Pendapatan DPL Desa Mo’awo

76 Dari Gambar 13 di atas menunjukkan bahwa persepsi atau pemahaman responden Kelurahan Pasar Lahewa tentang nilai-nilai dan manfaat ekosistem terumbu karang sebesar 37 memahami, 37 kurang memahami dan 26 tidak tahu tentang ekosistem terumbu karang. Sedangkan untuk responden Desa Mo’awo persepsi atau pemahaman responden sebesar 46 memahami, 37 kurang memahami dan 17 tidak tahu tentang ekosistem terumbu karang. Dengan persentase ini sebagian besar masyarakat atau stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo memahami tentang nilai dan manfaat ekosistem terumbu karang. Menurut pemahaman responden ada empat manfaat ekosistem terumbu karang, yaitu 1 tempat hidup berbagai biota laut, tempat pembesaran atau tempat asuhan, tempat pemijahan dan tempat mencari makan berbagai biota laut seperti ikan karang, lobster, teripang, kima, dan lola. 2 sebagai palindung pantai untuk mengurangi arus atau gelombang yang datang ke pantai. 3 sebagai sumber ekonomi masyarakat seperti bahan baku pembuatan kapur, bahan konstruksi bangunan, sebagai bahan makanan dan sebagai bahan obat-obatan, antibiotik, anti kanker dan anti bakteri. 4 menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata, seperti kegiatan snorkling, diving dan kegiatan fotografi bawah air, Hasil Penelitian, 2009. Sementara itu yang persepsinya kurang terhadap manfaat ekosistem terumbu karang adalah responden yang pekerjaannya tidak berhubungan atau sedikit berinteraksi dengan ekosistem terumbu karang dan kurang merasakan manfaatnya.

