PENUTUP A. Komunikasi Naratif Kitab Bula Malino Dan Pesan Dakwah Dalam Baris 332-383

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manuskrip Kabanti di Buton bisa dibilang dalam status jaga, kepedulian secara ilmiah tentang kabanti sudah menipis bahkan belum berkembang pesat. Bukan hanya itu, pemahaman bahwa semua kabanti yang ditulis oleh Ulama dahulu di Buton merupakan upaya penyampaian dakwah tidak lagi urgent dibahas. Entah karena kurangnya keterpanggilan hati atau efek dari globalisasi informasi, yang jelas, jika naskah-naskah agama ini tidak diselamatkan maka akan menjadi dongeng dan rumor belaka. Maksud diselamatkan adalah perlunya dikembangkan serta dikaji dengan pendekatan-pendekatan tertentu hingga menjadi warisan budaya keagamaan yang bisa digunakan dalam gerakan dakwah kontemporer masyarakat perkotaan. Syair atau nyanyian tradisional merupakan hasil budaya Islam yang memiliki pengaruh tertentu terhadap masyarakat dan umat beragama. Di seluruh nusantara, masing-masing daerah memiliki tradisi yang berbeda. Hampir seluruh daerah di Indonesia mengandung tradisi nyanyian atau syair daerah. Tari saman dengan nyanyian bahasa Aceh adalah salah satu contoh. Ulama-ulama di nusantara juga melanjutkan syiar dengan caranya masing-masing. Seperti halnya Kabanti syair Buton yang ditulis oleh Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin. Kabanti merupakan nyanyian atau syair tertulis yang tersimpan dan terjaga oleh masyarakat Buton hingga saat ini. Kabantai Wolio atau syair buton telah menjadi tradisi nyanyian daerah di kalangan masyarakat. 1 Dalam kamus wolio wolio dictionary oleh J.C. Anceaux, kabanti bermakna puisi syair, nyanyian, sajak. 2 Sehingga, Kabanti ini berbentuk syair yang dinyanyikan. Pada masa keemasan Islam di Kesultanan Buton, dimana saat Idrus Kaimuddin menjabat sebagai Sultan, Seni Budaya Islam berbentuk kabanti mulai diperkenalkan kepada masyarakat. Seni Budaya Islam di Buton pada masa itu dimaksudkan sebagai sarana dakwah Islam. Tiga bentuk seni budaya yang dikembangkan pada masa itu adalah. Pertama, Kabanti Wolio atau Syair Buton, Muhammad Idrus Kaimuddin membuat syair tidak kurang dari 30 judul. Antara lain yang terkenal adalah Bula Malino purnama yang cerah. Beberapa penyair ternama juga membuat kabanti di masa itu, termasuk Hatibi Bula dengan judul Anjonga Yinda Malusa pakaian yang tidak bakal rusak. 3 Kabanti merupakan bagian dari sastra Buton yang mana tulisannya berbentuk buri wolio tulisan wolio dengan model aksara Arab bahasa Wolio. Dalam hal ini, kabanti termasuk dalam karya yang bersifat sufistik. Sebagaimana dikutip dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara Dr. Supriyanto, MA; 2009, terdapat dua jenis tradisi sastra Buton yaitu sastra tulisan dan lisan. Namun, di era modern ini, kabanti sungguh hampir tidak punya nilai 1 Sebenarnya nama Buton hanya lazim digunakan orang luar untuk sebutan Kesultanan Buton. Penduduk setempat terbiasa menggunakan sebutan Wolio. Yunus, Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, 2011: 379. 2 J. C. ANCEAUX, Wolio Dictionary-wolio-english-indonesia, Foris Publication Holland: 1987, Hal. 51. 3 Dikutip dari catatan Hj. Siti Surah di kediamannya, Kaobula Maret, 2013. Ia mencatat dari ungkapan almarhum saudaranya yang interview langsung sebelum beliau wafat. lagi. Sebab, sudah mulai digeser oleh budaya-budaya modern seperti yang kita lihat saat ini. Pada masa Kerajaan Islam Buton, keberdaan sastra lisan tidak begitu berkembang dalam lingkungan keraton. Umunya, sastra jenis ini dari segi sisinya hanya memuat tradisi lokal. Sastra tulisan buton identik dengan sastra islam. Sastra ini ditulis dalam aksara arab. Sastra tulisan ini ada yang berbentuk puisi dan ada yang berbentuk prosa. Sastra yang berbentuk puisi atau syair, masyarakat lokal lebih mengenalnya tiga istilah kabanti nazamu atau nazami. 4 Muhammad Idrus Kaimuddin telah meninggalkan beberapa karya puisi dan nyanyian inspiratif bagi umat Islam khususnya di Buton. Contoh penggalan bait dari Syair Bula Malino; Bismillahi kaasi karo-ku siy Dengan nama Allah sayangnya diriku ini Alhamdu padaa-ka kumatemo Segala puji tak lama lagi aku akan mati Ka-janjinamo Oputa mo-makaa-na Sudah janji Allah swt Yang Maha Kuasa A pekamate bari-baria batua Akan mematikan kepada semua hamba. 5 Namun, para praktisi kabanti seperti Ibu Suhurah mengakui bahwa kabanti wolio sudah ditelan masa. Beberapa faktor penyebab antara lain adalah: 1. Tidak ada moment tertentu sebagai sarana pelestarian Kabanti 2. Hilangnya rasa kepedulian dan kepahaman tentang Kabanti Wolio. Walaupun pada tahun 2012 oleh Wali Kota Bau-Bau pernah menggelar lomba Kabanti antar Instansi Departemen Pendidikan. Namun, setelah itu belum 4 Supriyanto, Sejarah Kebduayaan Islam, Icv. SHADRA: 2009, Hal. 86. 5 Lamra, Bula Malino:Syair Wolio Tarafu: 1994, h. 5.