Traitor Penghambat Analisis Narasi Model Aktan Greimas

kapal dari kayu, berhubungan dengan kata poropena. Yitu menegaskan kembali kata poropena bangka. Pada kata pangaawa artinya layar, yang membayangkan sebuah kapal layar. –na dimaksudkan untuk kapal. Kata boli merupakan larangan yang artinya jangan. Kata taurakea secara stilistik artinya adalah menurunkan. 24 Akhiran –a mengekspresikan sebuah pangaawa layar. Interpretasi dari kalimat tersebut bahwa, jika setan mulai menghasud saat sedang berlayar, jangan sekali-kali menyerah atau kalah dari muslihat setan hingga memutuskan untuk menurunkan layar sebagai tanda pelayaran tidak lagi berlanjut. Metaforis kalimat pada baris 372-373 tersusun dari kata osiitu, -mo, uso, i, mapasaa, -ka, nee, atosala, porope, -na, bangka, dan yitu. Akhiran –mo pada kata osiitumo menggambarkan makna penegasan yang artinya itulah. Kata uso artinya badai angina rebut. Awalan i dan akhiran –a pada kata imapasaaka mengekspresikan efek dari badai artinya mampu memecahkan sesuatu. Maksud dari badai pada kalimat tersebut adalah gangguan dan bisikan setan. Pada kata neatosala artinya jika salah haluan, melekat dengan kata poropena yang berarti haluan kapal. Kedua kata tersbut membayangkan adanya kemungkinan menurunkan layar tergoda oleh bisikan setan sehingga haluan berubah. Kata bangka dan yitu sudah sering dijelaskan, artinya adalah kapal tersebut. Sehingga, maksud dari kalimat tersebut bahwa, godaan 24 Taurakea berasal dari kata tauraka lekat dengan tauaka artinya menurunkan untuk. Pada Wolio Dictionary tertulis, arti kata dari tauraka adalah; menurunkan, menaruh, menempatkan, meninggalkan juga warisan, dan mas kawin atau mahar Anceaux: 179. setan diibaratkan badai yang menerpa kapal. Kapal akan pecah jika layarnya tidak berkibar lagi dan haluan telah berubah. Pada kalimat pernyataan baris 374-375 dibangun dari kata amapasaa, -ka, bangka, incia, siitu, too, karugi, -mu, naile, muri-muri, dan na. Akhiran –ka pada kata amapasaaka mengandung makna jika telah yang artinya jika telah pecah. Bangka adalah yang dimaksud telah pecah artinya kapal. Kata incia menyatu dengan siitu, artinya yang itu menunjuk sebuah kapal. Awalan to- dan akhiran –mu pada kata tokarugimu mengekspresikan makna kerugian jika kapal mulai pecah oleh godaan setan. Kata naile artinya besok, berkorelasi dengan kata muri-murina yang menggambarkan makna hari kiamat. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa, kapal pecah oleh godaan setan tersebut dianalogikan sebagai keberhasilan setan menghasud manusia meninggalkan ibadah. Sehingga, di hari akhir nanti, manusia akan merasa menyesal dan rugi tiada tara. Kalimat pada baris 376-377 dibentuk dari kata osiitu, -mo, kampadaa, mo, madaki, isarongi, -mo, suu’ul, dan haatimah. Akhiran – mo pada kata osiitumo menggambarkan makna penegasan yang artinya itulah. Kata kampadaa adalah gabungan dari dua kata yaitu kaa dan padaa. Kata ka- di sini merupakan awalan kata kerja yang dihubungkan dengan kata padaa habis menjadi penghabisan. Penghabisan yang dimaksud adalah kematian. Awalan mo- merupakan kata kerja untuk membuat parsitip aktif terhubung dengan kata madaki sehingga menegaskan sebuah penghabisan yang buruk kematian yang bad ending. Pada kata isaro-ngi artinya yang dinamakan. 