Ketidakstabilan  pati  beras  ketan  selama  pemanasan  signifikan  lebih  tinggi dibandingkan beras IR 42. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Nakorn et al.
2009 dan Singh et al. 2010 bahwa kadar amilosa memiliki korelasi yang negatif terhadap breakdown. Menurut Varavinit et al. 2003, breakdown pada beras ketan
tinggi  karena  kemampuan  granula  pati  yang  mudah  pecah  selama  pemanasan setelah viskositas puncak tercapai.
Perlakuan  gelatinisasi  dengan  berbagai  suhu  menyebabkan  kestabilan  pati pragelatinisasi  selama  pemanasan  cenderung  tidak  berbeda  kecuali  pada  suhu
94.10±0.14 C.  Kestabilan  pati  beras  ketan  pragelatinisasi  selama  pemanasan
menurun  pada  suhu  permukaan  drum  yang  lebih  rendah  kemudian  meningkat kembali pada suhu permukaan drum yang lebih tinggi. Menurut Han et al. 2001,
perbedaan  viskositas  breakdown  ini  berhubungan  dengan  panjang  rantai  cabang amilopektin. Jumlah rantai pendek amilopektin pada pati pragelatinisasi yang tinggi
akan  menurunkan  viskositas  breakdown.  Sementara  itu,  pati  beras  IR42 pragelatinisasi memiliki kestabilan selama pemanasan yang cenderung sama ketika
suhu permukaan drum ditinggikan.
Kestabilan  pati  selama  pendinginan  pada  perlakuan  tertentu  serta  hasil analisis ragamnya dapat  dilihat pada Tabel  11. Jenis  pati, suhu permukaan drum
serta  interaksi  keduanya  berpengaruh  nyata  terhadap  viskositas  setback  relatif p0.05. Viskositas setback relatif pati beras ketan lebih rendah secara signifikan
dibandingkan pati beras IR 42. Kemampuan setback yang tinggi pada pati beras IR 42  menunjukkan  kemudahan  pati  pragelatinisasi  teretrogradasi  Varavinit  et  al.
2003.  Perlakuan  pragelatinisasi  pati  pada  suhu  permukaan  drum  yang  berbeda cenderung menghasilkan viskositas setback relatif yang tidak berbeda.
Sebaliknya,  menurut  Wadchararat  et  al.  2006  dan  Patindol  et  al.  2012 menyatakan bahwa tepung beras pragelatinisasi memiliki setback yang lebih rendah
daripada pati native. Amilosa bebas yang keluar dari granula pati akibat gelatinisasi akan menurunkan viskositas setback Park et al. 2007. Sementara itu setback pati
beras ketan pragelatinisasi dengan peningkatan suhu permukaan drum cenderung meningkat seperti yang dinyatakan oleh Lai et al. 2001 sedangkan pada pati beras
IR 42 pragelatinisasi cenderung sama.
Tabel 10
Viskositas breakdown relatif pada jenis pati dan suhu permukaan drum tertentu Suhu permukaan drum
C Viskositas breakdown relatif
cP
iii
Viskositas breakdown relatif
pada rata-rata suhu permukaan drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
Kontrol 0.56 ± 0.03d
0.31 ± 0.00b 0.44 ± 0.14b
63.75 ± 0.21 0.74 ± 0.01f
0.20 ± 0.01a 0.46 ± 0.31bc
74.65 ± 2.19 0.72 ± 0.01ef
0.32 ± 0.01b 0.52 ± 0.23d
82.35 ± 1.34 0.66 ± 0.02e
0.31 ± 0.00b 0.49 ± 0.20cd
94.10 ± 0.14 0.40 ± 0.01c
0.34 ± 0.07bc 0.37 ± 0.05a
Viskositas breakdown relatif pada rata-rata jenis pati
i
0.61±0.13b 0.29±0.06a
i
Huruf yang berbeda pada baris rata-rata jenis pati menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap viskositas  breakdown  relatif;
ii
Huruf  yang  sama  pada  kolom  rata-rata  suhu  permukaan  drum menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap viskositas breakdown relatif;
iii
Huruf yang berbeda pada kolom  iii  pati  ketan  dan  pati  IR  42  menunjukkan  berbeda  nyata  p0.05  terhadap  viskositas
breakdown relatif; relatif terhadap viskositas puncak; nativ
28 Tabel 11
Viskositas setback relatif pada jenis pati dan suhu permukaan drum tertentu Suhu permukaan drum
C Viskositas setback relatif
cP
iii
