Kayu bakar, pandan dan durian merupakan sumber daya hutan yang kurang berpotensi  untuk  dikembangkan  di  Dusun  Nusa  Bakti.  Hal  ini  didasarkan  pada
pertimbangan tidak   terpenuhinya semua atau beberapa indikator pemasaran dari sumber daya hutan tersebut dan  potensi pasar nasional dan internasional.
Dari  hasil  tersebut  di  atas,  HHBK  yang  potensial  untuk  dikembangkan  di Dusun  Natai  Bunga  dari  sisi  produksi  dan  pemasaran  adalah  getah  karet,
tengkawang, rotan, bambu, getah damar.
5.6 Pertimbangan  Pengembangan  HHBK  di  Areal  Konsesi  CV.  Pangkar
Begili
Sumber  daya  hutan  yang  dimanfaatkan  oleh  masyarakat  dapat  diurutkan menjadi  bahan  pertimbangan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Nusa  Bakti  dan
Natai  Bunga.  Pertimbangan  pengembangan  HHBK  berguna  untuk  menentukan prioritas  pengembangan  sumber  daya  hutan  tersebut  di  Dusun  Nusa  Bakti  dan
Natai Bunga. Urutan  pertimbangan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Nusa  Bakti  dilihat
dari  sisi  produksi  dan  pemasaran  adalah  getah  karet,  tengkawang,  rotan,  bambu, getah  damar,  kayu  bakar,  pasak  bumi  dan  ginseng.  Hal  ini  didasarkan  pada
terpenuhinya  seluruh  atau  sebagian  kriteria  pada  aspek  produksi  dan  pemasaran serta tersedianya potensi produksi dan pasar nasional.
Sedangkan,  Urutan  pertimbangan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Natai Bunga  dilihat  dari  sisi  produksi  dan  pemasaran  adalah  getah  karet,  tengkawang,
getah  damar,  bambu,  rotan,  kayu  bakar,  durian  dan  pandan.  Hal  ini  didasarkan pada  terpenuhinya  seluruh  atau  sebagain  kriteria  pada  aspek  produksi  dan
pemasaran serta tersedianya potensi produksi dan pasar nasional. Berdasarkan  urutan  pertimbangan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Nusa
Bakti, HHBK berupa getah karet dan tengkawang merupakan sumber daya hutan yang  memiliki  prioritas  pengembangan  paling  baik  di  daerah  tersebut.  Hal  ini
didasarkan pada terpenuhinya seluruh kriteria pada aspek produksi dan pemasaran serta tersedianya potensi produksi dan pasar nasional.
Berdasarkan  urutan  pertimbangan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Natai Bunga, HHBK berupa getah karet dan tengkawang merupakan sumber daya hutan
yang  memiliki  prioritas  pengembangan  paling  baik  di  daerah  tersebut.  Hal  ini
didasarkan pada terpenuhinya seluruh kriteria pada aspek produksi dan pemasaran serta tersedianya potensi produksi dan pasar nasional.
Prioritas  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Natai  Bunga  adalah  getah  karet dan tengkawang. Hal ini didasarkan pada terpenuhinya seluruh kriteria pada aspek
produksi  dan  pemasaran  serta  tersedianya  potensi  produksi  dan  pasar  nasional. Urutan  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Natai  Bunga  menjadi  dasar  penentuan
prioritas pengembangan sumber daya hutan tersebut di Dusun Natai Bunga. Prioritas  pengembangan  HHBK  di  Dusun  Nusa  Bakti  dan  Natai  Bunga
dapat  menjadi  bahan  pertimbangan  oleh  masyarakat  di  Dusun  Nusa  Bakti,  Natai Bunga  serta  pihak  CV.  Pangkar  Begili  untuk  bekerja  sama  mengembangkan
HHBK tersebut. Menurut  hasil  studi  Task  Force  Rubber  Eco  Project  REP  dalam  Pusat
Penelitian  Karet  yang  ditulis  oleh  Anwar  2001  menyatakan  bahwa permintaan
karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Produksi
karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan  produksi  Indonesia  akan  mencapai  3  per  tahun,  sedangkan
Thailand  hanya  1  dan  Malaysia  -2.  Pertumbuhan  produksi  untuk  Indonesia dapat  dicapai  melalui  peremajaan  atau  penaman  baru  karet  yang  cukup  besar,
dengan  perkiraan  produksi  pada  tahun  2020  sebesar  3.5  juta  ton  dan  tahun  2035 sebesar 5.1 juta ton.
Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati harga US 1.00kg, dan  sampai  sekarang  ini  telah  mencapai  US  1.90kg  untuk  harga  SIR  20  di
SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan mencapai US 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan tetap stabil, dikarenakan permintaan
yang  terus  meningkat  terutama  dari  China,  India,  Brazil  dan  negara-negara  yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik.
Menurut  Hartono  2010  khusus  untuk  Kabupaten  Sekadau,  harga  buah tengkawang  sebelumnya  berkisar  antara  Rp  7000  hingga  Rp  8000
perkilogramnya.  Namun  setelah  buahnya  banjir,  harganya  pun  ikut  turun. Sekarang  harga  dari  agen  ke  petani  hanya  berkisar  antara  Rp  5000  hingga  Rp
6000 perkilogramnya.
Menurut Departemen pertanian dalam Winarni et al. 2004 pemanfaatan lemak  tengkawang  saat  ini  sebagian  besar  hanya  dalam  industri  coklat,  yang
ditujukan untuk meningkatkan titik leleh lemak coklat terutama lemak coklat yang berasal dari Amerika Latin. Minyak tengkawang dalam industri makanan dikenal
dengan  nama  cacao  butter  substitute,  yang  digunakan  sebagai  pengganti  minyak coklat.  Pada  industri  farmasi  dan  kosmetika  dikenal  dengan  nama  oleum  shorea
yang  dapat  digunakan  sebagai  bahan  baku  kosmetik  dan  obat-obatan.  Minyak tengkawang  juga cocok digunakan pada industri margarin, coklat, sabun, lipstik
dan  obat-obatan;  karena  memiliki  keistimewaan,  yaitu  titik  lelehnya  yang  tinggi berkisar antara 34
– 39 °C. Selain untuk pangan, prospek yang baik dari minyak tengkawang  yang  dikenal  dengan  nama  vegetable  thallow  atau  illip  nut,  dapat
dipakai  sebagai  minyak  pelumas  mesin,  pembuatan  sabun,  peti  kemas,  harde kernseep
,  bahan  baku  pembuatan  lilin,  stearine,  dan  palmitat.  Nilai  gizi  yang tinggi serta sifat titik cairnya yang juga tinggi bukan saja cocok sebagai pengganti
minyak  cokelat,  tetapi  juga  sebagai  penambah  campuran  minyak  coklat  agar mutunya menjadi lebih baik dan tahan disimpan pada suhu panas.
Menurut  Sumadiwangsa  dalam  Winarni  et  al.  2004,  Ekstrak  lemak tengkawang  memberi  nilai  tambah  yang  sangat  tinggi  yaitu  mencapai  200.
Setiap  tahun  harga  minyak  tengkawang  selalu  meningkat,  pada  tahun  1994 bernilai  US  1,85  per  kg  dan  pada  tahun  1998  bernilai  US  2,87  per  kg.  Sejak
tahun  1996  tidak  tercatat  ekspor  biji  tengkawang,  kemungkinan  besar  terserap
habis untuk memproduksi lemak tengkawang. 5.7 HHBK di Provinsi Kalimantan Barat
Di  bawah  ini  adalah  tabel  Hasil  Hutan  Bukan  Kayu  HHBK  di  Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010.
Tabel  24    Laporan  hasil  hutan  bukan  kayu  di  Provinsi  Kalimantan  Barat  tahun 2010
No Jenis
Jumlah HHBK ton 1
Gaharu 616,5
2 Damar
6 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat
Jumlah  gaharu  di  Provinsi  Kalimantan  Barat  menurut  informasi  di  atas adalah  616,5  tontahun.  Sedangkan,  jumlah  damar  di  Provinsi  Kalimantan  Barat
adalah 6 tontahun. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa informasi Hasil Hutan Bukan Kayu
HHBK  di  Provinsi  Kalimantan  Barat  tidak  rutin  dilaporkan.  Sehingga,  laporan HHBK yang digunakan oleh penulis merupakan laporan tahun 2010. Hal ini dapat
menyebabkan sulitnya melakukan pengembangan HHBK di Provinsi Kalimantan Barat. Getah karet dan tengkawang yang merupakan HHBK yang prioritas untuk
dikembangkan  di  daerah  sekitar  areal  CV.  Pangkar  Begili  dapat  menjadi  bahan pertimbangan  untuk  pengembangan  sumber  daya  hutan  tersebut  di  Kalimantan
Barat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan