Bruce Neibaur Sebagai Sutradara Film Journey to Mecca

Selain itu, adalah suatu kekaguman ketika tim produksi berhasil mendapat izin untuk mengambil gambar di Mekah, terutama di dalam Masjidil Haram. Produksi film ini dilakukan pada bulan Oktober 2007. Awak produksi seluruhnya berjumlah 93 orang, di antaranya, 85 orang Muslim dan 8 orang lainnya non-Muslim. Sutradara Bruce Neibaur dan produser merupakan awak produksi yang beragama non-Muslim, mereka hanya bisa melambaikan tangan ketika pengambilan gambar dilakukan pada saat prosesi haji tanggal 17 Desember 2007.

B. Sinopsis Film

Sekali dalam seumur hidup, umat Islam dipanggil untuk melaksanakan perjalanan yang luar biasa. Setiap tahun mereka berkumpul di kota Mekah untuk menjalankan serangkaian ibadah memperingati jejak Nabi Ibrahim, ibadah tersebut disebut Haji. Kegiatan haji selalu menarik perhatian banyak pihak, baik bagi orang yang menunaikannya maupun yang tidak, termasuk dari kalangan non-Muslim. Pertahunnya tidak kurang dari empat juta muslim tumpah ruah di Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. 2 Ibadah haji merupakan salah satu kewajiban yang paling sakral di antara semua kewajiban Islam. Haji merupakan suatu simbol agama yang teragung, suatu ibadah istimewa di antara keempat ibadah Islam yang lainnya dan merupakan salah satu rukun utama di antara kelima rukunnya. Dalil yang menunjukkan kewajiban ibadah haji ialah berasal dari Al- Qur‟an Al-Karim. 3 2 Sumber Artilel dari http:www.abufida.com201210journey-to-makkah.html , diakses pada Senin, 27 Oktober 2014. 3 Yusuf Al-Karadhawi, 100 Tanya-Jawab Haji dan Umrah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013, h. 10. Haji telah melahirkan berjuta-juta inspirasi, tekad dan semangat. Sebab di dalamnya mengandung banyak hikmah dari sebuah pengorbanan dan perjuangan. Pengorbanan harta, waktu, fisik, keikhlasan hati, kekhusuan beribadah, kesabaran terhadap diri sendiri, sabar kepada sesama, dan tentunya yang paling utama yaitu sabar kepada Allah SWT. Begitu pula yang dikisahkan dalam film Journey to Mecca yang menceritakan tentang perjalanan religi seorang pemuda bernama Ibnu Battutah yang lahir di Tangier, Maroko, pada tahun 1304. Ia dibesarkan dalam keluarga yang taat menjaga tradisi Islam. Ibnu Battutah begitu tertarik untuk mendalami ilmu-ilmu hukum Islam fikih, sastra dan syair Arab. Kelak, ilmu yang dipelajarinya semasa kecil hingga dewasa itu banyak membantunya dalam melalui perjalanan panjangnya. Ketika Ibnu Battutah tumbuh menjadi seorang pemuda, dunia Islam terbagi-bagi atas kerajaan-kerajaan dan dinasti. Ia sempat mengalami kejayaan Bani Marin yang berkuasa di Maroko pada abad ke 14. Secara detail, setiap kali mengunjungi sebuah negara, Ibnu Battutah mencatat mengenai penduduk, pemerintahan, dan ulama. Ia juga mengisahkan tentang kedukaan yang dialami selama diperjalanan, seperti ketika berhadapan dengan penjahat, hampir tidak sadarkan diri bersama kapal yang karam dan nyaris dihukum penggal oleh pemerintah yang zalim. Ibnu Battutah memulai perjalanan pada usia 21 tahun untuk menunaikan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Mekah. Dengan penuh kesedihan, ia meninggalkan orang tua serta sahabat-sahabatnya di Tangier. Tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Perjalannya menuju Baitullah telah membawanya berpetualang dan menjelajahi dunia. Seorang diri, ia mengarungi samudra dan menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia. Pada hari keberangkatannya, ayahnya memberikan kuda, emas, dan doa untuk Ibnu Battutah, sedangkan ibunya memberikan pakaian ihram. Perjalanan ke Mekah ini merupakan awal dari perjalanannya menempuh jarak ribuan mil dimulai dari Tangier, Maroko, Damaskus, dan kemudian Madinah hingga ke Mekah. Medan yang dilalui cukup berbahaya dan sangat rawan gangguan keamanan. Ia melintasi Gurun Sahara, pegunungan, dan sungai Nil. Di tengah-tengah perjalanan di gurun pasir, Ibnu Battutah bertemu dengan sekelompok perampok. Ketika diserang oleh beberapa perampok Ibnu Battutah sempat melakukan perlawanan. Namun, berhubung ia hanya seorang diri, ia akhirnya tumbang juga. Kemudian ia kembali melanjutkan perjalanannya, rintangan datang bertubi-tubi kepadanya. Namun ia tetap berserah diri kepada Allah. Ibnu Battutah percaya apa yang pernah dikatakan oleh seorang musafir: “Bahaya mengintai disetiap kesempatan dalam perjalanan menuju Mekah. Namun aku percaya orang yang berani menghadapi bahaya terbesar, akan mend apat ganjaran terbesar dari Allah.” 4 Kondisi inilah yang membuat Ibnu Battutah memilih untuk berjuang di jalan Allah jihad fi sabilillah. Film ini, secara implisit mengisahkan ulang tentang perjuangan yang ditempuh oleh Ibnu Battutah. Perjuangan tersebut, kemudian menjadikan Ibnu Battutah tetap dikenal hingga saat ini. Sebuah perjalan besar yang tercatat dalam sebuah memoar yang berjudul rihlah Ibnu Battutah . 4 terdapat pada durasi 08:12.