Realism Konvensi Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo”

filosofi ini merupakan film bergenre dokumenterdramatic adventure. Bruce Neibaur selaku sutradara film, secara khusus membuat film ini dalam format IMAX yaitu layar yang berukuran 21,5 meter x 29,3 meter. Baginya, hal ini merupakan sebuah visusalisasi pengakuan dunia kepada sosok Ibnu Battutah atas prestasi perjalannya dengan menempuh jarak 73.000 mil pada tahun 1325 M dengan melintasi 44 negara menurut peta dunia pada saat ini. Pesan yang coba disampaikan dalam film ini adalah hikmah dari sebuah pengorbanan dan perjuangan. Pengorbanan dan perjuangan yang dimaksud adalah pengorbanan harta, waktu, perjuangan fisik, keikhlasan hati, kekhusuan beribadah, kesabaran terhadap diri sendiri, sabar kepada sesama, dan tentunya yang paling utama yaitu sabar kepada Allah SWT. Jika dilihat dari kontennya, film ini mencoba merepresentasikan sebuah bentuk jihad yang dilakukan setulus hati dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini mengindikasikan bahwa sebaiknya dalam melaksanakan perintah Allah harus dengan hati yang ikhlas walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam menjalankannya. Ibnu Battutah divisualisasikan sebagai seseorang yang konsisten dan pantang menyerah. Penonton seolah diajak melintasi padang pasir yang tandus dan panas menyilaukan. Menyaksikan peribadatan menakjubkan saat tiga juta manusia dari seluruh dunia setiap tahun mengelilingi Hajar Aswad. Film ini khususnya, telah membangun sebuah dimensi yang berbeda dalam kegiatan jihad fi sabilillah . Dominasi tokoh dalam film ini, memberikan sebuah stimuli agar sebaiknya berjuang di jalan Allah harus sepenuh hati melibatkan seluruh jiwa raga. Ibnu Battutah adalah pemuda Maroko yang ingin menunaikan ibadah haji karena mimpinya. Kedua orang tuanya sangat mengkhawatirkan dan berusaha mencegahnya mengingat usia Ibnu Battutah masih sangat muda untuk melakukan perjalanan seorang diri. Namun, karena keinginan yang sudah tidak terbendung, ia tetap bersikukuh untuk melaksanakan perjalanan ke Mekah pada saat itu. Ayahnya memberikan seekor kuda, sedangkan ibunya memberikan pakaian ihram. Pakaian ini yang kelak menyelamatkannya dari sergapan para bandit di gurun. Pada adegan 2, terjadi fenomena perampokan saat Ibnu Battutah tengah melakukan perjalanan disebuah perbukitan gurun. Di sana ia dikepung oleh kawanan bandit yang mencoba menghadangnya untuk merampas perbekalan yang dibawa oleh Ibnu Battutah. Kemudian, entah mengapa ketika Ibnu Battutah hampir dibunuh oleh para bandit, tiba-tiba ketua tokoh nomaden yang bermukim di gurun tersebut datang dan menghentikan kejadian itu. Hal ini mengindikasikan bahwa seperti yang dikatakan dalam Al- qur‟an janji Tuhan tidak akan ingkar kepada hambanya yang sepenuh hati berjuang di jalan Allah. Terbukuti, Tuhan masih melindungi Ibnu Battutah dari bahaya yang mengancam dengan cara mendatangkan penyamun untuk melindunginya dari sergapan para bandit gurun. Selain itu terdapat pula adegan pada saat di mana Ibnu Battutah merasakan kesulitan, sang penyamun selalu hadir untuk membantu dan menuntunnya dalam perjalanan. Film yang diproduksi Cosmic Picture ini banyak menceritakan pengalaman Ibnu Battutah pada saat ia berinteraksi dengan peradaban bangsa lain, seperti pada saat ia melakukan perjalanan dari Damaskus bersama para