Adjuvant Pendukung Analisis Narasi Model Aktan Greimas
luar biasa bagusnya. Kata oimani artinya adalah sebuah iman, yang mengekspresikan status sawika adalah dengan sebuah iman. Tasdiiki
masih berkorelasi dengan iimani. Keduanya adalah maksud dari pada motpenena kalape yang luar biasanya baiknya. Kata matangka
menegaskan status tasdiiki kepercayaan harus kuat. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa kapal yang paling baik adalah dengan
keimanan serta keyakinan yang kuat. Kalimat pernyataan pada baris 344-345 dibangun dari kata
kokombu, -na, alakea, haufu, pangaawa, -na, bakea, -kea, rijaa. Pada kata kokombu secara berarti tiang pada kapal. Akhiran -na kata ganti
dari kapal. Kata alakea merupakan kata kerja perintah artinya ambilkan untuk sesuatu. haufu khauf adalah yang dimaksud dari ambilkan
berarti rasa ketakutan. Maknanya adalah, rasa ketakutan khauf dijadikan sebagai tiang kapal. Pada kata pangaawa artinya adalah layar.
Akhiran –na kata ganti dari kapal. Kata tersebut membayangkan adanya
ciri-ciri kapal tradisional kapal layar. Bakea merupakan kara kerja, artinya bentang. Kata -kea mengekspresikan bahwa yang dibentang
adalah layar. Kata rijaa merupakan analogi yang artinya raja yaitu pribadi yang senantiasa hanya mengharapkan keridhaan Allah dalam
hidupnya. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa layar kapal adalah rajaa.
13
Kalimat pada baris 346-347 dibentuk dari kata tawadhu’, betao,
kapabelo, -na, mosaahida, betao, parabose, dan -na. Kata tawadhu’
13
Kata hauf dan rijaa diadopsi dari bahasa arab yaitu kahuf dan rajaa.
diadopsi dari bahasa arab yang berarti rendah hati. Betao berarti untuk. Kata kapabelo merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
membelokkan kendaraan. Jika pada kapal tradisional, alat tersebut ada pada layar terdepan. Akhiran -na adalah kata ganti dari kapal. Kata
mosaahida artinya para musyahid. Kata tersebut membayangkan seorang yang berjiwa Jihad di jalan Allah SWT. Betao artinya telah
dijelaskan di muka untuk. Kata parabose artinya para pendayung jamak. Akhiran
–na bermakna kapal. Kata tersebut membayangkan adanya sejumlah orang yang bertugas sebagai pendayung. Secara
analogi, kalimat pada baris tersebut menginterpretasikan bahwa layar kapal yang berfungsi sebagai setir diibaratkan sebagai
tawadhu’. Para pendayung kapal diiabartkan seolah-olah mereka sedang berjihad di
jalan Allah SWT. Retoris kalimat pada baris 348-349 tersusun dari kata riyadhati,
kamondo, -na, rabuta, -na, kina’ati, kasangka, -na, kaboke, -na. Pada
kata riyaadhati diadopsi dari bahasa arab yaitu riyaadhotu yang artinya menggembleng diri, menempa diri, dan mengkaji diri selalu
muhasabah. Kata kamondo aritinya kelengkapan yang menjelaskan kelengkapan pada kapal akhiran
–na. Rabuta artinya temali atau tali berkorelasi dengan kamondo. Maksdunya adalah kelengkepan tali-
temali kapal adalah riyadhati. Pada kata kina’ati juga diadopsi dari
bahasa arab yaitu qonaa’ah yang artinya adalah mersa cukup dari apa
yang telah dikaruniakan Allah SWT sehingga mampu menghindar dari sifat tamak. Kata kasangka merupakan sintaksis dari kamondona
artinya pelengkap atau kelengkapan. Akhiran -na maksudnya adalah kapal. Kata kaboke berarti pengikat yang membayangkan adanya tali
berhubungan denga temali. Maksudnya adalah, kelengkapan pengikat pada kapal adalah
kina’ati.
Pada kalimat pernyataan baris 350-351 dibangun dari kata uli, -na, yitu, mo-, patoto, -na, porope, oihilasi, toto, -na, yinca, dan mangkilo.
Kata uli-na menegaskan seorang kemudi kapal. Kata yitu berarti itu, maksdunya adalah kapal. Awalan mo- dan akhiran
–na pada kata mopatotona yang menentukan mengekspresikan tugas dari seorang uli
kemudi sebagai penentu jalannya kapal. Kata porope artinya arah tujuan yang mana ditentukan oleh sang kemudi kapal. Awalan o- pada
kata oihilasi sebuah ikhlas menegaskan bahwa sang kemudi harus menyandang sifat keikhlasan. Toto-na artinya status atau kedudukan
berkorelasi dengan ihilasi. Kata inca berarti hati atau perasaan pada manusia. Kata mangkilo menyatu dengan kata yinca yaitu hati yang
bersih. Interpretasi dari kalimat tersebut adalah, status hati yang bersih dan ikhlas harus dimiliki oleh sang pengemudi kemudi kapal yang
akan menentukan ke mana arah tujuan berlayar. Kalimat pada baris 352-353 dibentuk dari kata opadoma, -na,
mosusaka, -na, dala, okuru’ani, tee, hadisi, -na, dan Nabii. Kata
opadoma menyebutkan makna sebuah kompas. Akhiran –na adalah
kata ganti dari kapal. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata
mosusuakana penunjuk menegaskan fungsi dari padoma kompas. Kata dala berarti jalan, maksudnya adalah arah. Kata
okuru’ani
sebua h qur’an menegaskan adanya makna adalah adalah sebuah
qur’an. Tee menunjukkan makna dengan atau dan. Kata hadisi artinya hadis atau sunnah Rasul. Nabii Nabi mengekspresikan sebuah korelasi
antara hadis
dan Nabi
hadis Nabi.
Kalimat tersebut
menginterpretasikan bahwa al- Qur’an dan Hadis Nabi digunakan
sebagai kompas penentu arah berlayar. Begitupun dalam kehidupan, hendaknya manusia berpegang teguh pada kedu
anya Qur’an dan Hadis.
Metaforis kalimat pada baris 354-355 tersusun dari kata obenderai, -na, sulaake-a, zuhudu, tombi-tombi, -na, zikiri, tee, dan tasubehe. Pada
kata obendera bendera terdapat awalan o- yang menegaskan makna sebuah. Akhiran
–na maksudnya adalah kapal bendera kapal. Sulaakea adalah kata kerja perintah yang berarti topandkan dengan
akhiran –a yang menegaskan sebuah bendera. Kata zuhudu diadopsi
dari bahasa arab yaitu zuhud yang artinya adalah sifat berpaling dan meninggalkan sesuatu yang bersifat material atau kemewahan duniawi
dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat. Kata tombi-tombi
artinya bendera umbul-umbul fandel.
14
Akhiran –na mengekspresikan
makna kapal. Kesatuan kata zikiri tee tasubehe maknanya adalah zikir dan tasbih. Interpretasi dari kalimat tersebut bahwa kibarkan zuhud
14
Kata tombi-tombi berasal dari kata tombi artinya bendera umbul-umbul. Karena yang dipakai oleh Idrus adalah kata yang berulang maka ia membayangkan adanya
jumlah umbul-umbul yang lebih dari satu jamak.
sebagai bendera kapal beserta zikir dan tasbih sebagai sebagai bendera umbul-umbulnya.
Kalimat pernyataan pada baris 356-357 dibangun dari kata juru, batuna,
syara’i, zaahiri, juru, mudina, ilimu, dan baatini. Pada kata juru dan batu merupakan kesatuan kata yaitu jurubatu. Dalam kapal
tradisional istilah jurubatu juru batu bertugas di depan kapal untuk memantau kondisi rute yang diarungi.
15
Kata syara’i diadopsi dari
bahasa arab yaitu syaraa’i jamak dari syariat. Zahiri adalah zahir, kata
yang menyatu dengan syaraa’i syaraa’i zahiri yang lebih familiar
dengan sebuta zahir syari’at.
16
Kemampuan ilmu zahir pada seorang juru batu akan membantu dalam melaksanakan tugasnya dengan
sempurna. Zahir syariat Juru dan mudi merupakan kesatuan kata jurumudi yang mengekspresikan pemegang kendali kemudi di
bagian belakang kapal.
17
Maksud dari ilmu baatini adalah ilmu batin yang juga disebut sebagai ilmu ma’rifat. Batin lebih peka terhadap
isyarat alama seperti jika akan terjadi bencana atau kejadian masa depan
15
Pengguna bahasa wolio memaknai jurubatu sebgai mojaganina rope yang menjaga kapal di bagian depan atau petugas bagian luar depan kapal. Tugasnya adalah
untuk memastikan keselamatan kapal dari benturan batu karang dan kemungkinan menabrak kapal lain. Selain itu, jurubatu juga bertugas untuk memantau rute agar tidak
salah arah.