5.1.8 Pendapatan

Faktor pendapatan sangat terkait dengan mata pencaharian seseorang. Masyarakat Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Mo’awo sebagian besar mata pencahariannya didominasi oleh Nelayan, pendapatannya tidak menetap tergantung hasil tangkapan saat melaut dan musim yang selalu berubah-ubah. Selain itu pekerjaan sebagai nelayan dilakukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan apabila dianggap lebih baru dijual untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Kaitannya dengan aktivitas pengelolaan ekosistem terumbu karang, bahwa masyarakat membutuhkan modal untuk memberikan sumbangan 77 berupa uang dalam melaksanakan suatu kegiatan pembangunan yang diperoleh dari pendapatan tersebut. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendapatan responden hasil survei yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. Gambar 14 Tingkat pendapatan responden Berdasarkan Gambar 14 di atas, 37 responden di Kelurahan Pasar Lahewa mempunyai pendapatan pada kisaran Rp. Rp. 1 050 000 sd Rp. 2 000 000bulan, pendapatan tertinggi 23 sebesar Rp. 2 050 000 sd Rp. 3 000 000bulan, sedangkan pendapatan terendah 6 atau Rp. 500 000bulan. Sedangkan responden di Desa Mo’awo memiliki pendapatan tertinggi 9 atau berkisar antara Rp. 2 050 000bulan, pendapatan terendah 3 atau Rp. 360 000bulan. Pengelolaan ekosistem terumbu karang harus menggabungkan antara kepentingan ekologis dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar ekosistem terumbu karang. Dengan demikian pengelolaan ekosistem terumbu karang selain bertujuan untuk pengelolaan DPL, juga harus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami arti pengelolaan ekosistem terumbu karang tersebut. Terkait hubungan antar pendapatan dan kegiatan pembangunan kemiskinan akan mempengaruhi masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Selain itu ambisi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu mempunyai hubungan dengan tingkat pendapatannya. Jadi dengan tingkat pendapatan lebih tinggi dapat mendorong seseorang untuk ikut dalam kegiatan pembangunan menjadi lebih baik lagi. 78 5.1.9 Analisis Gabungan Efektivitas Pengelolaan Terumbu Karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo, dilakukan pengukuran terhadap beberapa indikator pilihan yang mengacu pada evaluasi kawasan konservasi lautIUCN Pomeroy., et al., 2004. Indikator-indikator pilihan dimaksud terdiri dari 1 indikator biofisik yaitu tutupan karang hidup, struktur keseragaman ikan karang, struktur keseragaman megabentos, kecerahan perairan, oksigen terlarut. 2 indikator sosial dan ekonomi masyarakat terdiri dari partisipasi, persepsi dan pendapatan. Kedelapan indikator di atas di analisis dengan menggunakan teknik Amoeba , dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat hasil yang telah dicapai dalam pengelolaan DPL ini. Analisis dilakukan terhadap delapan indikator dengan membandingkan data 2 tahun yang berbeda untuk masing-masing lokasi. Data tahun 2006 adalah kondisi sebelum terbentuknya DPL di Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Mo’awo, sedangkan data tahun 2009 adalah kondisi setelah terbentuknya DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo. Perubahan antara nilai indikator tahun 2006 dengan data tahun 2009 disebut efektivitas. Jika nilai indikator tahun 2009 mendekati angka tertinggi setiap parameter dan menjauhi nilai indikator tahun 2006 maka indikator tersebut dikatakan mengalami peningkatanberhasil, demikian juga sebaliknya jika nilai indikator tahun 2006 mendekati angka tertinggi dan menjauhi nilai indikator tahun 2009, maka indikator tersebut dikatakan menurungagal. Sebelum indikator-indikator dianalisis dengan teknik Amoeba, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pada setiap indikator untuk menentukan baik buruknya tiap-tiap indikator yang diukur. Jika nilai indikator semakin ke kiri menunjukkan bahwa indikator tersebut berhasil dan juga nilai indikator semakin ke kanan maka indikator tersebut dikatakan buruk, dapat dilihat Gambar 15 dan 16. Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran indikator-indikator dengan menggunakan teknik amoeba. Hasil dari analisis terhadap indikator pada pengelolaan terumbu karang karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo dapat dilihat pada Gambar 17 dan 18 dibawah ini. 91 Gambar 15 Pengukuran indikator biofisik dan indikator sosial dan ekonomi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar. Gambar 16 Pengukuran indikator biofisik dan indikator sosial dan ekonomi masyarakat dalam pengelolaan DPL Desa Mo’awo 115 Gambar 17 Hasil evaluasi indikator biofisik dan indikator sosial dan ekonomi masyarakat dengan teknik Amoeba dalam pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa Gambar 18 Hasil evaluasi indikator biofisik dan indikator sosial dan ekonomi masyarakat dengan teknik Amoeba dalam pengelolaan DPL Desa Mo’awo 81 Berdasarkan hasil analisis