilai ekonomis dari rotan sangat tinggi dan permintaan
dari konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri sangat besar. Ekspor rotan Indonesia menurut negara tujuan meningkat setelah krisis tahun 1998.
Negara tujuan ekspor ditempati urutan negara Jepang, Amerika, dan Belanda. Masih banyak negara tujuan ekspor furnitur rotan dari Indonesia, seperti Cina,
Korea, Malaysia, Singapura bahkan mencakup negara-negara dari timur tengah dan juga mencakup benua Afrika. Masih banyaknya negara-negara lain tersebut
dapat membuka peluang bagi pemasaran rotan dari Indonesia untuk meningkatkan ekspor rotan ke luar negeri. Pengembangan potensi rotan harus dapat terus
ditingkatkan dan hal ini berhubungan dengan faktor pemasaran dan lingkungannya.
2.4 Durian