Viskositas setback relatif pada rata-
rata suhu permukaan drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
Kontrol 0.35± 0.04a
0.78± 0.03d 0.56± 0.25b
63.75 ± 0.21 0.36 ± 0.01a
0.55± 0.03bc 0.45 ± 0.11a
74.65 ± 2.19 0.46 ± 0.09ab
0.70 ± 0.05d 0.58 ± 0.15b
82.35 ± 1.34 0.48 ± 0.09ab
0.67 ± 0.02cd 0.57 ± 0.12b
94.10 ± 0.14 0.76 ± 0.08d
0.70 ± 0.07d 0.73 ± 0.73c
Viskositas setback relatif pada rata-rata
jenis pati
i
0.48 ± 0.17a 0.68 ± 0.08b
i
Huruf yang berbeda pada baris rata-rata jenis pati menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap viskositas  setback  relatif;
ii
Huruf  yang  berbeda  pada  kolom  rata-rata  suhu  permukaan  drum menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap vikositas setback relatif;
iii
Huruf yang berbeda pada kolom  iii  pati  ketan  dan  pati  IR  42  menunjukkan  berbeda  nyata  p0.05  terhadap  viskositas
setback relative;  relatif terhadap viskositas akhir; native
Viskositas akhir pati dengan perlakuan tertentu dan hasil analisis ragamnya ditampilkan  pada  Tabel  12.  Jenis  pati,  suhu  permukaan  drum  serta  interaksi
keduanya berpengaruh nyata terhadap viskositas akhir p0.05. Viskositas akhir pati  beras  ketan  secara  signifikan  lebih  rendah  dibandingkan  pati  beras  IR  42
seperti pada penelitian Nakamura et al. 2010 dan Chung et al. 2011. Hal ini terjadi karena amilopektin lebih mudah terdegradasi dibandingkan amilosa Lin et
al. 2010.
Viskositas akhir pati pada suhu permukaan drum yang berbeda cenderung sama  namun  terjadi  peningkatan  pada  suhu  94.10±0.14
C.  Pati  yang  diduga mengalami  HMT pada suhu 94.10±0.14
C memiliki  viskositas akhir  yang lebih tinggi seperti yang dinyatakan Adebowale et al. 2005 bahwa pati HMT memiliki
viskositas  akhir  yang  lebih  tinggi  daripada  pati  native.  Berbeda  dengan  yang dinyatakan Nakorn et al. 2009 bahwa viskositas puncak setelah pendinginan pati
beras ketan pragelatinisasi akan menurun dengan meningkatnya suhu permukaan drum.
Tabel 12 Viskositas akhir pada jenis beras dan suhu permukaan drum tertentu
Suhu permukaan drum C
Viskositas akhir cP
iii
Viskositas akhir pada rata-rata suhu
permukaan drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
Kontrol 2260 ± 4a
5382 ± 51cd 3821 ± 1802b
63.75 ± 0.21 1872 ± 16a
3666 ± 52b 2769 ± 1036a
74.65 ± 2.19 1555 ± 32a
5024 ± 37c 3290 ± 2003ab
82.35 ± 1.34 1602 ± 152a
4830 ± 106c 3216 ± 1866ab
94.10 ± 0.14 6259  ± 195d
5638 ± 1353cd 5949 ± 866c
Viskositas akhir pada rata-rata jenis pati
i
2710 ± 1891a 4908 ± 849b
i
Huruf yang berbeda pada baris rata-rata jenis pati menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap viskositas  akhir;
ii
Huruf  yang  berbeda  pada  kolom  rata-rata  suhu  permukaan  drum  menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap viskositas akhir;
iii
Huruf yang berbeda pada kolom iii pati ketan dan pati IR 42 menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap viskositas akhir; native
4.2 Pengujian Pati dan Pati Pragelatinisasi dalam Penggorengan Model
Pangan 4.2.1
Air yang hilang pada Model Pangan Selama Penggorengan
Air yang hilang pada penggorengan model pangan tertentu serta hasil analisis ragamnya dapat dilihat pada Tabel 13. Jenis pati, suhu permukaan drum dryer dan
interaksi  keduanya  berpengaruh  nyata  terhadap  air  yang  hilang  selama penggorengan p0.05. Model pangan pati beras IR 42 secara signifikan memiliki
air  yang  hilang  lebih  tinggi  daripada  pati  beras  ketan.  Hal  ini  diduga  karena kemampuan  pati  beras  ketan  mengikat  air  lebih  tinggi  sehingga  air  tidak  mudah
terlepas selama penggorengan.
