Pesan Dakwah dalam Syair Bula Malino pada Baris 332-383

“Barang siapa yang takut kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. QS. An-Nur [24]: 52. Pada baris 346-347 menegaskan bahwa layar depan harus dengan sifat rendah hati tawadhu’ dan para pendayung bagaikan semangatnya para mujahidin. Rasulullah saw pernah ditanya, “Ya Rasulallah, dengan apa keselamatan itu diperoleh?” Beliau menjawab, “Dengan tidak melakukan ketaatan hanya kerena ingin dipuji orang.” HR. Ahmad. 28 Seperti dalam Al- Qur’an difirmankan sebagai berikut:              “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu adalah orang- orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang- orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselematan”. QS. Al-Furqan [25]: 63.            “Ingatlah Muhammad tatkalah Tuhanmu mewahyukan kepada Malaikat. Sesungguhnya Aku bersama dengan kalian, karenanya, tabahkanlah hatisemangat orang-orang yang b eriman”. QS. Al-Anfal [8]: 12. Kemduian pada baris 348-349 menyebutkan bahwa tali-temali kapal harus dengan riyadhat dan pengikatnya harus dengan kinaa’at. Maksud riyadhat adalah mengoreksi diri olah batin atau menggembleng diri serta mengkaji diri. Manusia mempunyai dua cara untuk mengawasi dan mengoreksi diri yaitu dengan cara menegur diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan dan bermunajat kepada Allah 28 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 382. SWT. 29 Kinaa’at maksdnya merasa cukup atas apa yang diterima. Beberapa dalil yang menjelaskan tentang mengkaji diri, yaitu sebagai berikut:                    “Dan tiada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat binatang yang berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata”. QS. Huud [11]: 6. Pada bari 350-351 mengonotasikan seorang kemudi pada kapal bertugas untuk ke mana haluan kapal diarahkan. Untuk itu, agar haluan kehidupan tetap pada jalan yang lurus ia harus menyandang ketulusan hati yang bersih. Seperti dalam Hadits Riwayat Muslim, bahwa Rasulullah sa w bersabda, “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itulah hati”. 30 Beberapa dalil juga menyebutkan sebagai berikut:          “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengarannya, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah SWT.” QS. An-Nahl [16]: 108.                  “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” QS. Al-Israa [17]: 9. 29 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 517. 30 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 273. Pada baris 352-353 dikonotasikan bahwa kompas kapal yaitu Al- Qur’an dan Hadits. Penunjuk haluan adalah Qur’an dan Hadits sebagaimana keduanya juga sebagai petunjuk kehidupan dunia. Sebagaimana firman Allah:                                “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah taatlah kepada Rasul-Nya dan Uli Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al- Qur’an dan Rasul Sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya .” QS. An-Nisa’ [4]: 59. Pada baris 354-355 menggambarkan bendera kapal adalah zuhud dan bendera umbul-umbul kapal yaitu zikir dan tasbih. Menurut Al-Ghazali, hakikat zuhud adalah meninggalkan sesuatu dan menginginkan sesuatu yang lain. Orang yang meninggalkan dunia dan membencinya, lalu menghendaki akhirat, itulah orang yang zuhud terhadap dunia. 31 Zikir dan tasbih bermakna berzikir dan bertasbih kepada Allah SWT. Sehingga, bendera yang dibawa oleh kapal berlandaskan zuhud. Sebagaimana dalil yang menyebutnya yaitu:             “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya.” QS. Al-Kahfi [18]: 7.        31 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 450. “Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya.” QS. Asy-Syu’araa’ [26]: 20.                        “Maka apabilah kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan diwaktu berbaring.” QS. An-Nisaa’ [4]: 103. Pada baris 356-357 dikatakan bahwa Jurubatu kapal yaitu syara’i dan zahir yaitu terlatih secara mata zahir untuk melihat mana yang baik dan mana yang batil. Begitupun Jurumudi kapal, yaitu dengan ilmu batin yang ia miliki mampu marasakan secara firasat apa saja yang akan menempa kehidupan kapal. Begitupun dalam alqur’an, ada makna zahir da nada makna batin. Sebagai mana dalil tersebut:         “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” QS. Muhammad [47]: 24.        “Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat batin.” QS. Luqman [31]: 20. Pada baris 358-359 menyatakan bahwa yang bertugas mengeluarkan air yang masuk ke dalam kapal harus memiliki semangat seolah dia sedang diperintah oleh gurunya. Nahkoda kapal diibaratkan sebuah hidayah dari Allah SWT yang menunjukkan jalan lurus. Seperti beberapa dalil berikut: Rasulullah saw bersabda : “Kedudukanku bagi kalian seperti seorang Ayah bagi anaknya”. Maksudnya : Beliau saw sebagai guru adalah menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang guru lebih besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara guru menjadi sebab untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka panjang yang abadi di akhirat nanti Al-Hadits. 