90
dangkal dalam dalam zona-zona yang berbeda melintasi karang. Habitat yang beranekaragam ini sangat disukai oleh berbagai spesies ikan karang.
Berdasarkan hasil pengamatan biota megabentos yang dilakukan di DPL Kelurahan Pasar Lahewa, ditemukan 9 jenis biota megabentos, lebih tinggi dari
hasil penelitian tahun 2006 yang menemukan 4 jenis biota megabentos. Pengelolaan terumbu karang di DPL Kelurahan Pasar Lahewa mengalami
perubahan pada tahun 2009 di bandingkan dengan kondisi tahun 2006. Perubahan tersebut terjadinya peningkatan tutupan karang hidup, jumlah jenis dan individu
ikan karang dan biota megabentos meningkat. Faktor lingkungan yang bebas dari pencemaran yang masuk ke perairan merupakan penyebab utama peningkatan
tutupan karang hidup, ikan karang dan biota megabentos ikut meningkat pula. Kondisi lingkungan berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan menunjukkan
perairan tidak tercemar oleh sedimentasi, baik yang datang dari darat maupun yang datangnya dari laut itu sendiri. Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat
meningkat pada tahun 2009 dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat tahun 2006. Tingkat pendapatan masyarakat meningkat pada tahun
2009 jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan masyarakat pada tahun 2006. Tingkat kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan terumbu
karang di DPL semakin meningkat. Tingkat persepsi masyarakat pada tahun 2009 lebih rendah dibandingkan dengan tingkat persepsi masyarakat pada tahun 2006.
6.2 Efektivitas Pengelolaan Terumbu Karang di DPL Desa Mo’awo
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di DPL Desa Mo’awo secara umum persentase tutupan karang hidup mengalami peningkatan. Peningkatan
terjadi pada karang genus Acropora dan karang genus Non-Acropora. Jenis tutupan karang hidup yang ditemukan di DPL selama penelitian sebanyak 7 jenis.
Hasil penelitian persentase tutupan karang hidup oleh CRITC-LIPI 2006 lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian persentase tutupan karang hidup
tahun 2009. Berdasarkan hasil sensus visual ikan karang di DPL Desa Mo’awo lebih
rendah dari jumlah ikan yang ditemukan di DPL Kelurahan Pasar Lahewa.
91
Kelimpahan individu tertinggi kelompok ikan target ditemukan dari family Acanthuridae
, 4 spesies, 62 individu. Struktur keanekaragaman jenis ikan karang yang ditemukan pada tahun
2009 meningkat, pada tahun 2006 ditemukan 28 spesies ikan ikan karang sedangkan pada tahun 2009 ditemukan 35 spesies ikan karang. Struktur
keseragaman jenis ikan masih dalam kondisi sedang, hampir sama jumlah antara jenis ikan karang yang ditemukan.
Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies ikan karang untuk melakukan pemijahan, bertelur, pembesaran anak, mencari makan,
terutama bagi sejumlah ikan target yang memiliki nilai ekonomis penting. Banyaknya jenis makhluk hidup laut yang dapat ditemukan di terumbu karang
menjadikan ekosistem ini sebagai gudang keanekaragaman hayati laut. Biota megabentos yang ditemukan di DPL Desa Mo’awo, ditemukan 10
jenis biota megabentos, lebih tinggi dari hasil penelitian tahun 2006 yang menemukan 4 jenis biota megabentos. Biota pemangsa karang Acanthaster planci
ditemukan dalam jumlah banyak di DPL Desa Mo’awo. Biota Acanthaster planci merupakan salah satu masalah besar yang potensial dihadapi di dalam pengelolaan
terumbu karang. Di antara pemangsa karang yang ada, Acanthaster planci adalah pemangsa karang yang paling berbahaya. Kerusakan terumbu karang akibat
Acanthaster planci telah dilaporkan di seluruh dunia, misalnya Jepang, Australia,
Palau, Guam, Vanuatu, Papua, Vietnam dan Indonesia. Kualitas perairan atau faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karang dan perkembangan biota lainnya. Untuk mengetahui kondisi lingkungan terumbu karang, dilakukan pengukuran terhadap parameter kualitas
perairan. Parameter kualitas perairan yang diukur adalah kecerahan, dan oksigen terlarut. Hasil pengukuran paramater kualitas perairan yang dilakukan di DPL
Desa Mo’awo menunjukkan hasil yang baik. Semua parameter yang diukur masih dalam batas normal.
