Pembahasan Umum Efektivitas pengelolaan terumbu karang di dua daerah perlindungan laut Kecamatan Lahewa Nias Provinsi Sumatera Utara:

95 Dari hasil penelitian di dua DPL di atas, pengelolaan terumbu karang yang lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pengelolaan terumbu karang di DPL adalah pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo. Efektifnya pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo dapat dilihat dari hasil pengukuran indikator biofisik lebih baik dibandingkan dengan hasil pengukuran indikator biofisik di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Mo’awo seperti partisipasi, persepsi, pendapatan, sikap, pendidikan lebih baik dibandingkan dengan Kelurahan Pasar Lahewa.

6.3 Pembahasan Umum

Efektivitas pengelolaan DPL adalah hal yang mutlak diperlukan untuk mengetahui apakah pengelolaan terumbu karang di DPL yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan sehingga dapat terlihat apakah tujuan dapat dicapai atau tidak. Oleh sebab itu penting, untuk menetapkan tujuan evaluasi efektivitas pengelolaan DPL sebagai alat untuk membantu pengelola dalam pekerjaannya, bukan sebagai sebuah cara mematai- matai atau menghukum para pengelola yang kinerjanya kurang. Bagaimanapun juga, pemerintah dan masyarakat umum, punya hak untuk mengetahui pencapaian sasaran dan tujuan pengelolaan terumbu karang di dua DPL Kecamatan Lahewa. Menurut Hockings et.al., 2006 tujuan dari evaluasi efektivitas pengelolaan yaitu 1 untuk mempromosikan pengelolaan yang adaptif; 2 meningkatkan kualitas kegiatan; 3 sebagai akuntabilitas kepada pemerintah dan masyarakat umum. Ketiga tujuan ini selanjutnya akan diupayakan tercapai secara utuh melalui hasil evaluasi yang dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil evaluasi efektivitas pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa dengan teknik Amoeba, tujuh indikator yang di evaluasi mengalami peningkatan, sedangkan salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yaitu indikator persepsi mengalami penurunan pada tahun 2009 dibandingkan dengan hasil penelitian pada tahun 2006. Menurunnya tingkat persepsi masyarakat Kelurahan Pasar Lahewa dalam pengelolaan DPL disebabkan karena kegiatan sosialisasi tentang fungsi dan manfaat terumbu karang di kawasan ini sudah mulai 96 berkurang. Hal ini dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat Kelurahan Pasar Lahewa, yang mengatakan akhir-akhir ini sosialisasi tentang terumbu karang jarang dilakukan. Hasil evaluasi terhadap parameter biofisik dan sosial ekonomi masyarakat yang dilakukan dalam pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo semuanya mengalami peningkatan pada tahun 2009 jika dibandingkan dengan hasil penelitian tahun 2006, dan jika dibandingkan dengan pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa, maka pengelolaan DPL Mo’awo lebih efektif. Selain faktor lingkungan yang mendukung keberhasilan pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo sangat dipengaruhi oleh faktor kegiatan masyarakat disekitarnya. Karena mayoritas masyarakat Desa Mo’awo bermata pencaharian sebagai nelayan, yang selalu menggantungkan harapannya pada sumberdaya laut yang ada disekitarnya. Dengan tingkat pemahaman yang baik dari masyarakat Desa Mo’awo, kegiatan-kegiatan masyarakat yang bersifat merusak dalam pemanfaatan sumberdaya terumbu karang secara pelan-pelan mulai menurun. Hal ini dapat kita lihat tingkat persepsi masyarakat yang semakin meningkat pada penelitian tahun 2009 sebesar 46, sedangkan tingkat persepsi masyarakat berdasarkan hasil penelitian tahun 2006 hanya 15 saja yang mengatakan sangat memahami fungsi dan manfaat terumbu karang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan terumbu karang di dua DPL Kecamatan Lahewa berdasarkan analisis komponen utama adalah indikator sosial ekonomi masyarakat yang terdiri dari partisipasi, persepsi, pendapatan, pendidikan, sikap. Di dasari dari analisis dalam penelitian ini maka jika dibandingkan dengan efektivitas pengelolaan DPL Kelurahan Pasar Lahewa, maka pengelolaan DPL Desa Mo’awo lebih efektif. Dengan demikian, pelibatan masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan DPL merupakan langkah strategis dan tepat. Selain itu, dengan modal DPL berbasis masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti