Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan DPL

83

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan DPL

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo, dilakukan analisis pada beberapa karakteristik masyarakat. Analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama. Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang mempengaruhi pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo. Karakteristik masyarakat yang di analisis terdiri dari partisipasi, persepsi, sikap, pendapatan, pendidikan, profesi, dan umur. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang dipandang sangat penting, oleh karena itu defenisi yang digunakan akan sangat menentukan keberhasilan upaya pengembangan partisipasi masyarakat. Tingkat kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di DPL Desa Mo’awo cukup tinggi yaitu 83, responden yang kurang bersedia sebesar 11, dan yang tidak bersedia sebesar 6. Persepsi atau pemahaman dalam diri seseorang merupakan proses dalam memahami sesuatu dan atau menafsirkan suatu obyek dari suatu rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi atau pemahaman tentang manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang bagi kehidupan mereka cukup baik. Dari hasil survei menunjukkan bahwa persepsi atau pemahaman masyarakat Desa Mo’awo tentang manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang bagi kehidupan mereka cukup baik, yaitu 46 memahami, 37 kurang memahami dan 17 tidak tahu tentang ekosistem terumbu karang. Faktor pendapatan sangat terkait dengan mata pencaharian seseorang. Masyarakat Kelurahan Pasar Lahewa sebagian besar mata pencahariannya didominasi oleh nelayan, pendapatannya tidak menetap tergantung hasil tangkapan saat melaut dan musim yang selalu berubah-ubah. Berdasarkan hasil survei di Desa Mo’awo sebagian besar mata pencahariannya didominasi oleh nelayan, pendapatannya tidak menetap tergantung hasil tangkapan saat melaut dan musim yang selalu berubah-ubah. Berdasarkan hasil penelitian masyarakat di Desa Mo’awo yang memiliki pendapatan tertinggi sebesar 9 atau berkisar antara Rp. 2 050 000bulan, pendapatan terendah 3 atau Rp. 360 000bulan. 84 Pengelolaan ekosistem terumbu karang harus menggabungkan antara kepentingan ekologis dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar ekosistem terumbu karang. Dengan demikian pengelolaan ekosistem terumbu karang selain bertujuan untuk pengelolaan DPL, juga harus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami arti pengelolaan ekosistem terumbu karang tersebut. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai Soetrisno, 1995. Sikap tidak hanya mempunyai daya pendorong atau motivasi tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu hal, menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan, dan menyampaikan apa yang tidak diinginkan. Sikap juga cenderung menetap karena timbul dari pengalaman dan proses belajar serta mendukung aspek evaluatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Mo’awo 43 menginginkan agar terumbu karang di kawasan ini dilestarikan untuk keperluan jangka panjang, 57 responden menyatakan sikapnya agar terumbu karang dikawasan ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedangkan responden yang menghendaki ekosistem terumbu karang dimanfaatkan untuk aktivitas yang langsung, menimbulkan efek berupa keuntungan ekonomis adalah responden yang memprioritaskan manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang. Umur seseorang merupakan salah satu indikator yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Umur merupakan faktor karakteristik individu berupa kondisi biologis yang berlangsung semasa hidup dan bertambah sejalan dengan perjalanan hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa struktur umur responden di lokasi penelitian berkisar antara umur 17-55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Mo’awo umur responden berkisar antara umur 17-55 tahun. Umur dibawah 20 tahun sebesar 6, kisaran umur antara 21-30 tahun sebesar 31, kisaran umur antara 31-40 tahun sebesar 34, kisaran umur antara 41-50 tahun sebesar 23, dan pada kisaran umur antara 51-57 tahun sebesar 6. 85 Hasil wawancara dengan responden menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar masih tergolong sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden di Desa Mo’awo juga di dominasi oleh tamatan SD sebesar 80, tamatan SLTP sebesar 3 , dan tamatan SLTA sebesar 17. Tingkat pendidikan merupakan cerminan tingkat penguasaan seseorang terhadap suatu ilmu pengetahuan yang penerapannya terlihat pada perilakunya dalam hidup bermasyarakat. Umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin cepat kemampuan penyesuaiannya terhadap suatu perubahan. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterbatasan akses untuk mendapatkan informasi secara sosiologis akan berpengaruh pada tingkat pemahaman masyarakat dalam program pembangunan. Masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir seperti masyarakat Desa Mo’awo masing-masing bermata pencaharian sebagai nelayan 42, petani 29, wiraswasta 9, PNS 14, dan sebagai Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang LPSTK masing-masing 6. Dari beberapa karakteristik masyarakat Desa Mo’awo di atas, diperoleh hasil analisis komponen utama sebagai berikut : Hubungan antara beberapa karakteristik masyarakat dalam pengelolaan DPL Desa Mo’awo berdasarkan matriks korelasi yang mempunyai nilai paling besar yaitu pendidikan dengan nilai korelasi -0.827, selanjutnya di ikuti oleh variabel pendapatan sebesar -0.500 dan persepsi sebesar -0.537. Hubungan korelasi artinya bahwa untuk setiap peningkatan nilai variabel, maka akan diikuti oleh peningkatan variabel yang berkorelasi. Hubungan matriks korelasi antara karakteristik masyarakat Desa Mo’awo dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Matriks korelasi karakteristik masyarakat Desa Mo’awo Umur Profesi Pendidikan Pendapatan Persepsi Sikap Partisipasi Umur 1 Profesi 0.211 1 Pendidikan -0.239 -0.827 1 Pendapatan -0.129 -0.500 0.610 1 Persepsi -0.233 -0.315 0.320 0.162 1 Sikap 0.325 0.077 -0.220 -0.198 -0.537 1 Partisipasi 0.242 -0.230 0.138 0.030 -0.051 0.326 1 86 Dari hasil analisis komponen utama diketahui bahwa kontribusi setiap variabel karakteristik masyarakat menunjukkan bahwa ragam pada sumbu pertama hingga kedua sebesar 62.775; artinya bahwa data hasil analisis dapat diterangkan hingga sumbu kedua sebesar 62.775. Komponen pertama hingga kedua secara berurutan memiliki nilai akar ciri sebesar 2.721 dan 1.674 yang menjelaskan sumbu pertama 38.868 dan sumbu kedua 23.907 atau secara kumulatif sebesar 62.775. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 37.225 dijelaskan oleh sumbu-sumbu berikutnya. Interpretasi variabel yang berpengaruh terhadap pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo dapat dilihat pada lingkar korelasi bidang faktorial 1-2 F1 dan F2 Gambar 19. Melihat besarnya sudut yang terbentuk antar variabel nilai kosinus sudut, tampak bahwa kontribusi variabel atau faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo adalah variabel pendidikan, pendapatan, persepsi, sikap dan partisipasi sedangkan variabel lain seperti profesi memiliki korelasi yang kecil dan memliki pengaruh yang kecil terhadap pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar korelasi antara variabel dan sumbu faktorial utama di bawah ini. Gambar 19 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama F1 dan F2 87 Jika dilihat dari penyebaran titik individu pada bidang faktorial F1 dan F2 Gambar 20 terlihat bahwa titik sebaran individu untuk variabel sikap masyarakat mengelompok dekat variabel sikap. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Mo’awo lebih cenderung kalau terumbu karang di DPL agar dilestarikan dengan tujuan untuk pemanfaatan secara berkelanjutan. Sebaran individu dapat dilihat pada titik-titik individu yang menumpuk pada sumbu utama kedua 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 18, 24, 26, 27, 28, 31. Titik sebaran tersebut pada dilihat pada Gambar 20 dibawah ini. Gambar 20 Sebaran individu dan variabel karakteristik masyarakat Desa Mo’awo pada sumbu utama pertama dan kedua F1 dan F2 Hasil analisis komponen utama dalam pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo, diperoleh variabel karakteristik masyarakat yang paling mempengaruhi efektivitas pengelolaan adalah variabel pendidikan, pendapatan, persepsi, partisipasi dan sikap. Variabel-variabel ini merupakan variabel utama yang memiliki hubungan korelasi dengan variabel lainnya serta variabel yang paling dekat dengan sumbu. Tingkat pendidikan yang cukup sangat diperlukan dalam mengelola sebuah kawasan perlindungan laut. Tidak hanya masalah biofisik saja yang dikelola di DPL, kelembagaan merupakan sebagai alat pengaturan dalam menjalankan pengelolaan DPL. Maka dalam pengaturan pengelolaan DPL sangat diperlukan personil yang memiliki tingkat pendidikan memadai. 88 6 PEMBAHASAN

6.1 Efektivitas Pengelolaan Terumbu Karang di DPL Kelurahan Pasar

Dokumen yang terkait