Keterlibatan atau partisipasi aktif masyarakat dalam suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada tidaknya manfaat yang diperoleh dari suatu
92
program tersebut akan menjadi unsur pendorong anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
Menurut Hockings dan Dudley 2006 sebuah pengelolaan kawasan konservasi dikatakan efektif atau tidak, dapat diketahui pada elemen keluaran
output dan capaian outcome dari proses pengelolaan. Ketika keluaran dan capaian sesuai dengan perencanaan untuk mencapai tujuan konservasi maka pengelolaan
dapat dikatakan efektif. Berdasarkan
hasil analisis komponen utama diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas pengelolaan di DPL Desa Mo’awo adalah pendidikan, pendapatan, persepsi, sikap dan partisipasi. Hubungan antara indikator ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : -
Hubungan antara pendidikan dan pendapatan Tingkat pendidikan seseorang merupakan cerminan tingkat penguasaan
seseorang terhadap suatu ilmu pengetahuan yang penerapannya terlihat pada perilakunya dalam hidup bermasyarakat. Umumnya semakin tinggi
pendidikan, maka semakin cepat kemampuan penyesuaiannya terhadap suatu perubahan. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterbatasan akses untuk
mendapatkan informasi secara sosiologis akan berpengaruh pada tingkat pemahaman masyarakat dalam program pembangunan.
Tingkat pendidikan yang memadai sangat menentukan seseorang untuk bertindak agar kondisi perekonomiannya dapat meningkat dibandingkan
dengan kondisi yang dia dapatkan sekarang. Dengan adanya pendidikan seseorang dapat menemukan cara bagaimana mengatur dan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada. Sumberdaya tersebut seperti sumberdaya terumbu karang yang ada di DPL, dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat
berpikir secara rasional bagaimana cara menyelamatkan sumberdaya terumbu karang yang sedang dikelola agar dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi
untuk meningkatkan perekonomian. - Hubungan antara pendapatan dengan persepsi atau pemahaman
Pengelolaan terumbu karang di DPL harus menggabungkan antara kepentingan ekologis dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar DPL. Dengan
demikian pengelolaan terumbu karang memerlukan pemahaman yang baik
93
tentang apa tujuan dari pengelolaan terumbu karang di DPL. Dengan adanya pemahaman maka seseorang merasa bertanggung jawab untuk melestarikan
sumberdaya yang sedang dikelola, melindungi dari kegiatan pengrusakan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatannya karena pada sumberdaya
terumbu karang tersebut dapat memberikan pendapatan secara ekonomi. - Hubungan antara persepsi dan sikap
Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia. Untuk itu kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengelilinginya. Sedangkan
pengetahuan adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Beberapa pendapat tentang persepsi dikemukakan oleh para ahli
Persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi. Persepsi merujuk kepada beberapa proses dimana kita menjadi tahu dan berpikir
mengenai beberapa hal berupa karakteristik, dan pengelolaan suatu kawasan Zanden.J.W.V, 1984.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya persepsi merupakan sesuatu kesan dan pandangan seseorang dari hasil penafsiran,
pemahaman, dan pengamatannya pada lingkungan sekitarnya. Persepsi seseorang tidak eksis begitu saja melainkan dibentuk dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor berupa sikap, kepentingan, pengalaman, harapan dan latar belakang pendidikan. Di dalam setiap kehidupan manusia memiliki pendapat
mengenai suatu keadaan. Pendapat tersebut seringkali diikuti dengan kecenderungan untuk bertingkah laku dan biasanya disebut dengan sikap.