Pragelatinisasi pati secara signifikan menurunkan air yang hilang pada model pangan  namun  pati  beras  pragelatinisasi  dengan  suhu  permukaan  drum  yang
berbeda  memiliki  air  hilang  pada  model  pangan  yang  cenderung  sama.  Hal  ini diduga  karena  penggunaan  pati  pragelatinisasi  pada  model  pangan  berbentuk
pangsit  yang  memiliki  sifat  produk  berkadar  air  rendah.  Berbeda  dengan penggunaanya  pada  model  pangan  berkadar  air  tinggi  seperti  donat,  pati
pragelatinisasi  dapat  mempertahankan  air  yang  hilang  dalam  adonan  Shih  et  al. 2001; Shih et al.2002.
Air yang hilang pada model pangan pati pragelatinisasi dibandingkan model pangan tepung terigu 100 juga dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan hasil
Sample  T  Test,  model  pangan  pati  beras  ketan  native  secara  signifikan  berbeda dengan model pangan tepung terigu p0.05. Air yang hilang pada model pangan
pati  beras  ketan  native  lebih  tinggi  daripada  model  pangan  tepung  terigu  diduga karena  pengembangan  yang  tinggi  menyebabkan  jumlah  air  yang  hilang  relatif
besar.  Pengembangan  merupakan  peningkatan  volume  air  yang  cepat  dalam molekular  selama  evaporasi  Rossel  2001.  Sementara  itu,  model  pangan  tepung
terigu yang memiliki air yang hilang sebesar 30.27±0.39bk mengandung gluten yang dapat mempertahankan air dalam struktur bahan Gazmuri 2009. Selain itu
air yang hilang pada model pangan pati beras IR 42 pragelatinisasi 94.10±0.14
C, beras ketan pragelatinisasi 74.65±2.19
C, 82.35±1.34 C berbeda secara signifikan
terhadap model pangan tepung terigu p0.05.
i
Huruf yang berbeda pada baris rata-rata jenis pati menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap air  yang  hilang;
ii
Huruf  yang  berbeda  pada  kolom  rata-rata  suhu  permukaan  drum  menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap air yang hilang;
iii
Huruf yang berbeda pada kolom iii pati ketan dan pati IR 42 menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap air yang hilang; native
Tabel 13 Air yang hilang pada model pangan selama penggorengan
Suhu permukaan drum C
Air yang hilang berat kering
iii
Air yang hilang pada rata-rata suhu
permukaan drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
0.00 ± 0.00 35.78 ± 0.49f
30.07 ± 1.38e 32.93 ± 3.40b
63.75 ± 0.21 22.72 ± 1.83bc
27.29 ± 1.31d 25.01 ± 2.94a
74.65 ± 2.19 15.98 ± 0.49a
31.49 ± 0.63e 23.74 ± 8.97a
82.35 ± 1.34 21.07 ± 0.96b
27.40 ± 1.17d 24.24 ± 3.76a
94.10 ± 0.14 23.67 ± 0.09c
26.22 ± 1.02d 24.95 ± 1.59a
Air yang hilang pada rata-rata jenis pati
i
23.85± 6.92a 28.50 ± 2.24b
30
4.2.2 Penyerapan Minyak pada Model Pangan
Penyerapan minyak pada model pangan  dengan subtitusi pati tertentu serta hasil analisis ragamnya dapat dilihat pada Tabel 14. Interaksi jenis pati dan suhu
permukaan drum berpengaruh nyata terhadap kadar lemak model pangan p0.05. Namun tidak ditemukan pengaruh jenis pati dan suhu permukaan drum secara nyata
terhadap penyerapan minyak model pangan. Hal ini diduga karena penggunaan pati pragelatinisasi  pada  model  pangan  berbentuk  pangsit  yang  berkadar  air  rendah.
Berbeda  dengan  penelitian  Florentina  et  al.  2016,  subtitusi  50  tepung  beras pragelatinisasi 23.2 amilosa pada adonan donat dapat menurunkan penyerapan
minyak sebesar 33.70 terhadap adonan tepung terigu. Kemampuan tepung beras pragelatinisasi yang dapat menahan air dalam adonan menyebabkan penguapan air
dalam bahan selama penggorengan terhambat sehingga penyerapan minyak  yang terjadi  berkurang  Shih  et  al.  2001.  Selain  itu,  derajat  gelatinisasi  juga
mempengaruhi  penyerapan  minyak  pada  produk  yang  digoreng  Alfredo  et  al. 2009.  Derajat  gelatinisasi  tepung  beras  pragelatinisasi  sebesar  91.97  yang
dihasilkan dari proses drum drying mampu mengurangi penyerapan minyak pada adonan donat Florentina et al. 2016. Demikian juga yang dilaporkan oleh Kawas
et al. 2001 dan Oginni et al. 2014, derajat gelatinisasi adonan steam baked chips yang tinggi 94 mampu mengurangi penyerapan minyak daripada  freeze dried
chips  yang  memiliki  derajat  gelatinisasi  yang  lebih  rendah  45  dan  snack berbasis  gluten  pati  singkong  dengan  derajat  gelatinisasi  yang  lebih  tinggi  dapat
mengurangi penyerapan minyak.
Penyerapan minyak pada model pangan yang disubtitusi dengan pati beras beras  pragelatinisasi  dan  100  tepung  terigu  dapat  dilihat  pada  Gambar  9.
Berdasarkan  Sample  T  Test,  penggunaan  pati  beras  native  dan  pati  beras pragelatinisasi tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kadar lemak
model  pangan  tepung  terigu  100  14.00±0.42bk  kecuali  pada  pati  ketan pragelatinisasi 82.35 ± 1.34
C p0.05. Berbeda dengan penelitian Nakamura et al. 2010, pati beras beramilopektin dapat meningkatkan penyerapan minyak sebesar
24.78  sedangkan  pati  beras  beramilosa  tinggi  dapat  mengurangi  penyerapan minyak sebesar 10.20-18.37 terhadap adonan batter 100 tepung terigu. Hal ini
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00
kontrol 63.8
74.7 82.4
94.1 Air y
ang hi
lang bk
Suhu permukaan drum C
Ketan IR 42
tepung terigu Gambar 8 Air yang hilang pada model pangan dengan jenis pati dan suhu
permukaan drum tertentu
terjadi karena beras ketan lebih tidak stabil selama pemanasan dibandingkan beras beramilosa tinggi sehingga menyebabkan pati ketan mudah tergelatinisasi.
Tabel 14 Kadar lemak model pangan dengan jenis pati dan suhu permukaan drum tertentu
i
Huruf yang sama pada baris rata-rata jenis pati menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap kadar lemak;
ii
Huruf yang sama pada kolom rata-rata suhu permukaan drum menunjukkan tidak berbeda nyata  terhadap  kadar  lemak;
iii
Huruf  yang  berbeda  pada  kolom  iii  pati  ketan  dan  pati  IR  42 menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap kadar lemak; native
4.2.3 Kekerasan pada Model Pangan
Kekerasan  model  pangan  dengan  subtitusi  pati  tertentu  serta  hasil  analisis ragamnya disajikan pada Tabel 15. Suhu permukaan drum serta interaksi jenis pati
dan  suhu  permukaan  drum  berpengaruh  nyata  terhadap  kekerasan  model  pangan p0.05. Namun, kekerasan pada model pangan pati beras ketan maupun beras IR
42 cenderung sama dengan peningkatan suhu permukaan drum kecuali pada suhu 63.75±0.21
C. Perbedaan nyata yang terjadi pada suhu 63.75±0.21 C diduga karena
gelatinisasi  yang  terjadi  pada  adonan  pati  pragelatinisasi  selama  penggorengan cukup  untuk  membentuk  ukuran  pori  yang  besar  sehingga  menyebabkan  model
pangan kurang renyah dan keras Hermansson et al. 1996; Kawas et al. 2001.
