17
3.6.6 Analisis Hubungan antara Karakteristik Masyarakat
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik masyarakat di analisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama atau Principal Component
Analysis PCA. Analisis ini dilakukan dalam 2 tahap. Pertama, analisis hasil
individu responden pada masing-masing lokasi. Tahap berikutnya adalah Analisis Komponen Utama. Analisis ini dilakukan untuk mengkaji keterkaitan antara
karakteristik sosial ekonomi masyarakat. PCA
merupakan metode
statistik deskriptif yang bertujuan untuk
menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri dari variabel sebagai
kolom dan observasiresponden sebagai baris. Analisis ini juga digunakan mereduksi gugus variabel yang berukuran besar dan saling berkorelasi Bengen
2000. Pada prinsipnya PCA menggunakan jarak Euclidean jumlah kuadrat
perbedaan antara individubaris dan variabelkolom yang berkoresponden pada data, sebagaimana rumus berikut ini :
2 p
1 j
2
j xi
xij i
i, d
∑ −
=
=
........................................................................... 11 Dimana : i dan i’ adalah baris dan j adalah indeks kolom
Semakin kecil jarak Euclidean antara variabel, maka makin mirip karakteristiknya. Demikian pula sebaliknya semakin besar jarak Euclidean antara
variabel, maka semakin berbeda karakteristiknyaketerdekatannya. Pengolahan data analisis komponen utama dengan menggunakan XLSTAT 2009.5.01.
Tujuan utama penggunaan analisis komponen utama dalam matriks ini adalah :
1 Mengekstraksi infomasi esensial yang terdapat dalam suatu tabelmatriks data berukuran besar.
2 Menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan interpretasi. 3 Mempelajari suatu tabelmatriks data dari sudut pandang kemiripan antara
individu atau hubungan antara variabel.
18
Tabel 6 Matriks analisis karakteristik masyarakat
V a r i a b e l No. Observasi
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 1
Observasi 1 2
Observasi 2 :
N Observasi
n
Keterangan : X1 = Umur, X2 = Profesi, X3 = Pendidikan, X4 = Pendapatan, X5 = Persepsi,
X6 = Sikap, X7 = Partisipasi 3.6.7 Analisis Gabungan Efektifitas Pengelolaan
Pengelolaan adalah sebuah proses yang berkelanjutan, iteratif, adaptif dan partisipatif yang terdiri dari sebuah set tugas yang saling terkait satu sama lain dan
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Adrianto, 2007. Dalam konteks ini, proses perencanaan harus dimonitor agar sistem yang sudah
direncanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan harus dievaluasi dalam konteks bahwa perlu proses pembelajaran dari kesuksesan maupun kegagalan dari
sistem yang sudah ditetapkan. Untuk itu, evaluasi dalam pengelolaan terumbu karang di dua DPL Kecamatan Lahewa perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
pengelolaan tersebut dapat memberikan hasil positif atau tidak. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan terumbu karang di dua
DPL di Kecamatan Lahewa, dilakukan analisis terhadap beberapa indikator dengan menggunakan teknik Amoeba. Indikator-indikator yang dianalisis
didasarkan pada evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi laut oleh lembaga konservasi dunia tentang pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
IUCN. Menurut
Pomeroy., et al
, 2004 beberapa indikator yang perlu dievaluasi pada pengelolaan kawasan konservasi laut, antara lain : 1 indikator biofisik
seperti tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang, dan kelimpahan megabentos, suhu, kecerahan, kedalaman, salinitas, dan oksigen terlarut. 2
indikator karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat seperti : pendidikan, pendapatan, persepsi atau pemahaman untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan
19
kawasan koservasi laut. Metode pengukuran indikator-indikator ini berdasarkan pada data 2 tahun yang berbeda, data tahun 2006 adalah kondisi sebelum
terbentuk DPL, sedangkan data tahun 2009 kondisi setelah terbentuk DPL untuk masing-masing lokasi penelitian. Kedua indikator di atas di analisis dengan
menggunakan teknik Amoeba seperti terlihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6 Pengukuran indikator diadopsi dari Glaser, 2001; diacu dalam Adrianto, 2007
Pengukuran indikator di atas, adalah berdasarkan indikator pilihan untuk pengelolaan kawasan konservasi laut, dengan menampilkan dua data tahun yang
berbeda. Data tahun 2006 adalah kondisi sebelum terbentuk DPL, sedangkan tahun 2009 adalah kondisi setelah terbentuk DPL. Langkah selanjutnya adalah
pengukuran efektivitas pengelolaan terhadap indikator-indikator pilihan dengan menggunakan teknik Amoeba seperti pada Gambar 7 berikut ini.
20
Gambar 7 Hasil pengukuran indikator dengan Teknik Amoeba diadopsi dari Glaser, 2001; diacu dalam Adrianto, 2007
Gambar 7 di atas adalah hasil pengukuran indikator pilihan dengan teknik Amoeba
. Indikator tersebut terdiri dari indikator ekologi dan indikator sosial ekonomi masyarakat. Data tahun 2006 adalah ditandai dengan garis warna biru,
sedangkan garis warna merah adalah data tahun 2009. Selisih antara data tahun 2006 dengan data tahun 2009 adalah efektivitas pengelolaan DPL. Gambar di atas
indikator ekologi tutupan karang hidup garis merah 2009 melewati garis biru 2006, artinya terjadi peningkatan tutupan karang hidup dalam pengelolaan
terumbu karang di DPL. Sedangkan indikator yang lain mengalami penurunan, karena garis biru 2006 melewati garis merah 2009 maka terjadi penurunan
pada indikator tersebut sehingga pengelolaan DPL dikatakan gagal.
46
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kecamatan Lahewa