32                             “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di anatara mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” QS. Al-Israa’ [17]: 23.                    Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat saja dan memaksamu untuk beriman. Tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. QS. An-Nahl [16]: 93. 32 http:ssarifin.blogspot.com201202menghormati-orang-dan-guru.html diakses 24 September 2014. 3. Pesan Dakwah Pada Baris 360-379 Pada baris tersebut dijelaskan agar senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT saat semua perlengkapan berlayar telah siap. Hakikat tawakkal bisa diketahui dari berbagai ayat Al- Qur’an dan Hadits Nabi di antaranya:        “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar- benar orang yang beriman.” QS. Al-Maidah [5]: 23. Begitupun pada QS. Ath-Thalaq [65]: 3, “Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan kelular.” Serta dalam QS. Ali-Imran [3]: 159, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.” Nabi Muhammad saw bersabda, “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka Allah pasti akan memberi rezeki sebagaimana Ia memberi rezeki kepada burung yang pada pagi hari pergi dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang.” HR. Al-Bukhari. 33 Maksud dari baris 361-364 adalah meninggalkan negeri tempat tinggal serta sanak saudara dan harta benda di dunia. Ini menggambarkan untuk tidak terlalu mencintai keduniaan. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa mencintai keduniaan itu tercela 34 seperti firma Allah SWT dalam QS. Al-Munaafiqun [63]: 9 yang artinya; “Hai orang-orang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak- 33 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 457. 34 Lihat Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali Jakarta, 2012: 362 anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang- orang yang merugi.”. Kemudian pada baris 365-366 menegaskan agar memulai keputusan untuk berlayar atau menelusuri kehidupan dengan berlandaskan syahadat dan senantiasa berzikir kepada Allah SWT bahwa tiada Tuhan selain Dia. Imam Al-Ghazali mengutip sebuah riwayat dikatakan, “Suatu kaum yang duduk di suatu majelis, tetapi selama itu tidak pernah mengingat Allah SWT berzikir dan tidak pula bershalawat kepada Nabi saw, maka mereka akan merugi pada hari kiamat kel ak.” HR. Ahmad. 35 Pada baris 367-379 menegaskan bahwa akan ada godaan setan dalam perjalana hidup seorang hamba. Namun, dianjurkan dalam syair tersebut agar tetap pada haluan dan tidak tergoda oleh tipu daya setan. Jangan turunkan layar sebagai semangat raja sebab itulah godaan yang dahsyat yang datang dari mana saja dan tak henti menguji ketakwaan hamba. Jika haluan kapal sudah berubah, itu tandanya setan berhasil menggoyahkan konsisten iman dan ketakwaan seorang hamba. Di hari kemudian, ia akan merugi, sebab telah tergolong sebagai orang-orang yang su’ul khatimah. Sehingga, hamba tersebut dinilai terputus dari ajaran agama Islam. Beberapa dalil yang berkaitan dengan pesan kalimat tersebut sebagai berikut: 35 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 168.                          “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur taat.” QS. Al-A’raf [7]: 16-17.                   “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang- orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik- baiknya.” QS. Al-Kahfi [18]: 103-104. 4. Pesan Dakwah Pada Baris 380-383 Pada baris tersebut, Idrus Kaimuddin memohon untuk ditetapkan hatinya pada garis-garis agama Islam sehingga bisa menghadap kepada Zat Allah SWT. Ia juga mengharapkan keimanannya meningkat agar mati dalam keadaan husnul khatimah. Imam Al- Ghazali mengutip sebuah kisah ketika Mu’awiyah mendekati ajal, beliau berkata, “Dudukkanlah aku,” maka beliau didudukkan. Lalu beliau mulai berzikir dan bertasbih. Setelah itu beliau menangis sejadi-jadinya, lalu berkata, “Ya Rabb, kasihanilah orang tua renta yang banyak dosa dan berhati keras. Ya Allah, kurangilah kekeliruanku, ampunilah … ampunilah dosaku dan berikanlah kelembutan-Mu pada orang yang tidak pernah berharap kepada selain diri- Mu dan tidak percaya pada siapapun selain Engkau.” 36 Seperti Firman Allah SWT berikut:                                                 “Dan janganlah kamua mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang masih berjihad di jalan Allah yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nimat dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang- orang yang beriman.” QS. Ali-Imran [3]: 169-171.

