Syair Sebagai Media Dakwah
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar;
mereka itulah orang- orang yang beruntung.”
Ciri khas materi dakwah menurut Anwar Arifin adalah al-khair, al- ma’ruf,
dan al-munkar, sebagaimana ayat tersebut di atas. Meskipun demikian, dalam kenyataannya terdapat perbedaan penafsiran. Kemudian, materi dakwah yang lain
secara umum adalah keyakinan dan pandangan hidup Islam yang bersifat universal dan sesuai dengan fitrah dan kehanifaan manusia. Semua pandangan itu
termaktub dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul.
23
Objek kajian dakwah ialah hubungan interaksional antara subjek dakwah dan subjek sasaran dakwah dengan menggunakan metode, media, dan materi
dakwah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Kutipan Ilaihi tersebut juga akhirnya dinyatakan secara proposional dalam ilmu proposisi yaitu:
a. Subjek dakwah tertenut berhubungan dengan religionitas subjek
sasaran dakwah. b.
Media dakwah tertentu berhubungan dengan religionitas subjek sasaran dakwah.
c. Materi dakwah tertnetu berhubungan dengan religionitas subjek
sasaran dakwah. d.
Situasi objektif subjek sasaran dakwah berhubungan dengan religionitas sendiri.
23
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta: 2011, h.20-21.
Hampir seirama dengan pernyataan di atas, objek kajian ilmu dakwah menurut Cik Hasan Bisri adalah unsur substansial ilmu dakwah yang terdiri dari
enam komponen yaitu: dai’i, mad’u, metode, materi, media, dan tujuan dakwah. Sedangkan objek forma ilmu dakwah adalah sudut pandang tertentu yang dikaji
dalam disiplin utama ilmu dakwah yaitu disiplin Tbaligh, Pengembangan Masyarakat Islam, dan Manajemen Dakwah. Sedangkan objek materi ilmu
dakawah adalah proses penyampaian umat manusia.
24
2.
Metode Dakwah
a.
Pengertian Metode dakwah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu “meta” melalui dan “hodos” jalan. Cara Arifm, 1991:61. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode
berasal dari bahasa Jerman methodeicay artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methods artinya jalan
“thariq” bahasa Arab Hasanuddin, 1996:35. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Sehingga, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i komunikator kepada mad’u untuk mencapai suatu
tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang Tasmara, 1997:43. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpuh pada suatu
pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia untuk manusia.
24
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Rosdakarya: Bandung, 2010, h. 29.
b.
Macam-macam Metode Dakwah
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk QS Al-Nahl [16]: 125.
Dari ayat berikut dapat dipahami bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
1
Bil-Hikmah
Kata “hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk mashdarnya adalah
“hukuman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hokum berarti mencegah dari kezaliman, dan
jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang
mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan pengamalannya.
Hal ini akan tercapai dengan memahami Al- Qur’an dan mendalami
Syariat Islam Qoyyim: 226. Sementara itu, menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-
Nasafi, arti dakwah bil-hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan Hasan Fadhullah: 44.
2 Al-Mau’idza Al-Hasanah
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi adalah perkataan- perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau
memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-
Qur’an Hasanuddin, 1996:37. Sementara menurut Abdul Hamid al-Bilali, merupakan salah satu manhaj metode dalam
dakwah untuk mengajak ke dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan yang lemah lembut
agar mereka mau berbuat baik Al-Bilali, 1989. Wahidin Saputra mengutip dan menklasifikasikan
mau’idzah hasanah dalam beberapa bentuk yaitu, nasihat atau petuah, bimbingan
pengajaran dan pendidikan, kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan, dan wasiat pesan-pesan positif.
Jubaedi mengatakan bahwa metode tersebut salah satunya merupakan nasihat agar umat Islam melaksanakan ajarannya
sebagaimana terdapat dalam Al- Qur’an dan Hadits, seperti
melaksanakan shalat limat waktu, anjuran agar umat Islam bersatu, tolong menolong antar sesama dan anjuran untuk berbuat baik.
25
Sementara metode kisah dijadikan cara untuk menyampaikan pesan-pesan Islam oleh para Mubaligh, terutama ketika memperingati
acara Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan pengajian-pengajian yang memerlukan ilustrai penjelasan dengan kisah lihat Aripuddin, 2011:
100.
