Adegan 1 Awal Mula Perjalanan Ibnu Battutah

2 Ibnu Battutah Menampilkan gambaran peta abad ke 14 perjalanan yang akan dilalui Ibnu Battutah menuju Mekah. 3 Ibnu Battutah dan Hamzah Menunjukan peringatan Hamzah kepada Ibnu Battutah agar tidak bepergian ke Mekah seorang diri. 4 Ibnu Battutah dan Hamzah Menampilkan keadaan di mana Hamzah sedang berpesan kepada Ibnu Battutah agar menemui kerabatnya yang berada di Kairo. 5 Ibnu Battutah Menunjukkan kondisi perasaan yang sedih dan sangat berat meninggalkan keluarga tercinta. 6 Ibnu Battutah Kondisi di mana keluarga melepas kepergian Ibnu Battutah menunaikan ibadah haji. Tabel 2.4. Ikon, Indeks, dan Simbol dalam a degan “Awal Mula Perjalanan Ibnu Battutah” Ikon Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting tempat yang digunakan, memperlihatkan situasi Tangier. Visualisasi gambaran peta abad ke 14. Indeks Indeks dalam adegan ini adalah, kata-kata Ibnu Battutah kepada Hamzah yang siap mati dalam perjalanan menuju Mekah menunjukkan niat mulianya menunaikan ibadah haji. Simbol Simbol terdapat pada Ibnu Battutah yang divisualisasikan sebagai seorang alim yang teguh terhadap pendirian. Secara teknis, adegan-adegan di atas memiliki beberapa unsur sinematografi. Pada adegan pertama, terlihat kondisi Ibnu Battutah yang sedang tertidur dan sedang mengalami mimpi melaksanakan perjalanan ke Mekah. Hal yang sama pula dialami oleh Nabi Muhammad saw, beliau bermimpi memasuki kota Mekah dengan aman dan sentosa. Tidak lama berselang Nabi pun bersama dengan para sahabatnya melakukan perjalanan ke Mekah untuk melaksanakan umrah. Adegan ini menunjukkan lambang iman seseorang kepada Allah. Pada adegan ini jarak kamera yang digunakan yaitu medium shot. Selanjutnya pada potongan adegan kedua terlihat sebuah gambaran peta. Jarak kamera yang digunakan yaitu Close-Up sang sutradara ingin menonjolkan gambaran peta rute perjalanan Ibnu Battutah, khususnya pada abad ke 14. Digambarkan di dalam peta tersebut bahwa wilayah yang akan menjadi rute perjalanan Ibnu Battutah didominasi oleh gurun pasir. Pada potongan adegan selanjutnya digambarkan Ibnu Battutah sedang meyakinkan Hamzah bahwa ia akan tetap melakukan perjalanan mulianya ke Mekah. Adegan ini menggunakan jarak kamera long shot, sutradara ingin menampilkan suasana Tangier pada saat itu. Pada potongan shot selanjutnya, memperlihatkan Hamzah sedang berpesan kepada Ibnu Battutah untuk menemui kerabatnya di Kairo. Penggunaan shot pada adegan ini menggunakan jarak kamera long shot, di mana visualisasi ingin menampakkan objek yang dimaksud yakni percakapan antara Ibnu Battutah dan Hamzah. Selain itu, memperlihatkan kondisi lingkungan sekitar yang berada di pantai Afrika Utara. Adegan selanjutnya, menunjukkan kondisi perasaan yang sedih dan sangat berat meninggalkan keluarga tercinta. Menggunakan jarak kamera medium shot , di mana sutradara ingin memvisualisasikan ekspresi wajah perasaan sedih yang dirasakan oleh Ibnu Battutah. Kemudian potongan adegan selanjutnya memvisualisasikan Ibnu battutah yang sedang melaju pergi dengan kudanya meninggalkan seluruh keluarga menuju perjalanan panjang ke tanah suci Mekah. Jarak kamera yang digunakan yaitu long shot, sutradara ingin memperlihatkan rasa empati keluarga, khusunya orang tuanya ketika ditinggal berkelana oleh anak tercinta. Secara keseluruhan, adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot, close up, long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan sumber cahaya key lighting. Setting yang digunakan pada seluruh adegan adalah shot on location. Aspek suara dalam adegan di atas memakai dieges sound dan non dieges sound . Kemudian, teknik editing menggunakan tipe montase dan cut in yang diiringi dengan musik instrumental. Berikut adalah percakapan Ibnu Battutah dan sahabatnya, Hamzah, tentang mimpi yang dialami Ibnu Battutah sekaligus keinginan dari hati agar bisa mencapai Mekah: Ibnu Battutah : “Aku terbang di atas sayap burung raksasa menuju Kairo sampai sungai Nil. Kemudian menyebrangi Laut Merah menuju Mekah.” Hamzah : “Kau terbang ke Mekah? di atas sayap burung?” Ibnu Battutah : “Ya.” Hamzah : “Orang tak bisa terbang, temanku. Ke Mekah ataupun ke tempat lain Kenapa kau bersikeras melaksanakan haji sekarang? Usiamu saja 21 tahun. Pikirkan tentang apa yang kau korbankan. Karirmu di bidang hu kum baru saja dimulai.” Ibnu Battutah : “Apa yang akan kupelajari hanya bisa membantu karirku. Hamzah : “Kau bersikeras melakukan perjalanan sendiri, dan tidak seorangpun bepergian sendirian” Ibnu Battutah : ”Jika aku harus mati, biarlah terjadi dalam perjalanan ke Mekah. 1 Dalam percakapan yang dilakukan oleh Ibnu Battutah dan Hamzah di atas memberikan gambaran bahwasannya Ibnu Battutah merupakan sosok seorang pemuda yang siap merelakan hidupnya demi berjuang di jalan Allah dalam situasi apapun. Disamping itu dari petikan percakapan tersebut menggambarkan keteguhan hati dan dan keyakinan seorang Ibnu Battutah 1 Percakapan ini dapat dilihat pada durasi 04:27 sampai durasi 05:10. untuk mencapai tujuannya, Mekah. Allah berfirman, dalam surat Al- Qur‟an surat An-Nisaa ‟ ayat 100:                                    “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, Niscaya mereka manusia mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang melimpah. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya sebelum sampai ke tempat yang dimaksud, maka sesungguhnya telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa, Ibnu Battutah mencoba mewujudkan esensi dari ayat tersebut melalui sikap dan keteguhan hatinya pada saat melakukan percakapan dengan Hamzah. Walau dihadapkan pada bahaya terbesar sekalipun ia tetap pada prinsipnya. Sesungguhnya Al- Qur‟an memberikan petunjuk kepada manusia untuk menempuh jalan yang lurus.