16
Zahir syariat merupakan ilmu zahir yaitu tentang perintah dan larangan serta hukum-hukum. Zahir secara terminologi berhubungan dengan yang nyata atau terlihat.
Sehingga, zahir lebih fokus terhadap pandangan mata bukan mata batin, sebab manusia memiliki keduanya zahir dan batin.
17
Jurumudi bertugas untuk mengemudikan kapal. Ia selalu berkonfirmasi dengan jurubatu jika ingin membelokkan kapal kapal tradisional. Berbeda dengan kapal modern
yang dilengkapi dengan alat teknologi. Bahkan, sesekali jurumudi akan diintruski oleh jurubatu untuk memutar balik arah.
di sekitarnya.
18
Ilmu batin mampu menjadikan juru mudi akan memiliki firasat yang baik. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa, seorang
juru batu harus memiliki zahir syariat. Begitu juga pada seorang juru mudi, ia harus menyandang ilmu batin.
Kalimat pada baris 358-359 dibentuk dari kata mo-, polume, -na, madadi, mina, i, guru, anakoda, -na, hidayati, -na, dan Opu.
Mopolumena dari kata lume menimbah mengeluarkan air dari dalam kapal. Banyaknya air yang masuk dalam kapal akan menyebabkan ia
tenggelam. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata mopolumena
menggambarkan adanya Objek. Kata madadi dari kata dadi artinya orang mengkuti perintah. Mina artinya dari berkorelasi dengan kata i
guru artinya dari guru. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa perintah dari guru merupakan perintah yang dengan patuh diaplikasikan
oleh murid yang baik. Akhiran –na pada kata anakodana
mengekspresikan seorang nakhoda atau kapten kapal. Kata hidayati diadopsi dari bahasa arab artinya hidayah.
–na merupakan pernyataan untuk kata Opu Tuhan. Interpretasi dari kalimat tersebut adalah,
seorang yang mengeluarkan air dari dalam kapal harus konsisten bagai
18
Chy Rohmanah menulis, bahwa ilmu tersebut mempelajari bagaimana mengubah batin agar lebih dekat dengan Allah SWT hingga mendapatkan ketenangan
serta membangkitkan hal positif dalam diri manusia. Tujuannya adalah untuk menguatkan iman agar lebih yakin terhadap kehadiran Tuhan serta menjadikan-Nya tuntunan
kehidupan blogging.co.idilmu-kebatinan. diakses pada 25-08-2014.
seorang murid yang baik diperintah oleh gurunya.
19
Nakhoda kapal diibaratkan sebuah hidayah dari Allah SWT.
Metaforis kalimat pada baris 360-361 tersusun dari kata asangkaa, -ka, ka-mondo, -na, hela, yitu, tawakala, -mo, poaro, -mu, i, Opu, dan
– mu. Pada kata asangkaa artinya sempurna. Akhiran
–ka kata pendek dari jika yang mengandung makna sudah. Awalan ka- pada kata
kamondo menggambarkan sebuah kelengkapan kesiapan. Akhiran –na
mengekspresikan kata hela yaitu kapal berlayar. Kata yitu artinya itu, menegaskan kata hela atau berlayar. Kata tawakala diadopsi dari
bahasa arab artinya tawakal atau berserah diri. Akhiran –mo bermakna
penegasan pada kata tawakala. Kata poaro berasasl dari kata aro artinya hadap, awalan po- berfungsi pada awalan kata kerja, sehingga,
poaro menjelaskan sebuah arah tujuan yang lurus menghadap ke depan. Akhiran
–mu membayangkan adanya kamu pendengar sebagai komunikan. Kata i secara stilistik artinya kepada, Opu-mu Opumu
menegaskan sosok Tuhan pada komunikan. Interpretasi pada kalimat tersebut menegaskan bahwa, jika telah siap dengan segala peralatan
kapal untuk melakukan pelayaran maka itulah saatnya meluruskan haluan kapal dan bersiap untuk berlayar.
Kalimat pernyataan pada baris 362-363 dibangun dari kata adikaa, -ka, ngalu, ihelaaka, -mu, patoto, mea, porope, -na, bangka, dan yitu.