perlindungan sumber daya laut yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat saat ini dan generasi yang akan datang. Tanpa peran serta masyarakat dalam setiap kebijakan pemerintah, tujuan ditetapkannya kebijakan tersebut sulit dicapai. Oleh 97 sebab itu, untuk meningkatkan kondisi terumbu karang di dua DPL Kecamatan Lahewa, upaya menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengawasan kebijakan tersebut harus selalu dilakukan. Melalui penelitian beberapa hal penting yang perlu dilakukan dan ditingkatkan, yaitu untuk penegakkan hukum, secara yuridis formal status peraturan-peraturan desa yang telah ditetapkan oleh desa-desa di Kecamatan Lahewa agar memiliki kekuatan hukum yang tetap. Kendala yang dihadapi pada saat ini adalah masih rendahnya pengetahuan para pihak di tingkat desa tentang kewenangan untuk bertindak dalam mengawal peraturan desa tersebut. Masih terpola sebuah pemikiran yang klasik bahwa penegakkan aturan akan efektif jika tindakan atas pelanggaran peraturan yang ditetapkan bersama oleh masyarakat di tingkat desa harus dilakukan oleh intitusi formal seperti polisi. Ditinjau dari segi pengawasan, cukup efektif sejak ditetapkannya DPL. Selain itu pengelolaan DPL dipengaruhi juga oleh masalah pendanaan. Dalam pengelolaan DPL, dana dibutuhkan untuk melaksanakan pertemuan-pertemuan penggantian tanda batas dan pelampung atau rambu-rambu DPL, biaya operasional pengawasanpatroli. Secara umum kondisi fisik seperti rambu-rambu DPL sudah tidak nampak, dan tidak terlihat lagi. Pelampung atau rambu-rambu DPL banyak yang sudah hilang sehingga tidak menunjukkan fungsi sebagai tanda batas DPL. Sebagai bahan perbandingan kepada kita, beberapa DPL yang telah berhasil di kelola di Indonesia, antara lain : 1. DPL yang terdapat di Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan yang juga merupakan DPL pertama yang ada di Indonesia dengan luas DPL 10 ha. Hasil studi awal menunjukkan adanya peningkatan kelimpahan jumlah ikan setelah diberlakukannya daerah perlindungan laut ini selama satu tahun, dan juga peningkatan terhadap persentase tutupan karang hidup secara keseluruhan. Selain DPL di desa Blongko ada 3 DPL lain yang yaitu Desa Bentenan dan Desa Tumbak di Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Selatan dan Desa Talise Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. DPL lain terdapat di Kecamatan Likupang Barat dan Kecamatan Likupang Timur yang berjumlah 21 DPL. 98 2. DPL di Sulawesi Utara saat ini telah terdapat 25 DPL yang dibentuk oleh masyarakat desa-desa pesisir yang terdapat di wilayah tanah Minahasa. 3. DPL Pulau Sebesi di Lampung Selatan salah satu DPL yang berhasil dikelola di bagian barat Indonesia. Akan tetapi, hasil jangka panjang akan lebih menunjukkan apakah daerah perlindungan ini dapat mendukung konservasi dari ekosistem yang ada, dan juga memuaskan kebutuhan pokok dari masyarakat lokal, atau tidak. Hal yang terpenting ialah bahwa masyarakat lokal memiliki akses dan kontribusi penuh di dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan dari daerah perlindungan laut ini. Dengan demikian mereka akan mengambil tanggung jawab di dalam menjaga sumberdaya alam yang mereka miliki dan menentukan masa depan mereka sendiri. DPL luar negeri yang telah berhasil dikelola dengan baik adalah sebagai berikut : 1. DPL De Hoop, Afrika Selatan dengan jenis habitat ekosistem terumbu karang, berhasil setelah 2 tahun dijadikan sebagai kawasan DPL. Keberhasilan ini menurut Bennett dan Attwood, 1991 penangkapan setiap spesies meningkat sampai dengan 5 kali lipat untuk 6 dari 10 spesies komersial penting. 2. DPL Barbados dengan habitat ekosistem terumbu karang berhasil setelah 11 tahun dijadikan sebagai kawasan DPL. Keberhasilan kawasan ini menurut Rakitin dan Kramer, 1996, Chapman dan Kramer, 1999 adalah ikan berukuran besar dan mudah diperangkap, jumlah dua kali lipat lebih berlimpah di daerah perlindungan dan 18 dari 22 spesies ukurannya menjadi lebih besar. Demikian penelitian tentang efektivitas pengelolaan terumbu karang di dua DPL Kecamatan Lahewa, dengan harapan agar pengelolaan kedua DPL ini dapat lebih berhasil lagi dibandingkan dengan keberhasilan saat sekarang ini. Terumbu karang sehat ikan berlimpah, masyarakat sejahtera. 7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dokumen yang terkait