e Medium Close-up
Pada teknik ini, kamera memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan
latar belakang tidak lagi menjadi dominan. Seperti yang digunakan dalam adegan percakapan normal.
f Close-up
Teknik close-up pada umumnya memperlihatkan wajah, tangan dan kaki, atau objek kecil lainnya. Teknik ini mampu
memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gesture yang mendetail.
g Extreme Close-up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya,
atau bagian dari sebuah objek. 2
Sudut Kamera Angle Sudut kamera ialah sudut pandang kamera dalam mengambil
gambar terhadap objek yang berada dalam frame. Secara umum, sudut kamera dibagi menjadi tiga, di antaranya:
a Low Angle
Pengambilan gambar dengan low angle yaitu, posisi kamera berada lebih rendah dari objek. Hal ini mengakibatkan objek
berada lebih dominan. b
High Angle High angle
mengakibatkan dampak sebaliknya dari low angle, yaitu objek akan terlihat lebih imperior atau tertekan.
c Eye Level
Pada sudut pengambilan gambar ini yakni subjek sejajar dengan lensa kamera. Ini merupakan sudut pengambilan
normal sehingga posisi subjek terlihat netral, tidak ada intervensi khusus pada subjek.
c. Editing
Transisi sebuah gambar shot ke gambar shot lainnya.
d. Suara
Seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara.
2. Struktur Film
Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit cerita atau ide yang sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipahami.
Struktur adalah kerangka desain yang menyatukan berbagai unsur film dan merepresentasikan jalan pikiran dari si pembuat film. Struktur
terdapat dalam semua bentuk karya seni. Pada film mengikat aksi action dan ide menjadi satu kesatuan yang utuh.
9
Adapun struktur film, di antaranya:
a. Shot
Shot adalah hasil sebuah rekaman secara visual dan audio yang dimulai dari kamera yang diaktifkan sampai dihentikan aktifitasnya.
Berapapun lamanya kamera dioperasikan jika tidak diinterupsi maka
9
D. A. Peransi, FilmMediaSeni, Jakarta: FFTV IKJ Press, 2005, h. 8.
hasil rekamannya adalah sebuah shot. Sekalipun kamera digerakkan untuk mengcover subjek dari angle yang berbeda namun tidak disertai
dengan penghentian operasional maka itu berupa satu shot. Dalam kenyataannya, film memerlukan banyak shot. Berapa
jumlah shot dalam film adalah relatif, yang terpenting adalah dengan banyaknya shot maka akan bervariasi angle dan ukuran type of shot.
Shot yang variatif akan memberi kemungkinan variasi penglihatan
pada audience sehingga semakin banyak yang bisa dilihat dan diserap. b.
Scene
Scene adegan adalah kejadian yang berlangsung di satu tempat dalam kurun waktu tertentu. Scene bisa terdiri dari beberapa
shot, namun bisa saja hanya satu shot berapa pun panjangnya shot itu. Skenario telah mengelompokan scene sesuai dengan urutan kejadian
atau cerita, secara jelas dicantumkan scene melalui pergantian tempat
dan waktu dari scene pertama hingga berikutnya. c.
Sequence
Sequence adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu peristiwa yang utuh. Sebuah sequence umumnya terdiri atas beberapa
adegan yang mengelompokkan kejadian yang berurutan. Misalnya seorang pemeran berangkat menuju rumah, sampai pemeran tersebut
berada dalam rumah. Jika dua atau lebih adegan tersebut berlangsung secara berurutan maka adegan-adegan tersebut dikelompokkan dalam
sebuah sequence.
10
10
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29.
3. Jenis dan Klasifikasi Film
Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film
dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.
Namun, secara umum Himawan Pratista membagi film menjadi 3 jenis, yaitu: Dokumenter, Fiksi, dan Eksperimental. Pembagian ini
didasarkan atas cara bertutur film tersebut, yakni naratif dan non-naratif. Film fiksi memiliki struktur narasi yang jelas, sementara film
dokumenter dan film eksperimental tidak memiliki struktur naratif yang jelas.
11
Adapun definisinya menurut Himawan, sebagai berikut: a.
Film Dokumenter Jenis film ini biasanya berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
peristiwa atau kejadian, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan peristiwa, tetapi merekamnya. Film ini juga dibuat
dengan struktur bertutur yang sederhana. Tujuannya agar penonton lebih mudah memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.
b. Film Fiksi
Film fiksi dibuat dengan menggunakan cerita rekaan dan adegan yang sudah dirancang sejak awal. Jenis film ini jauh berbeda
dengan jenis film dokumenter dan eksperimental karena cerita pada jenis film ini terikat oleh plot, serta struktur filmnya pun terikat dengan
hukum kausalitas atau sebab-akibat.
11
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.