Aktan Objek Analisis Narasi Model Aktan Greimas

motopenena yang kuattingkat atas menegaskan makna iman yang kuat. Kata karosa sama dengan karosii yang berasala dari kata karo dan sii diri dan ini. Ia membayangkan adanya seseorang yang menunjuk dirinya. Awalan ka- dan akhiran –a-ku pada kata kapupuaku mengekspresikan sebuah akhir dari kehidupan mati artinya penghabisan. Kata tee artinya juga, ia terhubung dengan kedua kata husnul hatima. Kedua kata yang diadopsi dari bahasa arab tersebut merupakan kesatuan makna yang artinya husnul khatimah akhirkematian yang baik. Kalimat tersebut adalah permohonan seorang hamba lanjutan dari kalimat sebelumnya pada Tuhannya agar dikaruniai keimanan yang kuat agar mengakhiri hidupnya dengan husnul khatimah.

3. Destinator Pengirim

Pengirim berandil sebagai penentu arah, memberikan aturan dan nilai-nilai narasi. Menurut Greimas, pengirim pada umumnya tidak bertindak secara langsung, ia hanya memberikan perintah-perintah atau aturan-aturan kepada tokoh dalam narasi. 7 Dalam Kitab Bula Malino ini, Idruslah Narator sebagai destinator yang ditandai pada kata Ee Karoku Wahai Diriku Ia merangkai struktur narasi untuk tujuan mengajar dan menasehati dirinya dalam bentuk syair aksara arab-wolio. Perhatikan tabel berikut: 7 Eriyanto, Analisis Narasi, Jakarta: 2013, h. 96. Tabel 4.3 Aktan Destinator Baris Transliterasi Terjemahan 332 380 Ee karoku mate pada aumbamo Ee waOpu patotapua incaku Wahai diriku, kematian akan datang Wahai Tuhan, kuatkan hatiku Pada baris 332, dibangun dari kata, Ee artinya wahai, menandakan sebuah seruan. Pada kata karoku membayangkan adanya dua zat yaitu karo dan aku jiwa dan jasad. Kata mate artinya kematian yang merupakan peristiwa terpisahnya ruh dan jasa karoku. Pada mengandung makna masa mendatang future. Akhiran –mo pada kata aumbamo akan tiba mengaskan tibanya waktu kematian. Dan pada baris 380, dibentuk dari kata ee merupaka seruan, artinya wahai. Waopu atau Opu artinya adalah tuhan. Kata wa disebabkan adanya kata ee di depan Opu. 8 Awalan pa- dan akhiran –a pada kata patumpua membayangkan adanya permintaan seorang hamba pada Tuhannya artinya tetakanlah. Kata inca-ku artinya hatiku yang secara stilistik ia menggambarkan makna iman.

4. Receiver Penerima

Greimas mengakatan bahwa karakter ini berfungsi sebagai pembawa nilai dari dari pengirim destinator. Fungsinya mengacu 8 Pemakaian kata wa pada Opu dalam bahasa wolio seperti kata Allah yang pasti menggunakan kata yaa dalam bahasa arab. Yang benar adalah Yaa Allah bukan Yaa Ilaahu dan jika menggunakan Yaa Ilaah maka harus ditambah dhamir anaa yaitu Yaa Ilaahii. Apabila wa dihilangkan dari Opu namun di depannya ada kata ee wahai, ia mengandung makna lancang. Sehingga, wa pada Opu mengekspresikan makna mengagungkan. kepada objek tempat di mana pengirim menempatkan nilai atau aturan dalam cerita. 9 Sehingga, dalam kajian ini, yang menjadi penerima adalah bisa seorang narator sendiri, bisa juga untuk manusia yang lain pembaca. Sekalipun pada rangkaian cerita tidak didapati kata manusia atau hamba, namun, beberapa kata perintah dan larangan seperti Berzikirlah, Tawakallah, Jangan turunkan layarnya, menunjukkan adanya upaya narator agar kitab yang ditulis bisa dibaca oleh orang lain selain dirinya. Perhatikan tabel berikut: Tbel 4.4 Aktan Receiver Baris Transliterasi Terjemahan 361 367 370 371 Tawakalamo poaromu I Opumu Zikiriillahu laa ilaaha illallahu Patotomea poropena Bangka yitu Pangaawana boli ataurakea Tawakallah menghadap Tuhanmu Berzikirlah laa Ilaaha Illallah Tetapkan haluan perahu itu Jangan turunkan layarnya Pada baris 361 disusun dari kata tawakala diadopsi dari bahasa arab artinya tawakal atau berserah diri. Akhiran –mo bermakna penegasan pada kata tawakala. Kata poaro berasasl dari kata aro artinya hadap, awalan po- berfungsi pada awalan kata kerja, sehingga, poaro menjelaskan sebuah arah tujuan yang lurus menghadap ke depan. Akhiran –mu membayangkan adanya kamu pendengar sebagai komunikan. Kata i secara stilistik artinya kepada, Opu-mu Opumu menegaskan sosok Tuhan pada komunikan. 9 Eriyanto, Analisis Narasi, Jakarta: 2013, h. 96.