Sikap didefinisikan sebagai kesiapan mental dan kesiapan syaraf, yang diperoleh lewat pengalaman, dan mempunyai pengaruh langsung pada
tanggapan individu terhadap keadaan dimana mereka berhubungan Mar’at, 1984: 9.
Oleh karena itu sikap masyarakat dalam pengelolaan DPL terbagi dua yaitu sikap untuk melestarikan dan sikap untu memanfaatkan sumberdaya tersebut.
Sebagian besar masyarakat menghendaki agar terumbu karang tetap dilestarikan bertujuan agar keseimbangan antara manfaat langsung ekonomi
dan manfaat tidak langsung ekologi dapat dirasakan. Dimana apabila terumbu karang terpelihara dengan baik, maka keseimbangan hasil tangkapan
94
mereka akan terjaga dengan demikian pendapatan mereka akan terjaga kestabilannya.
- Hubungan antara persepsi dengan partisipasi Tingkat pemahaman masyarakat terhadap lingkungan berkorelasi positif
dengan partisipasi. Artinya semakin baik masyarakat memahami tentang lingkungan khususnya pengelolaan terumbu karang di DPL, baik fungsi
maupun peranannya akan semakin baik pula partisipasinya terhadap kegiatan- kegiatan tersebut. Dalam konteks pengelolaan terumbu karang di DPL ini
partisipasi tersebut diwujudkan dalam bentuk kehadiran dan sumbangan pikiran, tenaga yang diberikan pada setiap kegiatan.
- Hubungan antara sikap dengan partisipasi Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berpikir agar dapat
mendorong seseorang untuk termotivasi dalam menentukan, apakah harus pro atau kontra terhadap sesuatu kegiatan.
Dalam pengelolaan terumbu karang di DPL sikap masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh. Sikap untuk melestarikan terumbu karang di DPL
adalah cara yang tepat menyelamatkan lingkungan, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dengan adanya sikap mendukung atau pro terhadap
pengelolaan terumbu karang di DPL, hal ini merupakan sumbangan langsung dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang tersebut. Partisipasi dalam hal
ini adalah partisipasi dalam bentuk pikiran, dan tenaga yang diberikan oleh masyarakat untuk ikut mengelola DPL tersebut.
Maka dengan meningkatnya tutupan karang hidup di DPL Desa Mo’awo selain faktor lingkungan perairan yang baik, dukungan dari masyarakat
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pengeloaan terumbu karang di DPL. Dengan adanya dukungan dari masyakarat untuk melestarikan terumbu
karang dan menghindari tekanan-tekanan dari manusia semakin berkurang. Kondisi perairan sesuai dengan hasil pengukuran kualitas perairan menunjukkan
perairan tidak tercemar oleh sedimentasi, baik yang datang dari darat maupun yang datangnya dari laut itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak
terumbu karang berkurang, terlihat dari tutupan patahan karang rubblehasil penelitian CRITC-LIPI 2006 menurun pada penelitian tahun 2009.
95
Dari hasil penelitian di dua DPL di atas, pengelolaan terumbu karang yang lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pengelolaan terumbu karang di DPL adalah
pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo. Efektifnya pengelolaan terumbu karang di DPL Desa Mo’awo dapat dilihat dari hasil pengukuran
indikator biofisik lebih baik dibandingkan dengan hasil pengukuran indikator biofisik di DPL Kelurahan Pasar Lahewa dan meningkat dibandingkan dengan
kondisi tahun 2006. Tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Mo’awo seperti partisipasi, persepsi, pendapatan, sikap, pendidikan lebih baik dibandingkan
dengan Kelurahan Pasar Lahewa.
6.3 Pembahasan Umum