teknik amoeba terhadap indikator pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa Gambar 17, tujuh indikator yang diukur mengalami perubahan dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Perubahan pada indikator tersebut terjadi peningkatan pada tutupan karang hidup pada tahun 2006 sebesar 39.31 meningkat pada tahun 2009 sebesar 44.84, jadi peningkatan tutupan karang hidup dari tahun 2006 ke tahun 2009 sebesar 5.53. Struktur keseragaman jenis ikan karang pada tahun 2006 sebesar 70.1 0.701 meningkat pada tahun 2009 menjadi 80.4 0.804. Struktur keseragaman jenis biota megabentos pada tahun 2006 sebesar 70.5 0.705 meningkat pada tahun 2009 menjadi 87.4 0.874. Kecerahan perairan sebesar 100 masih sama dengan hasil penelitian tahun 2006 tidak berubah karena perairan di sekitar kawasan DPL bebas dari sedimentasi sehingga kondisi perairan sangat jernih dan sangat baik untuk lingkungan terumbu karang, dimana pada pengamatan dari atas permukaan laut posisi terumbu karang di dasar perairan masih kelihatan. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di DPL Kelurahan Pasar Lahewa tahun 2006 sebesar 67 5.75 ppm tahun 2009 sebesar 76 6.5 ppm. Kandungan oksigen terlarut masih dalam ambang batas normal yaitu masih berada diantara 5.8 sd 8.5 ppm Nybakken, 1988 kondisi ini sangat baik untuk pertumbuhan terumbu karang dan untuk kelangsungan hidup berbagai jenis biota yang ada didalamnya. Tingkat kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan terumbu karang di DPL meningkat, pada tahun 2006 tingkat partisipasi masyarakat sebesar 69 meningkat pada tahun 2009 menjadi 80. Tingkat pendapatan rata-rata masyarakat pada tahun 2006 sekitar Rp. 500 . 000bulan 33.3 mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi Rp. 1 . 461 . 428bulan 48.7. Jadi peningkatan pendapatan masyarakat dari tahun 2006 sampai tahun 2009 sebesar Rp. 961 . 428 15.4. Salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yaitu persepsi mengalami penurunan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tingkat persepsi masyarakat pada tahun 2006. Penurunan tingkat persepsi masyarakat di khawatirkan mempengaruhi efektivitas pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa. Karena dengan persepsi masyarakat dapat mempengaruhi tingkat kesediaannya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan DPL. 82 Hasil analisis teknik amoeba terhadap pengukuran indikator pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo Gambar 18, semua indikator pengamatan pada tahun 2009 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Persentase tutupan karang hidup tahun 2006 sebesar 32.80 meningkat pada tahun 2009 sebesar 37.50. Peningkatan tutupan karang hidup dari tahun 2006 ke tahun 2009 sebesar 4.07. Stuktur keseragaman jenis ikan karang pada tahun 2006 sebesar 55 0.508 meningkat pada tahun 2009 menjadi 77 0.770. Struktur keseragaman jenis biota megabentos pada tahun 2006 sebesar 52 0.522 meningkat pada tahun 2009 sebesar 64 0.640. Kecerahan perairan berdasarkan hasil penelitian tahun 2006 sama dengan hasil pengukuran kecerahan tahun 2009 yaitu 100. Kandungan oksigen terlarut berdasarkan hasil penelitian CRITC-LIPI 2006 sebesar 80 6.80 ppm, sedangkan hasil pengukuran tahun 2009 sebesar 81 6.96 ppm. Tingkat kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan terumbu karang di DPL pada tahun 2006 sebesar 70 meningkat pada tahun 2009 menjadi 83. Tingkat persepsi masyarakat tentang pengelolaan terumbu karang tahun 2006 sebesar 15, meningkat pada tahun 2009 menjadi 46. Tingkat pendapatan masyarakat pada tahun 2006 rata-rata sebesar Rp. 400 . 000bulan 30.7, meningkat pada tahun 2009 sebesar Rp. 1 . 352 . 000bulan 58.7. Jadi peningkatan pendapatan masyarakat dari tahun 2006 sampai tahun 2009 sebesar Rp. 952 . 000 28. Dari hasil pengukuran indikator di dua DPL di atas, perubahan yang terjadi pada setiap indikator dalam pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa lebih rendah jika dibandingkan perubahan indikator pada pengelolaan DPL Desa Mo’awo. Perubahan yang terjadi pada indikator DPL Desa Mo’awo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan pada indikator pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa. Salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Pasar Lahewa yaitu persepsi masyarakat mengalami penurunan pada tahun 2009. Sedangkan hasil pengukuran delapan indikator dalam pengelolaan DPL Desa Mo’awo mengalami perubahan pada tahun 2009 dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Pengelolaan DPL yang baik, berhasil apabila tujuan dari pengelolaan dapat tercapai dan memberikan hasil sesuai dengan rencana. Dari hasil analisis efektivitas pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan DPL Desa Mo’awo di atas, pengelolaan DPL yang lebih efektif dan lebih baik adalah pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo. 83

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan DPL

Dokumen yang terkait