19
Selazimnya, air laut bisa setiap detik masuk ke dalam kapal apalagi diterpa gelombang yang besar. Keuletan dan kesabaran mopolumena sangat dipertaruhkan dalam
aktifitas ini. Sehingga secara sintaksis, relevanlah analogi modadi mina i guru dengan kata mopolumena.
Kata adikaa secara stilistik artinya bukanlah menyimpan, tapi lebih menggambarkan makna telah siap memungkinkan. Akhiran
–ka seperti dijelaskan di atas artinya jika. Kata ngalu artinya angin, karena
terdapat pada pembahasan kapal, ia bermakna waktu berlayar.
20
Awalan i- dan akhiran
–ka pada kata ihelaakamu menegaskan makna berlayarmu. Kata patoto dan mea mengekspresikan makna perintah
artinya luruskanlah. Porope berarti haluan, menggambarkan kapal siap berlayar. Akhiran
–na adalah kata ganti untuk persona tunggal. Kata Bangka artinya perahu kapal. Yitu berarti itu yang di sana.
Interpretasi dari kalimat tersebut menegaskan bahwa jika telah sesuai angin laut dengan arah tujuan berlayarmu maka luruskanlah haluan
kapal mu. Kalimat pada baris 364-365 dibentuk dari kata botu-ki, mea, lipu,
mbooresa, musiraha, -mu, tee, anto, -na, banua, dan –mu. Akhiran –i-
mea pada kata botukimea merupakan kata perintah yang artinya adalah putuskanlah. Kata lipu berarti negeri atau kampung. Pada konteks lain,
lipu berarti dunia. Kata mbooresa membayangkan adanya tempat tinggal, yang dihuni, tempat manusia berpopulasi. Musiraha artinya
kenalan, teman, dan orang lain entah laki-laki atau perempuan. Akhiran –mu kata pendek dari ingko kamu entah laki-laki atau perempuan.
Kata tee artina juga dan. Anto artinya isi dan akhiran –na artinya nya,
mengekspresikan isi sesuatu. Akhiran –mu pada kata banuamu
20
Kapal yang diceritakan dalam syair adalah kapal layar. Kata angina sangat relevan dengan kapal layar. Jika arah angin laut sudah bagus dan sesuai dengan arah
tujuan berlayar, maka bersipalah untuk berlayar.
menegaskan pada komunikan pembaca yang artinya rumahmu. Isi rumah bisa berupa manusia maupun benda mati materi. Kalimat
tersebut menginterpretasikan penegasan analogi, agar memutuskan atau memisahkan diri dengan kampung kehidupan dunia, termasuk para
kolega serta isi dalam rumah.
21
Retoris kalimat pada baris 366-367 tersusun dari kata pepuu, mea, kambotu, mo-, topene, -na, zikrillahu, laa, ilaaha, illa, Allah. Pada kata
pepu artinya mulai dihubungkan dengan kata mea sebagai akhiran kata kerja perintah yaitu mulailah. Kata kambotu berarti keputusan, yang
menjelaskan bahwa yang dimulai adalah sebuah keputusan. Awalan mo- dan akhiran
–na pada kata motopenena mengekspresikan bahwa kambotu keputusan tersebut harus topene tetap atau tidak mudah
berubah. Kata zikirillahu menegaskan makna berzikir atas nama Allah SWT. Kata laa, ilaaha, Illa, dan Allah merupakan kesatuan kalimat
tentang ucapan zikir yang artinya tiada Tuhan Selain Allah.
22
Interpretasi pada kalimat tersebut menegaskan untuk mengambil keputusan yang tetap saat hendak melakukan pelayaran. Keputusan
tersebut didasari dengan lafaz Laa Ilaaha Illallah tiada Tuhan selain Allah.
21
Begitupun saat berlayar, ia membayangkan sebuah kejadian terpisahnya manusia dengan pulau tempat tinggalnya beserta rekan family beserta isi rumahnya.
22
Hubungan lafaz Laa Ilaaha Illallah sangat lekat dengan makna sebuah keputusan seorang manusia saat hendak menyatakan kalimat syahadat. Selain itu, ia juga
diucapkan saat manusia menjelang sakratulmaut. Seorang yang mengucapkan lafaz tersebut akan memutuskan dirinya untuk meyakini dan mempelajari Islam. Jadi, cukup
relevan ketika Idrus membuat analogi bahwa jika telah siap waktu berlayar mati ucapkanlah lafaz tersebut sebagai keputusan husnul khatimah.