Pada baris 367 kata zikirillahu menegaskan makna berzikir atas nama Allah SWT. Kata laa, ilaaha, Illa, dan Allah merupakan kesatuan
kalimat tentang ucapan zikir yang artinya tiada Tuhan Selain Allah.
10
Interpretasi pada kalimat tersebut menegaskan untuk mengambil keputusan yang tetap saat hendak melakukan pelayaran. Keputusan
tersebut didasari dengan lafaz Laa Ilaaha Illallah tiada Tuhan selain Allah.
Kalimat pada baris 370-371 dibentuk dari kata patoto, -mea, porope, -na, bangka, yitu, pangaawa, -na, boli, utaurake, dan -a.
Akhiran –mea pada kata patotomea merupakan kata perintah berkenaan
dengan pernyataan pada baris sebelumnya. Kata porope artinya haluan dan
–na makasudnya kapal haluan kapal. Kata bangka artinya perahu kapal dari kayu, berhubungan dengan kata poropena. Yitu
menegaskan kembali kata poropena bangka. Pada kata pangaawa artinya layar, yang membayangkan sebuah kapal layar.
–na dimaksudkan untuk kapal. Kata boli merupakan larangan yang artinya
jangan. Kata taurakea secara stilistik artinya adalah menurunkan.
11
Akhiran –a mengekspresikan sebuah pangaawa layar. Interpretasi
dari kalimat tersebut bahwa, jika setan mulai menghasud saat sedang
10
Hubungan lafaz Laa Ilaaha Illallah sangat lekat dengan makna sebuah keputusan seorang manusia saat hendak menyatakan kalimat syahadat. Selain itu, ia juga
diucapkan saat manusia menjelang sakratulmaut. Seorang yang mengucapkan lafaz tersebut akan memutuskan dirinya untuk meyakini dan mempelajari Islam. Jadi, cukup
relevan ketika Idrus membuat analogi bahwa jika telah siap waktu berlayar mati ucapkanlah lafaz tersebut sebagai keputusan husnul khatimah.
11
Taurakea berasal dari kata tauraka lekat dengan tauaka artinya menurunkan untuk. Pada Wolio Dictionary tertulis, arti kata dari tauraka adalah; menurunkan,
menaruh, menempatkan, meninggalkan juga warisan, dan mas kawin atau mahar Anceaux: 179.
berlayar, jangan sekali-kali menyerah atau kalah dari muslihat setan hingga memutuskan untuk menurunkan layar sebagai tanda pelayaran
tidak lagi berlanjut.
5. Adjuvant Pendukung
Greimas mengatakan bahwa karakter ini berfungsi sebagai pendukung subjek dalam usahanya mencapai objek.
12
Dalam kitab, khususnya pada baris 332-383, dicantumkan pada kata yang
menyimbolkan ketaatan seperti iman, tasdiq, zuhud, kona’at,
riyadhat, khauf, tawadhu’ dll. Narasi yang dibangun dalam baris-baris tersebut dapat dilihat bahwa kata-kata yang disebutkan merupakan
pendukung untuk mencapai objek yang diinginkan. Perhatikan tabel berikut:
Tabel 4.5 Aktan
Adjuvant Baris Transliterasi
Terjemahan
342 343
344 345
346 347
348 349
Kasawika motopenena
kalape Oimani
tasdiiki
momatangka Kokombuna ala akea haufu
Pangaawana
bakea-kea
rijaa Tawadhu
betao kapabelona
Mosaahida
betao para
bosena Riyadhati
kamondona rabutana
Kina ’ati
kasangkana kabokena
Dan kapal yang paling baik Iman
dan tasdiq yang teguh
Tiang perahu itu ambilkan khauf
Layarnya bentangkan rajaa
Tawadhu’ dijadikan layar depan
Musyahid
untuk para pendayungnya
Riyadhat
kelengkapan tali- temalinya
Ko na’at kelengkapan
pengikatnya
12
Eriyanto, Analisis Narasi, Jakarta: 2013, h. 96.