25 Kata suu’ul haatimah diadopsi dari bahasa arab, maksdunya adalah su’ul khatimah bad ending. Kalimat menegaskan bahwa bagi siapa yang tidak mampu bertahan pada haluan tujuan hidup sehingga kapalnya pecah oleh badai godaan setan, maka itulah tanda-tanda yang buruk menjelang kematian. Demikianlah sebuah akhir dari kehidupan yang su’ul khatimah. Retoris kalimat pada baris 378-379 tersusun dari kata alapa, -mo, be-, umati, -na, Nabii, asala, mea, millati, dan isilamu. Akihran –mo pada kata alapamo mengesakan adanya sesuatu yang terlepas. Kata umatina maksudnya adalah umat manusia. Kata Nabii menegaskan bahwa umatina adalah umat Nabi Muhammad saw. Kata asala berarti menyalahi, berkorelasi dengan kata mea yang mengisyaratkan sesuatu menyalahi sesuatu. Kata millati artinya millah atau agama. Isilamu adalah agama islam, lebih mengekspresikan hukum-hukum serta syariat islam. Interpretasi dari kalimat tersebut adalah, jika umat manusia menjadi su’ul khatimah saat kematiannya tiba, maka ia dikategorikan telah lepas dari golongan umat Nabi Muhammad saw. Sebab, ia telah menyalahi aturan Islam seperti turunan muslim sejati lainnya. Sebagai batasan masalah, pada baris 332-383 peneliti menemukan bahwa narasi yang dibangun dalam kitab tidaklah random, ia relevan dengan logika kehidupan tidak acak. Kemudian pada baris tersebut, Idrus telah menulis hal 25 Akhiran –i dan akhiran ngi memiliki makna yang sama yang berfungsi sebagai akhiran kata kerja transitif Anceaux: 44. yang penting dan tidak memasukkan hal yang tidak penting. Sebagai narator, Idrus menyusun narasi kitab tersebut mulai dengan peringatan kematian. Kemudian menampilkan fenomena kehidupan dunia yang terdiri dari amar ma’ruf nahi munkar atau ajakan kebaikan dan larangan keburukan. Baru setelah itu narator menggambarkan tentang kematian, kemudian kiamat dan kehidupan akhirat, yang di mana di akhirat narator juga menampilkan betapa inginnya seorang Idrus bertemu menghadap Zat Tuhannya. Syair tersebut menggambarkan perjalanan hidup manusia. Pengarang Idrusmanusia, Kematian Angin Berlayar, dan Tuhan, ketiganya adalah ikon dari baris tersebut. Realitas yang diceritakan dalam syair memang tidak tertuju pada wanita atau pria, tua atau muda, dan entah di mana tempatnya. Namun, susunan bait syair yang saling berkorelasi antara satu kalimat dengan kalimat lainnya sangat relevan dengan kehidupan manusia secara universal. Ikon juga merepresentasikan amal saleh dan amal fasik yang akan diperankan oleh manusia. Indeks dalam syair tersebut ditampilkan melalui tiga tanda, yakni melalui bait-bait tema yang berkaitan dengan peringatan berupa ajaran kebaikan seperti; zuhud, khauf, raja, dan lain-lain, melalui bahasan tentang menjelang kematian yang husnul khatimah atau su’ul khatimah, dan juga pada baris yang menjelaskan harapan seorang hamba melihat Zat Tuhannya. Sementara simbol yang muncul dari syair adalah manusia yang meliputi kata-kata iman, tasdiq, kahuf, rajaa, tawadhu’, mujahid, riyadhat, kona’at, Qur’an, Hadits, zikir, tasbih, syara’i zahir, imlu batin, hidayah, dan tawakkal. Kata- kata tersebut merupakan konatif dari sifat manusia, yang mana dalam hal ini dikonatifkan dengan perlengkapan berlayar. Tabel 4.7 Tanda -tanda dalam Baris 332-383 Jenis Tanda Contoh Tanda Ikon Pengarang, Kematian Kapal, dan Tuhan Indeks Dunia, husnul khatimah, su’u; khatimah, dan Melihat Zat Tuhan Simbol Manusia Dalam karakteristik Greimasian, simbol pengarang “Muhammad Idrus Kaimuddin” yang merupakan pengarang kitab Kabanti pada dasarnya merupakan sender. Pengarang adalah aktan yang berperan menarasikan cerita syair tersebut. Semua ikon, indeks, maupun simbol pada syair tersebut merujuk pada pengarang. Penegasan melalui indeks kata diriku menunjukkan ada peran subjek dalam mengarahkan pemaknaan. Idrus pengarang menasihati dirinya manusia untuk menjadi pribadi yang baik dan mempersipakan dirinya untuk kematian dengan ditandai beberapa kata yang bermuara pada makna menasehati menganjurkan. Indeks pada tema syair yang