25
Acep Aripuddin, Pengembangan Metode Dakwah, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2011, h. 84.
3 Al-Mujadalah
Menurut Al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa- almunadzarah, mengartikan bahwa
“al-Jidal” secara bahasa dapat bermakna “datang untuk memilih kebenaran” dan apabila berbentuk
ism “al-jadlu” maka berarti “pertentangan atau perseteruan yang
tajam” Al-Jarisyah, 1989:19. Sementara menurut an-
Nasafi, kata ini bermakna “berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam
bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan
suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa, dan menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang
yang enggan melakukan perdebatan dalam agama. Wahidin Saputra berpendapat bahwa Al-Mujadalah merupakan
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman
kebenaran tersebut.
26
26
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 242-255.
3.
Media Dakwah
Berbicara soal media, kata “media” merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan lihat Syukir, 1993:163. Seorang
Da’i dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media wasilah dakwah. Kepandaian
untuk memilih media dakwah yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.
Bagi Tarmizi Taher, internet juga merupakan media dakwah Islam. Pada masa kini dakwah telah menggunakan medium bit, binary dan digital. Dakwah
dalam bentuk tulisan di buku mendapatkan komplementernya berupa text dan hypertext di Internet. Meskipun jumlahnya masih sangat sedikit, kalangan umat
Islam di Indonesia yang menggunakan Internet sebagai media dakwah jumlahnya kian hari kian bertambah. Fenomena dakwah digital tersebut berkembang seiring
dengan berkembangnya teknologi informasi TI di dunia.
27
Bagi Asmuni Syukur, media dakwah adalah segalah sesuatu yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
27
Nurul Badru Tamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005, h. 157-158.
Media dakwah ini dapat berupa barang material, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
28
Dr. Taufik al- Wa’iy menyebut beragama-macam sarana bertabligh atau
berdakwah. Apalagi pada era teknologi, telah bermacam-macam dan beraneka ragam media atau sarana dakwah. Semuanya dapat dikelompokkan sebagaimana
berikut ini: a.
Sarana sam’iyah audio, seperti radio, seminar, khotbah, diskusi, pelajaran, dan lain-lain.
b. Sarana maqru’ah bacaan, seperti Koran, majalah, buku, selebaran,
dan lain-lain. c.
Sarana bashriyah video, seperti televise, drama, bisokop, dan lain- lain.
d. Sarana syakhsiyah profil, seperti pertemuan, dakwah fardiyah,
percakapan, basa-basi, dan lain-lain.
29
Beberapa media dakwah yang dikutip oleh Asmuni Syukur Syukur: 168- 180 adalah sebagai berikut:
a. Lembaga Pendidikan Formal
Lembaga pendidikan formal yang memiliki kurikulum, siswa sejajar kemampuannya, pertemuan rutin, dan sebagainya. Seperti
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan lain sebagainya. Dalam kurikulum yang dianutnya terdapat bidang studi agama apalagi
28
Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas, h. 163.
29
Taufik al- Wa’iy, “Da’wah Ilallah” Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Saran,
dan Tujuan, Jakarta: Robbani Press, 2010, h. 352.
lembaga pendidikan yang di bawah lingkungan Kementrian Agama. Dengan pendidikan agama tersebutlah menunnjukkan bahwa lembaga
formal merupakan media dakwah. Sebab, pendidikan agama pada dasarnya menanamkan ajaran Islam kepada anak yang bertujuan
melaksanakan perintah Allah dakwah. b.
Lingkungan Keluarga Keluarga adalah kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak atau kesatuan sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang masih ada hubungan darah. Keluarga memiliki kepala keluarga yang
berkuasa atas segalanya di dalam keluarga dan juga sebagai sosok yang disegani.