C. Interpretasi Kitab dalam Gerakan Dakwah Masa Kini

Seperti yang dilakukan Suhurah, salah satu pelantun kabanti wolio wanita, ia menyampaikan syair tersebut dengan metode nyanyian. Belum lagi kabanti telah direkam dalam bentuk audio MP3 dan bahkan telah dikembangkan dalam bentuk karya ilmiah seperti buku hingga Ebook. Semua itu menunjukkan bahwa kabanti diterima oleh masyarakat sebagai karya yang urgent. Selain itu, kabanti juga dinobatkan sebagai nilai-nilai Islam dalam tradisi kesenian Buton. 37 Narator menulis mengenai kebaikan dan keburukan yang bersarang di dunia seperti ungkapan amar ma’ruf nahi munkar. Beberapa tema dalam syair seperi kematian, larangan menfitnah, kewaspadaan akan muslihat dunia, serta 36 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 546. 37 Sastra tulisan dibuton identik dengan sastra dunia keraton. Lihat Supriyanto dalam Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, Kendari: 2009, h. 86. cerita hari kiamat menjadi topik dominan dalam kitab tersebut. Seperti halnya para Ustadz atau Ulama saat ini, dakwah yang dilakukan tidak jauh berbeda substansinya dengan kandungan kabanti Idrus. Namun, gerakan dakwah masa kini, di mana metode dakwah telah sejalan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. Maksudnya, dakwah telah bertransformasi menjadi objek yang mudah diakses. Pada saat yang sama, seseorang bisa mendengar atau membaca subjek tentang dakwah di layar computer secara networking. Gerakan dakwah masa kini sudah sangat jauh dengan apa yang ditulis oleh Idrus. Tidak hanya dalam bentuk tulisan aksara Arab, namun kuantitas isinya yang cukup banyak akan tersaingi dengan dakwah melalui media televisi, radio, atau metode dan media kontemporerlainnya yang bersifat lisan dan tulisan. Namun, kreatifitas yang menjadi instrument kabanti ini bisa jadi senjata ampuh untuk mengalihkan kembali mitra dakwah masyarakat buton agar memahami bahwa kitab yang ditulis oleh Idrus bukan untuk disimpan dalam lemari buku tua kemudian hangus begitu saja. Instrument tersebut adalah nyanyian nada kabanti wolio secara khusus. Berkenaan dengan upaya Suhura, seorang praktisi kabanti wanita, juga sejumlah praktisi lainnya yang memahami kabanti dan melestarikannya dengan menguasai model nyayian syair tersebut. Syair-syair yang nadanya satu model tersebut, sadar atau tidak sadar telah bergerak sebagai dakwah, entah dalam bentuk kaset audio maupun karya ilmiah. Di satu sisi, pendengarnya “mungkin” memahami arti dan makna dari kabanti tersebut. Di sisi lain, masyarakat mengoleksinya hanya sebatas untuk identitas diri agar lebih merasa menjadi masyarakat buton dan sebagainya. Namun, menurut peneliti, kedua konsumen atau mitra dakwah tersebut tidak akan memahami secara komprehensif maksud dan tujuan dakwah dalam syair tersebut jika tidak memiliki kecakapan dalam bahsa Wolio serta pengetahuan agama yang baik. Gerakan dakwah model syair tersebut akan diapresiasi di era digital ini kemudian dapat juga dikembangkan seiring perkembangan zaman. Untuk lebih menyadarinya, peneliti memberikan gambaran dua faktor pendukung dan penghambat Kitab Bula Malino atau syair lainnya dapat diformulasikan dengan gerakan dakwah saat ini, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Kondisi kitab serta syair lainnya masih sangat perlu diteliti. Bentuk tulisan aksara Arab Wolio tentu akan sulit bagi masyarakat saat ini. Bukan hanya perkara budaya bahasa daerah Wolio yang mulai pudar, namun gaya hidup masyarakat yang konsumtif dan populer bisa menjadi motivasi kitab ini perlu dikaji serta diperbanyak. Selain transliterasi, peneliti menemukan sejumlah buku yang mengkaji Kitab Bula Malino seperti Membara di Api Tuhan La Ode Malim: 1983 dan Nasiha Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin Laniampe: 2009. Berkenaan dengan gerakan dakwah masa kontemporer, seperti yang dilakukan La Ode Malim dalam Membara di Api Tuhan, sangat mendukung dalam pergerakan dakwah dengan sarana tulisan al- mau’idza al-hasanah. Bukunya telah dikembangkan dalam bentuk Ebook buku elektronik dan dapat diakses serta didownload oleh siapa saja dan kapan saja. Begitupun yang dilakukan oleh Laniampe dan peneliti sendiri, secara