berkaitan dengan ajaran nasehat pada diri sendiri makusdnya adalah membersihkan hati. Sehingga, receiver dalam syair tersebut adalah bisa Idrus itu sendiri, bisa juga sebagai manusia pembaca kitab seperti dijelaskan di mukas. Idrus akan menerima segala macam ajaran dari subjek untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi tujuan dari pengirim sender. Kematian merupakan pelayaran yang tidak bisa lagi untuk kembali ke dunia, ucapan baris 336 tersebut menandakan bahwa ada sepsifikasi yang dibutuhkan sender agar terbantu untuk mencapai Objek yang diingikan. Objek dalam syair tersebut adalah sebuah harapan agar menjadi golongan yang husnul khatimah sehingga dapat melihat bertemu Zat Allah SWT. Ketika waktu pencapaian objek telah tiba, itu artinya manusia sudah menjelang kematiannya. Untuk mencapai objek tersebut, tidak akan muda bagi hamba yang bersarang di dunia yang penuh dengan tipu muslihat ini kecuali ia harus menelusri kehidupan dengan berada di jalan yang lurus hingga mencapai akhir yang husnul khatimah. Hal tersebut menjelaskan bahwa pendukung untuk mencapai objek husnul khatimahrahmat di sisi Allah tersebut yaitu amal saleh yang ditandai oleh beberapa simbol sifat manusia zuhud, khauf, raja, dll. Adjuvant pendukung bagi hamba yang ingin cenderung melakukan amal saleh tersebut adalah Ibadah meliputi iman, tasdiq, kahuf, rajaa, tawadhu’, mujahid, riyadhat, kona’at, Qur’an, Hadits, zikir, tasbih, syara’i zahir, imlu batin, hidayah, dan tawakkal. Artinya, untuk menjadi hamba yang husnul khatimah maka kualitas amal harus diperhatikan. Berkenaan dengan hal tersebut, penekanan untuk meninggalkan yang buruk dan lebih dekat kepada kebajikan pada dasarnya diperintahkan untuk seluruh umat manusia. Amal fasik yang cenderung dilakukan hamba selama di dunia berperan sebagai traitor penghambat. Pertama, amal fasik akan menghambat manusia dalam konsistennya menjalankan kebaikan. Dalam baris 372, hal ini diibaratkan sebagai angina topan yang datang menerpa kapal hingga pecah. Jika manusia gampang tergodah dengan godaan setan tersebut, maka keputusan ia menurunkan layar perjalanan hakikinya bisa menobatkan dia sebagai manusia yang su’ul khatimah atau bad ending. Adapaun subjek yang mengarahkan kepada objek adalah Syair Bula Malino yang ditulis oleh Idrus. Subjek berfungsi sebagai media tertulis yang mengandung ajaran-ajaran kegamaan. Nasihat-nasihat dan permisalan kehidupan di dunia akan menuntun hamba menjadi makhluk yang husnul khatimah happy ending. Tanda-tanda dalam baris syair tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.1 Model Aktan dari Narasi Bula Malino Baris 332-383 Gambar di atas merupakan ilustrasi dari objek, subjek, pengirim destinator, penerima receiver, pendukung adjuvant dan penghalang traitor. Peran Idrus untuk menyiapkan bekal berlayarnya kematian agar dapat bertemu dengan Penciptanya melalui husnul khatimah. Seperti itulah urutan narasi sehingga menunjukkan sebuha makna dalam rangkaian yang koheren. Idrus Kaimuddin Pengirim Syair Subjek Godaan Setan Penghambat Husnul Khatimah Objek Amal Saleh Pendukung Pembaca Penerima

B. Pesan Dakwah dalam Syair Bula Malino pada Baris 332-383

