Tengkawang Pemanfaatan Sumberdaya Hutan .1 Getah Karet

dibandingkan di Dusun Natai Bunga, sehingga konsumen yang alur pemasaran getah karetnya dari dusun Nusa Bakti akan lebih puas. Saluran pemasaran di Dusun Nusa Bakti yang lebih sedikit dibandingkan di Dusun Natai Bunga akan mengakibatkan lebih sedikitnya pula pilihan petani di Dusun Nusa Bakti untuk memilih saluran pemasaran yang paling menguntungkan mereka dibandingkan dengan petani di dusun Natai Bunga. Hal ini dapat mengakibatkan kepuasan yang diperoleh oleh petani di dusun Natai Bunga seharusnya lebih tinggi dibandingkan dengan petani di Dusun Nusa Bakti. Menurut hasil penelitian Sudibjo 1999 Kenaikan harga karet di tingkat petani di Desa Sepunggur menurut data dari KUD Usaha Karya terjadi pada pertengahan tahun 1998 hingga mencapai rata-rata Rp 2.600 sampai dengan Rp 2.700kg dari rata-rata Rp 1.400- Rp 1.500kg di awal tahun 1998. Pada bulan Februari-Maret 1999, harga karet di tingkat petani di Desa Sepunggur kembali merosot hingga Rp 1.600 sampai dengan Rp 1.700kg. Harga karet tersebut akan berbeda-beda antar desakecamatan tergantung dari tengkulak dan jarak desa ke tempat tengkulak-tengkulak tersebut. Di bawah ini akan disajikan Gambar 7 yang berupa pemasaran getah karet di Desa Sepunggur menurut hasil penelitian Sudibjo 1999. Gambar 7 Alur pemasaran getah karet di Desa Sepunggur. Harga getah karet per kilogram di Dusun Natai Bunga yang lebih tinggi dibandingkan di Dusun Nusa Bakti dapat mengakibatkan kepuasan yang lebih tinggi pula bagi petani di Dusun Natai Bunga dibandingkan di Dusun Nusa Bakti.

