Film sebagai Media Dakwah

setiap muslim. Berdakwah sama wajibnya dengan ibadah ritual seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Salah satu alternatif dakwah yang cukup efektif adalah melalui media film, karena dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang pemanfaatan media tersebut cukup efektif, sebagaimana kita ketahui pada saat sekarang ini dunia perfilman semakin maju dan berkembang disertai dengan sangat antusiasnya animo masyarakat dalam menikmati produksi film. Film adalah bagian kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal. Bahkan, cara kita berbicara pun sangat dipengaruhi oleh metafora film. 24 Itulah sebabnya orang terpesona oleh film sejak awal penciptaan film. Film dapat memengaruhi emosi penonton. Adapun keunikan film sebagai media dakwah di antaranya yaitu, Pertama, secara psikologis, penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation memiliki keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Sehingga dakwah dapat disuguhkan kepada khalayak lebih baik dan efisien dengan media ini. Selanjutnya, media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat mengurangi keraguan yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi kelupaan. 25

B. Semiotika

1. Konsep Dasar Semiotika

Istilah semiotics atau semiotika pertamakali diperkenalkan oleh Hippocrates 460-377 SM, ia merupakan seorang penemu ilmu medis Barat, 24 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: kencana, 2008, h. 160. 25 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 426. seperti ilmu gejala-gejala. Gejala, menurut Hippocrates dalam bahasa Yunani merupakan semeon, yang berarti “penunjuk” mark atau “tanda” sign fisik. 26 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. 27 Semiotika, seperti kata John Lechte dalam Sobur, adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs „tanda-tanda‟ dan berdasarkan pada sign system code „sistem tanda‟. Semiotika menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Teori semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Tanda, yakni apapun yang memproduksi makna. Secara umum, tanda menurut Tony Thwaites ialah, tanda bukan sekadar ulasan tentang dunia, tetapi dengan sendirinya merupakan ihwal things khususnya dalam dunia sosial. Tanda tidak hanya menyampaikan makna, tetapi memproduksinya. Tanda memproduksi banyak makna, namun bukan sekadar satu makna petanda. 28 Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. 26 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 6. 27 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. 28 Tony Thwaites, Introducing Cultural and Media Studies; sebuah Pendekatan Semiotik, Yogyakarta: Jalasutra, 2009, h. 13-14. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda. Ketika kita berbicara mengenai sebuah kajian ilmu atau sebuah teori, maka tidak bisa terlepas dari tokoh-tokoh yang mencetuskan kajian tersebut. Semiotika tentunya memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemikir terbentuknya sebuah tradisi semiotik itu sendiri, ada empat tokoh semiotika yang cukup terkenal dengan teorinya, di antaranya, pertama, Charles Sander Pierce, ia menemukan tipologi tanda yaitu indeks, ikon, dan simbol. Teori Pierce dikenal dengan grand theory yang membagi sistem tanda menjadi tiga unsur yaitu representmen, interpretant, dan objek. Kedua, Ferdinand de Saussure, tokoh ini lebih berfokus pada semiotika linguistic, setidaknya Saussure telah menemukan dua komponen dalam studi semiotika yaitu signifier penanda dan signified petanda. 29 Kemudian barulah muncul tokoh-tokoh selanjutnya seperti Roland Barthes dan Cristian Metz. Semiotika sendiri menurut Sobur terbagi menjadi dua jenis, di antaranya:

a. Semiotika Komunikasi

Semiotika ini menekankan pada teori tentang tanda, salah satu di antaranya yaitu mengansumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, 29 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media,2011, h. 13-15.