Dalam QS Al-Nahl [16]: 125 disebutkan ada tiga macam metode dakwah yaitu Bil-hikmah, Al- Mau’idza Al-Hasanah, dan Mujadalah. Motode yang dilakukan Idrus melalui syair tersebut sangat relevan dengan yang kedua Al- Mau’idza Al-Hasanah yaitu dakwah dengan nasehat-nasehat dan bimbingan yang lembut melalui kisah-kisah dan sebagainya. Media yang digunakan oleh Idrus yaitu tulisan melalui kertas atau selebaran seperti yang disebutkan oleh Taufik Al- Wa’iy 2010:352 bahwa sarana dakwah di antaranya bisa melalui majalah, koran, buku, kertas, selebaran, dan lain-lain yang disebut sebagai saranan maqru’ah. Seperti yang disinggung peneliti di muka, peneliti membatasi dalam hal mengidentifikasi pesan-pesan dakwah dalam syair tersebut hanya pada tema terakhir saja. Peneliti menemukan 17 tema yang terbangun dari kitab tersebut. Sehingga, karena keterbatasan waktu yang membuat skripsi pesan dakwah dalam kitab ini, peneliti hanya bisa mengkaji pesan dakwah di satu tema saja yaitu pada baris 332-383. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu adanya kritik dan penerjamahan naskah lebih mendalam lagi. 1. Pesan Dakwah pada baris 332-343 Pada baris 332 sampai baris 343 menjelaskan tentang kematian yang pasti akan datang bagai perjalanan berlayar. Kematian itu adalah pelayaran yang tidak bisa kembali lagi ke dunia atau ke pulau negerinya. Sehingga, wajib bagi hamba yang bernyawa untuk bersipa menghadapi kematian tersebut. Beberapa ayat Al- Qur’an yang kita sering dengar mengenai kematian sebagai berikut:      “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula ” QS. Az-Azumar [39]: 30.            “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian ”. QS. Ali-Imran [3]: 185. 2. Pesan Dakwah Pada baris 344-359 Pada baris 344-345 menganalogikan tiang kapal adalah khauf ketaukutan kepada Allah SWT serta layar kapal bagaikan raja. 26 Ini merupakan ekspresi rasa takut kepada Allah SWT dan mengharapkan raja dan keridhoan kepada Allah SWT. Khauf dan Rajaa adalah dua tali kekang yang berguna untuk mengendalilkan orang yang masih belum nampak keindahan Ilahi dalam hatinya. 27 Seperti beberapa ayat tersebut.                 “Katakanlah wahai Muhammad, jika kamu benar-benar mencntai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. QS. Ali-Imran [3]: 31.            26 Lihat Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jkarta, 2012:431. Ar-Rajaa ialah merenungkan nikmat Allah SWT kepada manusia yang berupa kesehatan tubuh serta anggota tubuh yang berfungsi dengan baik. Lalu merenungkan sebab diutusnya para Nabi sebagai pemberi petunjuk dan diciptakannya makanan, minuman, dan obat-obatan yang semua itu demi untuk dirinya. 27 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 432. “Barang siapa yang takut kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. QS. An-Nur [24]: 52. Pada baris 346-347 menegaskan bahwa layar depan harus dengan sifat rendah hati tawadhu’ dan para pendayung bagaikan semangatnya para mujahidin. Rasulullah saw pernah ditanya, “Ya Rasulallah, dengan apa keselamatan itu diperoleh?” Beliau menjawab, “Dengan tidak melakukan ketaatan hanya kerena ingin dipuji orang.” HR. Ahmad. 28 Seperti dalam Al- Qur’an difirmankan sebagai berikut:              “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu adalah orang- orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang- orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselematan”. QS. Al-Furqan [25]: 63.            “Ingatlah Muhammad tatkalah Tuhanmu mewahyukan kepada Malaikat. Sesungguhnya Aku bersama dengan kalian, karenanya, tabahkanlah hatisemangat orang-orang yang b eriman”. QS. Al-Anfal [8]: 12. Kemduian pada baris 348-349 menyebutkan bahwa tali-temali kapal harus dengan riyadhat dan pengikatnya harus dengan kinaa’at. Maksud riyadhat adalah mengoreksi diri olah batin atau menggembleng diri serta mengkaji diri. Manusia mempunyai dua cara untuk mengawasi dan mengoreksi diri yaitu dengan cara menegur diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan dan bermunajat kepada Allah 28 Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, Jakarta: 2012, h. 382.