5.2.2 Tengkawang

Biji tengkawang merupakan hasil hutan yang berbuah setiap 5 tahun sekali. Biji tengkawang dihasilkan dari pohon meranti yang umumnya mempunyai Petani Karet KUD Tengkulak Desa Tengkulak KecamatanDesa Pabrik banyak cabang dan berdaun lebat. Masyarakat Dusun Natai Bunga dan Nusa Bakti biasa menyebut pohon penghasil biji tengkawang dengan pohon tengkawang. Masyarakat di Dusun Nusa Bakti dan Natai Bunga memanfaatkan biji tengkawang untuk dijual ataupun dikonsumsi. Biji tengkawang yang masyarakat peroleh berasal dari pohon meranti yang turun temurun bijinya dimanfaatkan oleh masyarakat di Dusun Nusa bakti dan Natai Bunga. Pemanfaatan biji tengkawang di kedua dusun tersebut didasarkan pada sistem kekeluargaan, yaitu setiap orang boleh mengambil biji tengkawang di area milik orang lain dengan izin dari pemiliknya. Sedangkan, pohon tengkawang yang tumbuh alami di hutan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara bersama- sama. Masyarakat Dusun Nusa Bakti memanfaatakan biji tengkawang terakhir pada tahun 2009. Biaya yang dibutuhkan setiap orang adalah Rp 33.000ambil meliputi makan, minum dan rokok. Biaya yang dibutuhkan setiap orang di Dusun Natai Bunga untuk memanfaatkan biji tengkawang adalah Rp 22.000 meliputi makan, minum dan rokok. Biji tengkawang yang dijual oleh masyarakat di Dusun Nusa Bakti dijual dengan harga Rp 3.000 - Rp 4.000 kg. Biji tengkawang tersebut diolah dengan cara dibuang bagian kepala biji tengkawang, setelah itu biji-biji tersebut ditaruh di keranjang dan ditutup. Selanjutnya biji tengkawang tersebut dipanggang di atas bara kayu sampai kering selama dua hari. Setelah biji tengkawang itu kering, selanjutnya biji tersebut dibuang kulitnya dan siap untuk dijual. Masyarakat Dusun Natai Bunga menjual biji tengkawang yang telah mereka olah dengan harga Rp 3.000 - Rp 5.000kg. Cara pengolahan biji tengkawang pada masyarakat Dusun Natai Bunga sama dengan masyarakat di Dusun Nusa Bakti. Harga per kilogram biji tengkawang yang telah diolah oleh masyarakat Dusun Nusa Bakti dijual dengan harga yang lebih mahal daripada yang dijual oleh masyarakat di Dusun Natai Bunga. Perbedaan harga tersebut diakibatkan karena perbedaan alur pemasaran diantara kedua dusun tersebut. Hal ini mengakibatkan keuntungan yang lebih besar terhadap penjual tengkawang di Dusun Nusa Bakti dibandingkan di Dusun Natai Bunga. Terdapat dua alur pemasaran biji tengkawang di Dusun Nusa Bakti yang masing-masing bertujuan untuk memasok kebutuhan bahan baku pada pabrik di Pontianak dan luar negeri seperti Malaysia. Alur pemasaran biji tengkawang di Dusun Nusa Bakti dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Alur pemasaran biji tengkawang di Dusun Nusa Bakti. Alur pemasaran pertama di Dusun Nusa Bakti terdiri dari empat lembaga pemasaran petani-pengumpul Serawai-pengumpul Nanga Pinoh-pabrik Malaysia. Selain itu, saluran pemasaran kedua terdiri dari empat lembaga pemasaran sebelum sampai ke konsumen petani-pengumpul Serawai-pengumpul Nangan Pinoh-pabrik Pontianak. Alur pemasaran biji tengkawang pada saluran pertama bertujuan untuk memasok kebutuhan pabrik di luar negeri. Hal ini dapat diakibatkan oleh kualitas biji tengkawang yang lebih baik untuk kualitas ekspor sehingga harga per kilogram biji tengkawang akan lebih mahal. Menurut hasil wawancara, biji tengkawang yang mereka jual tersebut nantinya akan diolah untuk keperluan membuat bahan farmasi, kosmetik, dan minyak tengkawang. Masyarakat Dusun Natai Bunga mempunyai tiga alur pemasaran biji tengkawang yang bertujuan untuk memasok kebutuhan biji tengkawang untuk pabrik di pontianak. Alur pemasaran biji tengkawang tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Petani Pengumpul Serawai Pengumpul Nanga Pinoh 1.Pabrik Malaysia 2. Pabrik Pontianak Gambar 9 Alur pemasaran biji tengkawang di Dusun Natai Bunga. Alur pemasaran biji tengkawang pertama petani-pengumpul di Desa- pengumpul di Serawai-pabrik Pontianak hampir sama dengan alur pemasaran kedua petani-pengumpul di Desa-pengumpul di Menukung-pabrik Pontianak. Perbedaan dari kedua alur pemasaran tersebut terletak di lembaga pemasaran tingkat tiga dari setiap saluran pemasaran. Pada alur pemasaran pertama, lembaga pemasaran tingkat dua pengumpul di Desa selanjutnya menjual biji tengkawang ke Kecamatan Serawai. Sedangkan, pada alur pemasaran kedua, lembaga pemasaran tingkat dua pengumpul di Desa selanjutnya menjual biji tengkawang ke Kecamatan Menukung dan untuk selanjutnya dijual ke pabrik di Pontianak. Perbedaan saluran pemasaran di lembaga tingkat tiga pada alur pemasaran pertama dan kedua dapat disebabkan karena pertimbangan jarak yang lebih menguntungkan bagi mereka. Selain itu, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh perhitungan peluang keuntungan apabila dijual di Kecamatan Serawai ataupun di Kecamatan Menukung. Perbedaan juga terjadi pada alur pemasaran satu dan dua dengan alur pemasaran tiga. Hal ini dapat dilihat di lembaga tingkat dua dari masing-masing saluran pemasaran. Pada lembaga pemasaran tingkat dua di alur pemasaran satu dan dua, petani menjual biji tengkawang ke pengumpul tingkat desa. Sedangkan, pada lembaga tingkat dua di alur pemasaran ketiga, petani menjual biji tengkawang ke pengumpul tingkat Kecamatan. Orang-orang yang berada pada alur pemasaran ketiga bertujuan untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak karena dapat menjual biji tengkawang Petani Pengumpul di Desa pengumpul di Serawai Pengumpul di Menukung Pabrik Pontianak Pengumpul Nanga Pinoh Pengumpul di Menukung langsung ke tingkat kecamatan daripada orang-orang yang berada pada alur pemasaran satu dan dua yang menjual biji tengkawang ke tingkat desa. Tujuan tersebut dapat dilihat dari harga biji tengkawang pada alur pemasaran satu dan dua adalah Rp 3.000kg - Rp 4.000kg. Sedangkan, harga biji tengkawang pada alur pemasaran ketiga adalah Rp 5.000kg. Pohon tengkawang di wilayah hutan CV. Pangkar Begili termasuk ke dalam jenis kayu yang dilindungi. Masyarakat Dusun Nusa Bakti atapun Natai Bunga sangat menjaga kelestarian pohon tengkawang karena mereka ingin bahwa manfaat yang diperoleh dari pohon tengkawang saat ini dapat juga dimanfaatkan oleh generasi-generasi selanjutnya.

5.2.3 Rotan