Pada umumnya, di dalam keluarga terdapat kesamaan agama, tapi ada juga bermacam-macam agama yang dianutnya. Bagi kepala
keluarga beragama Islam, kesempatan yang baik keluarganya dapat dijadikan media dakwah, seperti membiasakan anaknya shalat, puasa,
dan sebagainya sebagaimana disabdakan Rasulullah saw:
“Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat bila mana sudah berusia tujuh tahun, dan apabila telah berusia sepuluh
tahun pukullah ia bila tidak mau menjalankan shalat tersebut dan pisahkan tempat tidurnya
” Al-Hadits.
c. Organisasi-organisasi Islam
Oraganisasi Islam sudah tentu berasaskan ajaran Islam. Begitupun tujuan organisasinya, menyingguny ukhuwah islamiyah, dakwah
islamiah, dan sebagainya. Maka, organisasi Islam seperti ini dapat dikatakan sebagai media dakwah.
d. Hari-hari Besar Islam
Sebagai tradisi Umat Islam Inonesia, setiap peringatan hari besar secara seksama mengadakan upacara-upacara. Upacara peringatan hari
besar Islam dilaksanakan di berbagai tempat, di istana Negara, kantor- kantor, sampai di daerha pelosok pedesaan. Di sinilah
da’i memiliki kesempatan yang baik dalam menyampaikan misi dakwahnya. Baik
bersifat pengajian umum maupun selamatan di surau-surau atau tempat lainnya. Kebaikan hari-hari besar memang biasa dijadikan sebagai
media dakwah. e.
Media Massa Media yang berupa radio, televisi, surat kabarmajalah, juga
dipergunakan sebagai media dakwah. Baik melalui rubrikacara khusus agama ataupun acararubrik yang berbentuk sandiwara, puisi, lagu-
lagu, dan sebagainya. f.
Seni Budaya Beberapa group kesenian dan juga kebudayaan menunjukkan
perannya dalam usaha penyeruan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar. Seperti group qosidah, dangdut, musik band, sandiwara, wayang kulit, dan sebagainya Syukur:163.
4. Materi Dawkah
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u.
Pada dasarnya, pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum dapat dibagi beberapa kelompok yaitu:
a. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt, Iman kepada
Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada Rasul-rasul- Nya, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Qadha-Qadar.
b. Pesan Syair’ah, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, haji,
serta mu’amalah.
Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris,
Hukum public meliputi: hukum pidana, hukum negara, hukum
perang, dan damai. c.
Pesan Akhlak, meliputi akhlat terhadap Allah Swt, akhlak terhadap makhluk yaitu manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat, serta akhlak
terhadap bukan manusia yaitu flora, fauna, dan sebagainya.
30
Sampai dengan abad ke-8 H14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Dalam pola perkembangan dakwah di
Indonesia sebelum masa penjajahan, baru pada abad ke-9 H14 M, penduduk pribumi memeluk islam secara massal. Menurut para pakar sejarah, bahwa masuk
islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu,
30
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Rosdakarya: Bandung, 2010, h. 20.
ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam, seperti Kerjaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Buton, Cirebon, Ternate, dan lain-lainnya.
Dalam literatur yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke Indonesia selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh orang
Arab, Persia, ataupun Gujarat. Walaupun ada penemuan Slamet Mulyana bahwa Islam di Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan Timur Tengah,
akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan. Setelah armada Tiongkok Dnasti Ming yang pertama kali masuk Nusantara melalui Palembang tahun 1407 M,
kemudian Laksamana Ceng Ho membentuk Kerjaan Islam di Palembang yang dalam perkembangannya Kerjaan Islam Demaklah yang lebih dikenal.
31
Sunan Bonang atau Maulana Makhdum Ibrahim adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Malina. Pemilik julukan Prabu Nyokrokusumo itu adalah
termasuk penyokong dari Kerjaan Demak dan ikut pula membantu pendirian Masjid Agung di kota Bintaro Demak. Selain mendirikan pendidikan dan dakwah
Islam, salah satu program dakwah yang dikembangkannya adalah berinteraksi dengan masyarakat dan menciptakan gending-gending atau tembang-tembang
jawa yang sarat dengan misi pendidikan dakwah Islam Hefni, 2007: 177. Seperti halnya Idrus Kaimuddin membuat syair kabanti buton, tembang ciptaan Sunan
Bonang juga membuat seperti Simon, Dandang Gulo, Pangkur, dan lain-lain. Berkaitan dengan yang dilakukan Idrus, Sunan Bonang juga melakukan
kodifikasi atau pembukuan dakwah yang diandili oleh murid-muridnya. Kitab itu ada yang berbentuk puisi maupun prosa yang sampai saat ini dikenal sebagai
31
Harjani Hefni, Lc, M.A, Pengantar Sejarah Dakwah Kencana: Jakarta, 2007, h. 171-172.