2. Adegan 2 Adegan Ketika Ibnu Menghadapi Bahaya yang

Mengancam Setelah peristiwa dialog di adegan pertama, Ibnu Battutah akhirnya memantapkan hati pada pendiriannya, yaitu melaksanakan perjalanan ke Mekah seorang diri. Dalam adegan ini, sutradara mencoba memvisualisasikan bagaimana kerasnya sebuah perjalanan suci yang dilakukan seorang Ibnu Battutah tanpa adanya pengamanan khusus melewati berbagai medan yang berbahaya. Bagian lain adalah alat navigasi yang kemudian digunakan Ibnu Battutah sebagai penuntun perjalanannya. Bagian ini memperlihatkan betapa Ibnu Battutah yakin terhadap jalan yang dipilihnya menuju ke Mekah sesuai mimpi yang ia alami. Padahal sebenarnya ia bisa saja dengan sangat mudah bepergian aman bersama dengan karafan haji lainnya, tetapi ia tetap memilih sendiri jalan yang akan dilaluinya. Di tengah perjalanan, kemudian datang sekelompok perampok yang menghadang. Lalu Ibnu Battutah sempat melakukan pembelaan saat sekawanan perampok tersebut melakukan penyerangan. Dikarenakan Ibnu Battutah hanya seorang diri dan ia tidak memiliki kemampuan berperang, ia akhirnya tumbang ketika melawan para perampok tersebut. Ia nyaris dibunuh, namun kemudian datang seorang ketua dari kelompok penyerang tersebut dan menghentikan peperangan yang sedang berlangsung. Bukan tanpa alasan ketua perampok penyamun, dalam film ini menghentikan peperangan, ia mengambil perbekalan Ibnu Battutah seperti emas, uang dan air. Uang yang diambilnya kemudian diberikan kepada kawanan perampok yang memerangi Ibnu Battutah. kemudian, ketika sang penyamun melihat baju ihram dan peta perjalanan yang dibawa Ibnu Battutah, sang penyamun tadi menyadari bahwa Ibnu Battutah adalah jamaah haji. kemudian Ibnu Battutah pun dibiarkan pergi. Setelah adegan perampokan selesai, kemudian shot berpindah dengan editing cut pada Perjalanan Ibnu Battutah melewati Gurun Sahara yang tandus. Gurun ini merupakan sebuah padang pasir terbesar di dunia. Sahara terletak di utara Afrika dan berusia 2,5 juta tahun. Luas padang pasir ini sekitar 9.000.000 kilometer. 2 Adegan ini juga memperlihatkan keteguhan hati Ibnu 2 http:wonders4u.wordpress.comfantastic-worldgurun-sahara-afrika , diakses pada Sabtu, 13 Desember 2014. Battutah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, ia tetap bersikap tenang dan menyerahkan sepenuhnya kepada allah SWT. Di dalam film, terdapat perbedaan yang sangat kontras pada kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah dan Penyamun tersebut. Ibnu Battutah mengenakan pakaian berwarna putih bergaris, namun putih yang sudah lusuh dikarenakan akibat terkena debu di perjalanan. Dan ia juga mengenakan sorban berwarna putih yang kemudian melilitkan ekor sorban ke lehernya. Di sini dapat dilihat penggunaan sorban pada saat itu di Maroko cukup panjang, jadi ketika mengenakannya masih menyisakan ekor yang menjuntai ke punggung pemakainya, sehingga perlu dililitkan kembali keleher atau kepala. Sedangkan sang penyamun mengenakan pakaian berwarna hitam dan sorban dengan warna yang senada. Hal itu menunjukkan bahwa tidak semua yang identik dengan warna hitam berarti memiliki kararter antagonis. Sang sutradara mencoba memvisualisasikan warna hitam yang dikenakan oleh penyamun diartikan sebagai sosok yang berjiwa mulia. Tabel 3.4. Adegan Perampokan Adegan Visualisasi Verbal dan Non verbal Pemain Interpretasi Simbolik 1 Ibnu Battutah Pegunungan dan kuda merupakan salah satu saksi perjuangan Ibnu Battutah untuk mencapai tujuannya, Mekah.