74
karang, adalah keterlibatankeikutsertaan masyarakat secara aktif baik moril maupun materiil dalam kegiatan pengelolaan terumbu karang untuk mencapai
tujuan bersama yang didalamnya menyangkut kepentingan umum dan individu. Dalam penelitian ini partisipasi yang diteliti adalah partisipasi stakeholder yang
terlibat langsung dalam pengelolaan DPL di Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo. Tingkat kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan ekosistem terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12 Tingkat partisipasi responden dalam pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo
Pada Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa tingkat kesediaan responden untuk ikut ambil bagian dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di
Kelurahan Pasar Lahewa cukup besar yaitu 80, responden yang kurang bersedia sebesar 11, dan yang tidak bersedia sebesar 9. Sedangkan tingkat kesediaan
responden Desa Mo’awo untuk berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang cukup besar yaitu 83, responden yang kurang bersedia sebesar
11, dan yang tidak bersedia sebesar 6.
5.1.7 Persepsi
Persepsi atau pemahaman dalam diri seseorang merupakan proses dalam memahami sesuatu dan atau menafsirkan suatu obyek dari suatu rangsangan
dalam suatu pengalaman psikologis. Persepsi atau pemahaman berperan dalam cara memperoleh pengetahuan khusus tentang obyek atau suatu kejadian, karena
persepsi melibatkan kognisi pengetahuan termasuk interpretasi obyek. Persepsi berhubungan dengan kecerdasan emosional yaitu bagaimana individu
75
menggunakan emosinya atas dasar pilihan informasi yang tersedia untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap suatu obyek. Dengan demikian
persepsi individu merupakan dasar bagaimana individu tersebut bersikap dan berperilaku, sehingga untuk memahami sikap dan perilaku terhadap
lingkungannya sangat perlu untuk mengetahui persepsi individu terhadap lingkungannya.
Bermanfaat atau tidaknya pengelolaan kawasan terumbu karang bagi kehidupan masyarakat sangat tergantung pada usaha stakeholder yang terlibat
dalam pengelolaan. Untuk mengukur berapa besar manfaat ekosistem terumbu karang dipergunakan persepsi atau pemahaman responden sebagai indikator.
Tingkat persepsi yang berkembang dibangun oleh beberapa faktor internal yang terdapat dalam stakeholder. Faktor internal tersebut merupakan kekuatan
pendukung segala bentuk kegiatan stakeholder terutama stakeholder nelayan dalam hal perilakunya dalam memanfaatkan sumberdaya terumbu karang. Namun
demikan persepsi masyarakat ini tidak dapat dijadikan ukuran mutlak untuk melihat suatu manfaat dari ekosistem terumbu karang bagi kehidupan masyarakat,
karena persepsi tersebut dapat berubah-ubah sesuai tingkat pendidikan maupun pengetahuan dan perubahan sosial ekonomi individu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi atau pemahaman tentang manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang bagi kehidupan mereka cukup
baik. Ini terlihat dari jumlah responden yang sebagian besar merasakan manfaat ekosistem terumbu karang, dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini.
Gambar 13 Tingkat persepsi responden terhadap pengelolaan ekosistem terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo
76
Dari Gambar 13 di atas menunjukkan bahwa persepsi atau pemahaman responden Kelurahan Pasar Lahewa tentang nilai-nilai dan manfaat ekosistem
terumbu karang sebesar 37 memahami, 37 kurang memahami dan 26 tidak tahu tentang ekosistem terumbu karang. Sedangkan untuk responden Desa
Mo’awo persepsi atau pemahaman responden sebesar 46 memahami, 37 kurang memahami dan 17 tidak tahu tentang ekosistem terumbu karang. Dengan
persentase ini sebagian besar masyarakat atau stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa
Mo’awo memahami tentang nilai dan manfaat ekosistem terumbu karang. Menurut pemahaman responden ada empat manfaat ekosistem terumbu
karang, yaitu 1 tempat hidup berbagai biota laut, tempat pembesaran atau tempat asuhan, tempat pemijahan dan tempat mencari makan berbagai biota laut seperti
ikan karang, lobster, teripang, kima, dan lola. 2 sebagai palindung pantai untuk mengurangi arus atau gelombang yang datang ke pantai. 3 sebagai sumber
ekonomi masyarakat seperti bahan baku pembuatan kapur, bahan konstruksi bangunan, sebagai bahan makanan dan sebagai bahan obat-obatan, antibiotik, anti
kanker dan anti bakteri. 4 menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata, seperti kegiatan snorkling, diving dan kegiatan fotografi bawah air,
Hasil Penelitian, 2009. Sementara itu yang persepsinya kurang terhadap manfaat ekosistem terumbu karang adalah responden yang pekerjaannya tidak
berhubungan atau sedikit berinteraksi dengan ekosistem terumbu karang dan kurang merasakan manfaatnya.
5.1.8 Pendapatan