Suluk Sunan Bonang Hefni, 2007. Berkenaan dengan hal tersebut, syair yang dibuat dengan pendekatan tasawuf atau religionitas adalah juga merupakan saran
dakwah Islam. Yusuf Qardhawi dalam Retorika Islam mengatakan bahwa dakwah di jalan
Allah SWT dapat dilakukan dengan menulis buku, membangun lembaga pendidikan, mempresentasikan ceramah-ceramah di pusat keilmuan, atau
menyampaikan khutbah jum’at dan sebagainya. Ada pula yang melakukan dakwah dengan kalimat thayibah baik, pergaulan yang baik dan keteladanan.
Selain itu, ada lagi bentuk dakwah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas material demi kemaslahatan dakwah, bahkan dakwah melalui seni, baik seni suara maupun
seni musik.
32
Menurut Esa Poetra, yang dikutip Aripudin, bahwa lagu-lagu dan puji- pujian pada masa penjajahan merupakan media yang bisa menumbuhkan
ketenangan dan keberanian. Pada masa Nabi Muhammad saw, pernah suatu ketika dua kali pasukan tentara Islam dipukul tentara Quraisy, Rasulullah sempat
meminta dikumpulkan penyanyi-penyanyi terbaik dengan meminta Hindun menjadi lead vocal-nya. Dengan segala ridha-Nya, perang ketiga akhirnya
dimenangkan pasukan Islam lihat Aripudin, 2012: 137-138. Berdasarkan prisnsip al-hikmah dan
biqadri „uquulihim, Wali Songo memanfaatkan seni budaya lokal seni suara, seni karawitan, dan wayang sebagai
media dakwah. Sebagaimana Islam-Demak masyarakat umumnya menggunakan tembang gede, sebuah seni suara Jawa-Hindu. Karena tembang tersebut dirasa
32
Acep Aripuddin, Dakwah Antarbudaya, Rosdakarya, Bandung: 2012, h. 137.
kurang menarik dan kurang praktis, maka Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Sunan Bonang Wali Janget TinelonTiga Serangkai mengganti dengan tembang
macapat dengan lagu-lagunya yang terkenal. Tembang macapat memiliki banyak lagu, di antaranya lagu Kinanti karya Sunan Kalijaga, isi syairnya sebagai berikut:
Bismillahi- sun pitutu r Pitutur laku basuki
Ing donya tum’keng delaha n Mung samungkem mring Ilahi
Hasirik laku duraka Asih tresno mring sasami
Artinya: Bismillahi aku memberi wejangan
Wewejang merupakan laku selamat Di dunia sampai akhirat
Hanya taat kepada Tuhan Pantang melakukan perbuatan durhaka
Kasih sayang kepada sesama manusia
33
Islam telah memberikan acuan moral akhlak bagi para penyair untuk membela agama, menonjolkan nilai-nilai yang baik, melawan musuh-musuh kaum
muslimin dengan kata-kata dan membantah setiap tipu daya para pendusta. Al- Qur’an juga mencela cara-cara yang dilakukan para penyair sesat, yang membuat
kalimat-kalimat tak berakhlak dan berisi khayalan, mimpi-mimpi dan tipu daya yang menjauhkan pembacanya dari hakikat kebenaran. Seperti firman Allah QS.
Asy- Syu’ara: 224-227
Bahkan, Rasulullah Saw mendukung syair-syair yang menyerukan pada keutamaan dan nilai-nilai yang terpuji. Sebuah riwayat yang menyebutkan: beliau
bersabda, “Sesungguhnya dari syair itu terdapat hikmah” juga “Dengan syair itu,
33
Nawari Ismail, Filsafat Dakwah: Ilmu Dakwah dan Penerapannya, PT. Bulan Bintang, Jakarta: 2004, h. 113-114.
kalian laksana melempar busur- busur panah ke mereka” Bukhari, Al-Jami’ Ash-
Shahih, juz 7, hal. 107.
34