Bentuk Pengamalan Kabanti KITAB

Baubau tahun 2012. Selain itu, saat ini kabanti dibaca pada pertemuan-pertemuan terntu oleh Majelis Taklim Lingkungan Batu Poaro. 12 Selain itu, saat ini belum ada lagiaktivitas kabanti di buton.Kabanti ini memang tidak rutin lagi pelaksanaannya.Dalam hal ini, bagi siapa saja yang melakukan aktivitas atau menyanyikan kabanti dalam acara adat, dipersilahkan.Tidak ada jadwal acara rutin atau yang ditetapkan untuk melaksanakannya. 13 Naskah asli Kitab Bula Malino tidak ditemukan oleh peneliti. Karena keterbatasan waktu dan kondisi naskah yang memang sulit ditemukan sehingga Al-Mujazi hanya memperlihatkan tulisan dari Ayahnya bernama Abdul Mulku Zhari, 14 seperti pada gambar berikut: 12 Siti Surah, wawancara di kediamannya, Kaobula Maret, 2013. Ia melantukan kabantiMomondona Ruamiaana Terjalinnya dua sejoli. Syair ini menceritakan tentang hukum dan syarat nikah dan membangung rumah tangga. 13 Syafiuddin, wawancara tanggal 13 Maret 2014 di kediamannya Bataraguru, Baubau, Sulawesi Tenggara. 14 http:myrepositori.pnm.gov.mybitstream12345678916271PAMM2014_Pa per09.pdf . Ayah dari Abdul Mulku Zahari adalah La Wungu, dan buyutnya bernama Ma Zahari sebagai pejabat kerajaan Buton yang dikenal suka menulis. Nama belakang Muluku diambil dari buyut yang diyakini mewariskan bakat menulisnya itu. Karena hobi menulis itulah Abdul Mulku Zahari mendapat warisan untuk memelihara berbagai jenis arsip dan naskah kerajaan. Jabatan Mulku Zahari yang terakhir sebagai pembantu utama semacam asisten pribadi Sultan Falihi 1960 memberi kesempatan luas baginya untuk menghimpun naskah. Abdul Mulku Zahari kerap kali menyalin beberapa naskah dan menerjemahkannya. Gambar 3.1, Tulisan Tanga Abdul Mulku Zahari Gambar 3.2, Tulisan Abdul Mulku Zahari Baris 332-383

D. Naskah-naskah Kabanti yang Sudah AdaDiperoleh

Saat penulis mewawancarai Lambalangi, sebagai Tokoh Kabanti sekaligus penulis transliterasi naskah Wolio, tercatat beberapa syair Buton yang telah diperoleh adalah sebagai berikut: Syair Jilid I 1. Bula Malino 2. Tazkiri Momampodo 3. Nuru Molabi 4. Jauharana Amala 5. Maiyati 6. Kaokabi 7. Kaokabi Mainawa 8. Pakeana Arifu Syair Jilid II 1. Kamainawa Arifu 2. Kalipopo Mainawa 3. Kaluku Panda Sayir Jilid III 1. JaguguKanturuna Mohelana 2. Anaana Maelu Undu-undu 3. Anaana Maelu Bula Baani 4. Tula-tulana Nabi 5. Paiyasa Mainawa Syair Jilid IV 1. Wa IyatiWahadini 2. Bunga Malati 3. Bunga Dalima 4. Jauhara Manikamu Molabi 5. Wafatina Nabi saw Syair Jilid V 1. Bunga-bungana Wameo 2. Taguna Nua 3. Bunga Cengkeh 4. Lele Matapa 5. Kalipopo Niyzani 6. Kanturuna Mohelana 7. Wafatina Nabi saw 8. Qoburu Kemudian, ada syair yang paling tebal di antara syair-syair lainnya yaitu Kabanti Ajonga Indaa Malusa Pakaian yang Tidak Pernah Kusut. 15 Penelitian ini hanya fokus pada syair Jilid I nomor 1 yaitu Bula Malino Purnama yang Cerah Karya Muhammad Idrus Kaimuddin dan pembatasan masalahnya hanya pada baris 332-383. 15 Data yang diperoleh dari Lambalangi, sebagai penulis transliterasi sejumlah Kabanti Wolio Buton, 25, Maret 2014. 64

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

Analisis dengan Model Aktan Greimas ini akan dilakukan dengan cara melihat struktural narasi yang terangkai dalam baris-baris melalui petanda aktan yang mengarahkan jalannya cerita. Pada bab ini peneliti akan memaparkan pesan- pesan dakwah yang terkandung dalam Kitab tersebut khususnya pada baris 332- 383.

A. Analisis Narasi Model Aktan Greimas

1. Aktan Subjek

Subjek menduduki peran utama sebuah cerita, jika subjek adalah manusia, maka ia merupakan tokoh utama yang mengarahkan jalannya sebuah cerita. 1 Subjek yang terdapat dalam baris yang dibahas ini yaitu pada peringatan kematian. Narator mengirim sebuah tema tentang kematian agar manusia mempersiapkan bekal selama hidupnya. 2 Perhatikan tabel berikut: Tabel 4.1 Aktan Subjek Baris Transliterasi Terjemahan 332 333 334 335 336 Ee karoku mate pada aumbamo Ngalu hela padaaka atumpumo Pamondomea kasangkana sawikamu Pentaaka wakutuuna helamu Matemo yitu hela yindaa Wahai diriku, kematian akan datang Angin berlayar akan berhembus Siapkan kelengkapan tumpanganmu Menantikan waktu berlayarmu Mati itu pelayaran yang tidak 1 Eriyanto, Aanalisis Naratif, Jakarta: 2013, h. 96. 2 Lihat baris 377 dan 383. Kematian dalam hal ini terbagi menjadi dua, bisa husnul khatimah bisa juga mati dalam keadaan su’ul khatimah.