manusia. Kegiatan yang boleh dilakukan terbatas dan hanya mengarah pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2 Zona Penyangga
Zona penyangga berada di luar kawasan DPL yang berfungsi untuk menyangga keberadaan jenis biota laut beserta ekosistem yang terdapat di
dalamnya terhadap adanya gangguan dari luar yang dapat membahayakan keberadaan potensinya.
Selain fungsi pengamanan juga berfungsi sebagai kawasan pengembangan budidaya maupun pelaksanaan pembangunan dalam bentuk pengembangan
pemanfaatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitarnya.
3 Zona Pemanfaatan Tradisional
Zona pemanfaatan tradisonal berada di luar zona penyangga yang dialokasikan untuk pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional oleh
masyarakat setempat dalam upaya mendukung pembangunan sosial, ekonominya. Di samping pemanfaatan secara tradisional zona ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan dan pembangunan sarana prasarana rekreasi dan pariwisata secara lestari.
2.1.3 Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Ko-Manajemen
Defenisi ko-manajemen adalah sebuah situasi di mana lebih dari satu pihak stakeholder bernegosiasi, mendefinisikan dan menjamin pembagian peran dalam
pengelolaan dan tanggung jawab di antara mereka terhadap sebuah area atau sistem Borrini-Feyabarend, et al, 2001; diacu dalam Adrianto, 2007. Ko-
manajemen ini juga menyiratkan bahwa kerjasama antar Pemerintah dan masyarakat merupakan inti ko-manajemen seperti terlihat pada Gambar 2 di
bawah ini.
Gambar 2 Ko-Manajemen sumberdaya akuatik Adrianto, 2007 Menurut Adrianto 2007 karakteristik dari masing-masing tipe proses
dalam ko-manajemen dideskripsikan secara singkat berikut ini :
Instruktif
Tipe ini terjadi ketika terdapat komunikasi dan tukar informasi yang minimal antara Pemerintah dan pelaku perikanan. Tipe ini berbeda dengan rejim
sentralisasi dalam hal dimana terdapat mekanisme dialog antara Pemerintah dan pelaku perikanan namun tetap dalam konteks intruksi informasi dari apa yang
telah diputuskan oleh Pemerintah.
Konsultatif
Terdapat mekanisme dialog antara Pemerintah dan pelaku perikanan tetapi pengambilan keputusan masih dilakukan oleh Pemerintah.
Kooperatif
Dalam level ini, Pemerintah dan pelaku perikanan bekerja sama dalam mengambil keputusan sebagai partner yang memiliki posisi tawar yang sama
equal partner.
Pendampingan
Dalam kerangka ini, pelaku perikanan memberikan input bagi pengambilan keputusan tentang perikanan kemudian Pemerintah menetapkan keputusan
tersebut.
Informatif
Pemerintah mendelegasikan pengambilan keputusan kepada pelaku perikanan untuk kemudian diinformasikan kembali kepada Pemerintah.
Pengelolaan sumberdaya ko-manajemen ini bekerja dengan cara mengubah hubungan pelaku pembangunan perikanan, utamanya antara Pemerintah dan
masyarakat, tetapi juga antara nelayan dengan kelompoknya. Pada hakikatnya dengan cara memperkenalkan dan melembagakan sistem pengambilan keputusan
secara bersama-sama antara pelaku pembangunan perikanan, pengelolaan sumberdaya kelautan ko-manajemen menciptakan suatu aturan main atau
kebijakan dimana hasil dari suatu kerjasama lebih besar artinya dari kondisi oposisi atau kompetisi.
Arena main ini adalah tempat para pelaku pembangunan perikanan dapat belajar untuk mengoptimasi tujuan bersama. Arena permainan ini juga merupakan
wadah bagi para pelaku untuk secara bersama menentukan visi jangka panjang pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan kelautan.
Melalui ko-manajemen, pemerintah memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa keputusan yang diambilnya ternyata bisa secara efektif
dilaksanakan. Dengan cara ini maka harga diri dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah menjadi bertambah. Demikian juga tantangan dari pihak oposisi dalam
konteks pembangunan sumberdaya terumbu karang dan lautan akan semakin berkurang. Di mata masyarakat, ko-manajemen membawa manfaat kepada
nelayan melalui partisipasi atau keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan. Tentu saja, prioritas tujuan Pemerintah bisa berbeda dengan tujuan
masyarakat.
2.1.4 Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang