12 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan minyak selama proses
penggorengan secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
2.7 Aplikasi Tepung Pragelatinisasi dalam Penurunan Penyerapan Minyak
Penambahan tepung pragelatinisasi yang meningkat dapat menurunkan jumlah penyerapan minyak yang lebih tinggi. Adonan donat yang dihasilkan dari
50 tepung terigu dan 50 long grain rice flour yang tergelatinisasi dapat menurunkan penyerapan minyak sebesar 69.66 dibandingkan adonan donat 100
terigu. Sementara itu penggunaan 50 long grain rice flour pada adonan donat menghasilkan penyerapan minyak yang lebih tinggi daripada penggunaan 50 long
grain rice flour yang tergelatinisasi tetapi lebih rendah dari adonan donat 100 terigu Shih et al. 2001. Subtitusi tepung beras pragelatinisasi sebesar 10-30 pada
rice cake donut dapat menurunkan penyerapan minyak sebesar 42-54 Shih et al. 2002. Fried batter yang terdiri dari 5 tepung beras pragelatinisasi dapat
menurunkan penyerapan minyak sebesar 24.13 dibandingkan fried batter 100 tepung beras Shih et al. 2005. Penambahan pati jagung amilosa tinggi
termodifikasi dapat menurunkan penyerapan minyak sebesar 42.18 karena amilosa dapat tergelatinisasi dan membentuk gel serta lapisan pada bahan pangan
selama proses penggorengan Vongsawasdi et al. 2008. Namun menurut Mohamed et al. 1998, tepung beras pragelatinisasi dapat menghasilkan penyerapan minyak
yang tinggi pada fried batter karena struktur yang berpori akibat evaporasi air. Hal yang sama juga dinyatakan Mohamed et al. 1994 bahwa penambahan pati beras
pragelatinisasi dapat meningkatkan penyerapan minyak sebesar 13.78 pada Gambar 2 Faktor penting yang terlibat dalam penyerapan minyak selama proses
penggorengan Ziaiifar et al. 2008
adonan beras beramilosa sedangkan pada adonan beras beramilopektin memiliki penyerapan minyak yang tidak berbeda signifikan.
Tepung pragelatinisasi dalam adonan dapat mengurangi penyerapan minyak karena kemampuan tepung pragelatinisasi yang mengikat air menyebabkan water
holding capacity adonan tinggi sehingga mengurangi terjadinya evaporasi air selama penggorengan dan jumlah minyak yang terserap lebih sedikit Shih et al.
2002. Menurut Shih et al. 2001, penurunan penyerapan minyak pada adonan donat berhubungan dengan konsistensi adonan yang tinggi dan kadar air donat
goreng yang tinggi. Sementara itu, penurunan penyerapan minyak pada fried batter berkaitan dengan viskositas batter yang meningkat sehingga pelapisan batter baik.
Namun jika viskositas batter terlalu kental menyebabkan pelapisan batter yang tebal sehingga menghasilkan crust batter yang terlalu mengembang dan penyerapan
minyak yang tidak konsisten Shih et al. 2002. Beberapa hasil penelitian mengenai beras sebagai ingredien dalam mengurangi penyerapan minyak ditampilkan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Beberapa penelitian mengenai beras sebagai ingredien dalam penurunan penyerapan minyak
Ingredien Aplikasi
Penurunan penyerapan minyak
Penulis Long grain rice
flour RL 100 free fried batter non
coating food 44.02 terhadap tepung terigu Shih et al. 1999
Pati beras 10 pati beras pada
pelapisan daging ayam 40.46
Karlovic et al. 2009
Tepung beras EM 10 36.4 amilosa
fried batter pada tempura
70.42 terhadap tepung terigu Nakamura et al.
2010 Long grain rice
flour RL 100 adonan pada rice cake
donuts 17.82 terhadap tepung terigu
Shih dan Daigle 2002
Long grain rice flour RL 100
fried batter pada okra 34.98 terhadap tepung terigu Shih et al. 2005
3 METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Pangan, Analisis Pangan, Pengolahan Pangan dan Biokimia
Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, F-Technopark serta Pilot plant, Rekayasa Proses, Mikrobiologi SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk ekstraksi pati adalah beras IR 42, beras ketan yang diproduksi dari PB Ade Mulya di Subang, NaOH, air dan asam sulfat
sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan pati pragelatinisasi adalah air. Bahan yang digunakan untuk penggorengan model pangan yaitu pati beras, pati
14 beras pragelatinisasi, tepung terigu, air dan minyak goreng. Bahan yang digunakan
untuk analisis yaitu HCl, KI, I
2
, KOH, heksana, akuades, minyak, kertas saring, dan kertas saring Whatman 42.
3.3 Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan pati pragelatinisasi yaitu twin drum dryer Gouda PE97688, ayakan dan pin disc mill Bartex Y2112M-2. Alat yang
digunakan untuk penggorengan model pangan yaitu deep fat fryer Akebonno MSP-4K025 dan sheeter Weston Atlas 150. Alat yang digunakan untuk analisis
yaitu cawan, desikator, oven, soxhlet, sentrifus, destilat, smart sensor infrared thermometer AR320, RVA TecMaster 2061904 TMA, spektrofotometer UV-
Vis Shimadzu A109349, Texture Analyzer TA-XT2i dan alat gelas.
3.4 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu ekstraksi pati beras, karakterisasi pati beras pragelatinisasi dan pengujian pati beras pragelatinisasi
dalam penggorengan model pangan.
3.4.1 Ekstraksi Pati Beras
Ekstraksi pati beras IR 42 high amylose dan beras ketan high amylopectin dilakukan dengan metode modifikasi dari Lumdubwong et al. 2000 seperti
diagram alir pada Gambar 3. Modifikasi dilakukan pada jumlah air yang ditambah, proses pengendapan dan pengeringan. Analisis yang dilakukan pada pati beras yaitu
kadar pati Luff Schrool SNI 01-2891-1992, kadar amilosa Apriyantono et al. 1989, kadar amilopektin by difference, Water Holding Capacity Modifikasi
Sollars 1973, Oil Holding Capacity Elkhalifa et al. 2005, dan profil pasting AACC 1983.
3.4.2 Karakterisasi Pati Pragelatinisasi
Pembuatan pati pragelatinisasi dilakukan dengan metode drum drying. Pati beras ketan dan IR 42 masing-masing digelatinisasi dengan kecepatan 0.628 rpm
dan suhu permukaan drum 64.0±3.0 C, 74.0±3.0
C, 84.0±3.0 C, dan 94.0±3.0
C. Pengukuran suhu permukaan drum dryer dilakukan sebanyak 10 kali setiap
pemasukan bahan ke dalam drum dryer dengan termometer infrared. Perbandingan jumlah air dan pati beras untuk membentuk slurry yaitu 6:4 bb. Proses drum
drying dilakukan 1 kali putaran. Pati beras pragelatinisasi lalu dikeringkan hingga kadar air kurang dari 10. Waktu pengeringan pati beras pragelatinisasi pada suhu
oven 50
C dapat dilihat pada Tabel 2. Diagram alir proses pembuatan pati pragelatinisasi dapat dilihat pada Gambar 4. Karakteristik pati pragelatinisasi yang
diamati yaitu Water Holding Capacity Modifikasi Sollars 1973, Oil Holding Capacity Elkhalifa et al. 2005, derajat gelatinisasi Modifikasi Baks et al. 2007
dan profil pasting AACC 1983. 3.4.3
Pengujian Pati Pragelatinisasi dalam Penggorengan Model Pangan
Model pangan dibuat seperti pangsit yang terdiri dari tepung terigu, pati beras pragelatinisasipati beras dan air. Perbandingan berat tepung terigu dengan berat
pati beras pragelatinisasipati beras yang dipakai dalam pembuatan model pangan
yaitu 4:1. Model pangan yang terdiri dari 100 tepung terigu digunakan sebagai kontrol. Penambahan air pada setiap formula berbeda-beda untuk membentuk
adonan. Untuk menyeragamkan kadar air, model pangan yang telah dicetak selanjutnya dikeringkan hingga kadar air mencapai 40±5bk. Persentase
penambahan air dan waktu pengeringan model pangan sebelum penggorengan ditetapkan melalui penelitian terpisah dan ditampilkan pada Tabel 3. Proses
pembuatan model pangan meliputi pencampuran, pembuatan lembaran, pencetakan, dan pengeringan. Proses penggorengan model pangan dilakukan dengan teknik
deep fat frying pada suhu 180±5
C selama 3 menit, selanjutnya ditiriskan dan didinginkan Gambar 5. Karakteristik model pangan goreng yang diamati yaitu air
yang hilang, kadar lemak dan kekerasan.
Tabel 2 Waktu pengeringan pati beras pragelatinisasi Jenis pati
Suhu proses gelatinisasi Waktu pengeringan pati jam
Pati ketan 64.0 ± 3.0
C 3
74.0 ± 3.0 C
2 84.0 ± 3.0
C 1
94.0 ± 3.0 C
Pati IR 42 64.0 ± 3.0
C 3
74.0 ± 3.0 C
2 84.0 ± 3.0
C 1
94.0 ± 3.0 C
Tabel 3 Penambahan air dan waktu pengeringan yang diperlukan pada adonan cetak model pangan sebelum proses penggorengan
Jenis pati Suhu proses
gelatinisasi Penambahan air
Waktu pengeringan model pangan
menit per berat tepung
Pati ketan tanpa gelatinisasi
46 30
64.0 ± 3.0 C
36 74.0 ± 3.0
C 30
84.0 ± 3.0 C
33 94.0 ± 3.0
C 33
Pati IR 42 tanpa gelatinisasi
47 60
64.0 ± 3.0 C
40 15
74.0 ± 3.0 C
40 30
84.0 ± 3.0 C
42 30
94.0 ± 3.0 C
40 15
Tepung terigu tanpa gelatinisasi
44