350 351
352 353
354 355
356 357
358 359
360 361
362 363
364 365
366 367
Ulina yitu
mopatotona porope
Oihilasi
totona inca
mangkilo Opadomana mosusuakana
dala Oquruaani
tee hadisina
Nabii
Obanderana sulaakea
zuhudu
Tombi-tombina zikir
tee
tasubehe Juru batuna sara
’i zaahiri Juru mudina ilimu batiini
Mopolumena madadi mina I guru
Anakodana hidayatina Opu Asangkaaka
kamondona hela yitu
Tawakalamo
poaromu I Opumu
Adikaaka ngali ihelaakamu Patotomea
poropena Bangka yitu
Botukimea lipu mbooresa Masirahamu
tee antona
banuamu Pepuu
mea kambotu
motopenena Zikiriillahu
laa ilaaha
illallahu Kemudinya meluruskan haluan
Keihlasan tulus hati yang bersih
Sebagai kompas penunjuk arah
Qur’an dan Hadits Nabi Benderanya pasangkan zuhud
Fandelnya zikir dan tasbih Juru batunya
sara’i yang zahir Juru mudinya ilmu batin
Yang menimba air ilmu dari guru
Nahkodanya hidayah dari Tuhan
Jika telah lengkap kesiapan berlayar itu
Tawakallah
menghadap Tuhanmu
Kapan angina berlayar sudah bertiup
Luruskan
haluan perahu Putuskan negeri tempat
tinggalmu Sahabat, kenalan, dan seisi
rumahmu Mulailah dengan keputusan
yang tetap Berzikirlah
laa Ilaaha Illallah
Metaforis kalimat pada baris 342-343 tersusun dari kata kasawika, mo-, topene, -na, kalape, oimani, tasdiiki, mo-, dan matangka. Pada
kata kasawika berarti tumpangan, secara stilistik menggambarkan makna sebuah kapal. Awalan mo- dan akhiran
–na pada kata motopenena mengekspresikan keunggulan yang sangat pada kasawika.
Kata kalape artinya baik, menjelaskan bahwa keunggulan sawika sangat
luar biasa bagusnya. Kata oimani artinya adalah sebuah iman, yang mengekspresikan status sawika adalah dengan sebuah iman. Tasdiiki
masih berkorelasi dengan iimani. Keduanya adalah maksud dari pada motpenena kalape yang luar biasanya baiknya. Kata matangka
menegaskan status tasdiiki kepercayaan harus kuat. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa kapal yang paling baik adalah dengan
keimanan serta keyakinan yang kuat. Kalimat pernyataan pada baris 344-345 dibangun dari kata
kokombu, -na, alakea, haufu, pangaawa, -na, bakea, -kea, rijaa. Pada kata kokombu secara berarti tiang pada kapal. Akhiran -na kata ganti
dari kapal. Kata alakea merupakan kata kerja perintah artinya ambilkan untuk sesuatu. haufu khauf adalah yang dimaksud dari ambilkan
berarti rasa ketakutan. Maknanya adalah, rasa ketakutan khauf dijadikan sebagai tiang kapal. Pada kata pangaawa artinya adalah layar.
Akhiran –na kata ganti dari kapal. Kata tersebut membayangkan adanya
ciri-ciri kapal tradisional kapal layar. Bakea merupakan kara kerja, artinya bentang. Kata -kea mengekspresikan bahwa yang dibentang
adalah layar. Kata rijaa merupakan analogi yang artinya raja yaitu pribadi yang senantiasa hanya mengharapkan keridhaan Allah dalam
hidupnya. Kalimat tersebut menginterpretasikan bahwa layar kapal adalah rajaa.
13
Kalimat pada baris 346-347 dibentuk dari kata tawadhu’, betao,
kapabelo, -na, mosaahida, betao, parabose, dan -na. Kata tawadhu’
13
Kata hauf dan rijaa diadopsi dari bahasa arab yaitu kahuf dan rajaa.