Kekerasan model pangan pati berasberas pragelatinisasi dan model pangan tepung terigu 100 dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan hasil Sample T Test,
kekerasan model pangan pati IR 42 berbeda secara signifikan dengan model pangan tepung  terigu.  Kekerasan  model  pangan  pati  IR  42  pragelatinisasi  cenderung
meningkat daripada model pangan tepung terigu 100 2146.20±1119.20 g. Hal
Suhu permukaan drum
C Kadar lemak bk
iii
Kadar lemak pada rata-rata suhu
permukaan drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
Kontrol 15.33 ± 2.20c
11.96 ± 1.58abc 13.64 ± 2.50a
63.75 ± 0.21 9.25 ± 0.93a
13.74 ± 3.27bc 11.50 ± 3.25a
74.65 ± 2.19 12.40 ± 0.88abc
11.52 ± 1.22ab 11.96 ± 1.01a
82.35 ± 1.34 12.28 ± 0.24abc
12.56 ± 0.99abc 12.42 ± 0.61a
94.10 ± 0.14 14.13 ± 0.26bc
12.19 ± 0.31abc 13.16 ± 1.15a
Kadar lemak  pada rata-rata jenis pati
i
12.68 ± 2.33a 12.39 ± 1.54a
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00
kontrol 63.8
74.7 82.4
94.1 Ka
da r
lema k
bk
Suhu permukaan drum C
Ketan IR 42
tepung terigu Gambar 9 Kadar lemak model pangan pada jenis pati dan suhu permukaan drum
tertentu
32 ini terjadi karena amilosa dapat membentuk struktur gel yang kuat sehingga mampu
berikatan  dengan  komponen  bahan  pangan  lainnya  dalam  adonan  seperti  gluten Han et al. 2007. Sementara itu, model pangan tepung terigu  yang mengandung
gluten  dapat  mengembang  selama  penggorengan  dan  memberikan  tekstur  yang empuk Mukprasirt et al. 2001. Pengembangan dapat menyebabkan matriks solid
yang  rapuh  dengan  banyak  pori  Saeleaw  dan  Schleining  2011.  Selain  itu, kekerasan  model  pangan  pati  IR  42  pragelatinisasi  63.75±0.21
C,  74.65±2.19 C,
94.10±0.14 C  dan  pati  ketan  pragelatinisasi  63.75±0.21
C  berbeda  secara signifikan terhadap model pangan tepung terigu p0.05.
Tabel 15 Kekerasan model pangan dengan jenis pati dan suhu permukaan drum tertentu setelah penggorengan
i
Huruf  yang  sama  pada  baris  rata-rata  jenis  pati  menunjukkan  tidak  berbeda  nyata  terhadap kekerasan;
ii
Huruf yang berbeda pada kolom rata-rata suhu permukaan drum menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap kekerasan;
iii
Huruf yang berbeda pada kolom iii pati ketan dan pati IR 42 menunjukkan berbeda nyata p0.05 terhadap kekerasan; native
4.3 Korelasi Suhu Proses Gelatinisasi, Karakteristik Fisikokimia Pati dan
Karakteristik Model Pangan
Analisis  korelasi  dilakukan  pada  setiap  jenis  pati  untuk  menentukan hubungan suhu proses drum drying terhadap karakteristik pati serta model pangan
dan hubungan karakteristik pati tersebut terhadap karakteristik model pangan yang dihasilkan. Dari hasil analisis korelasi pati beras IR 42 maupun beras ketan tidak
ditemukan hubungan air yang hilang dengan penyerapan minyak model pangan dan
Suhu permukaan drum
C Kekerasan g
iii
Kekerasan pada rata- rata suhu permukaan
drum
ii
Pati Ketan Pati IR 42
Kontrol 2368.74 ± 867.75a
5161.89 ± 1065.13bc 3765.32 ± 1716.73a
63.75 ± 0.21 6504.68 ± 3042.00c
3877.30 ± 1432.22ab 5190.99 ± 2677.99b
74.65 ± 2.19 3214.23 ± 2474.16ab
3977.26 ± 2209.92ab 3595.74 ± 2316.51a
82.35 ± 1.34 3203.57 ± 3117.56ab
3687.41 ± 2018.06ab 3445.49 ± 2567.99a
94.10 ± 0.14 2707.93 ± 2542.30a
3948.50 ± 828.09ab 3328.22 ± 1947.15a
Kekerasan pada rata- rata jenis pati
i
3599.83 ± 2861.95a 4130.47 ± 1624.17a
Gambar 10 Kekerasan model pangan pada jenis pati dan suhu permukaan drum tertentu
2000 4000
6000 8000
kontrol 63.8
74.7 82.4
94.1 Ke
ke ra
sa n
g
Suhu permukaan drum C
Ketan IR 42
tepung terigu