Narasi Adegan yang Diteliti

berlangsung dan sudah pasti tidak dapat menghantarkan ia menyebrangi laut tersebut. 3. Lokasi Lokasi utama dalam adegan ini adalah gurun pasir. Gurun pasir, sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup apik. Setting latar yang yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika berada di sebuah padang gurun. 4. Waktu Penggunaan waktu dalam setiap adegan di film ini dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana diperlihatkan sebagian besar konflik dan masalah muncul di waktu siang hari serta pada saat itu pula perjalanan panjang yang ditempuh Ibnu Battutah. Malam, di waktu ini Ibnu Battutah mengalami mimpi terbang di atas sayap burung raksasa melewati Laut Merah menuju Mekah. Kemudian mimpi tersebutlah yang menghantarkan Ibnu Battutah berambisi untuk menunaikan ibadah haji ketika itu. Adegan Ibnu Battutah mencapai Kairo bermula dari Hamzah yang memberitahukan untuk menemui Ibnu Muzzafar di Kairo. Kemudian, pesan dari sahabatnya itu ia penuhi, sesampainya di Kairo Ibnu Battutah langsung menemui Muzzafar dan menceritakan mimpi yang ia alami. Ibnu Muzzafar memberikan tanggapan yang baik perihal mimpi yang diceritakan oleh Ibnu Battutah. Muzzafar lantas mengatakan “Rasulullah bersabda: Tuntutlah ilmu walaupun itu sampai ke negeri Cina. ” Adegan ini berada pada durasi 19:41 sampai 20:45. Kata-kata itu membuat tekad dan keyakinan Ibnu Battutah semakin kuat untuk memenuhi panggilan batinnya, berhaji. Ibnu Muzzafar divisualisasikan sebagai alim ulama pada saat itu, yang tidak lain merupakan kerabat dari Ibnu Battutah. Setting pada adegan ini berada di Universitas Al-Azhar Kairo. Kemudian, setelah itu setting berpindah pada suasana pasar yang menjual barang-barang antik. Di sana divisualisasikan antara Ibnu Battutah dan penyamun terjadi cekcok karena keputusan Ibnu Battutah yang tetap memilih jalur Laut Merah sebagai jalan menuju ke Mekah karena baginya ini merupakan jalur terpendek menuju Mekah padahal penyamun selalu mengingatkan bahwa ada jalur aman yang dilewati oleh para rombongan haji melewati Damaskus. 4 Tidak menggubris pesan dari penyamun, Ibnu Battutahpun pergi menunggangi unta menuju Laut Merah dengan tekad dan keyakinan kuat bisa menemui Mekah melalui jalur yang ia pilih. Namun, sesampainya di Laut Merah, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan Ibnu Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat perang yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda. Seketika, Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang lain. Ia meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Pada adegan ini, visualisasi dan narasi dibatasi hanya pada Ibnu Battutah. 4 Kota Damaskus merupakan salah satu kota yang dihuni tetua di dunia, selain Al-Fayyum dan Gaziantep. Populasinya saat ini diperkirakan sekitar 3.67 juta jiwa. Sedangkan, hal lain sebagai pendukung cerita dapat dilihat dari aspek mise en adegan dan unsur sinematografi. Tidak sampai beberapa menit terdengar suara unta dibelakangnya. Tidak disangka oleh Ibnu Battutah ternyata sang penyamun mengikuti perjalanannya ke Laut Merah. Penyamun tersebut menyarankan Ibnu Battutah agar melewati jalur yang umum dilewati oleh para kafilah haji, yakni Damaskus. Shot berpindah ke Damaskus, di sana divisualisasikan Ibnu Battutah dan penyamun sedang melakukan percakapan. Penyamun mengembalikan upah jasa perjalanan kepada Ibnu Battutah dan minta dibelikan hewan kurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah. Ibnu Battutah mengajaknya bersama-sama ke Mekah, namun penyamun menolaknya dan mengatakan suatu saat ia akan kesana Insya Allah. 5 Penduduk Damaskus bersikap rendah hati. Orang asing yang memiliki maksud baik akan mendapatkan perlindungan yang selayaknya dari penduduk Damaskus. Mereka yang memiliki keterampilan tertentu akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Bagi yang ingin mencari ilmu atau fokus dalam beribadah, mereka mendapat pelayanan yang baik. 6 Kemudian Ibnu Battutah bersama kafilah haji yang berjumlah 10.000 orang menyusuri perjalanan dengan satu tujuan, Mekah. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek, ahli fisika, penyair, dan juga peternak lebah. 5 Percakapan ini muncul pada durasi 25:39. 6 Ibnu Battutah, Rihlah Ibnu Battutah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan , Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012, h. 109. Kemudian pada sekuen terakhir, ada satu tempat yang harus mereka l alui yang dikenal sebagai “Lembah Neraka.” Dalam satu tahun, lembah mendidih ini telah merenggut ribuan nyawa. Hal itu membuat para kafilah haji terpaksa melanjutkan perjalanan menuju Madinah tanpa istirahat. Dalam adegan ini terlihat beberapa orang meninggal dunia akibat dilanda demam tinggi karena suhu panas yang sangat menyengat melebihi gurun terkenal Sahara. Selama 40 hari perjalanan di padang pasir, membuat kondisi tubuh kafilah lemah. Begitu pula dengan Ibnu Battutah, tubuhnya dilanda demam. Tetapi ia bertekad tidak akan menyerah dan terus melanjutkan perjalanan walaupun dalam keadaan yang sangat lemah sekalipun. Tidak lama kemudian terdengar seruan dari kejauhan “Aku melihat Madinah. ” Dari seorang penunjuk jalan yang menunggangi kuda dengan membawa tongkat dan terdapat bendera putih yang berada tepat diujung atas tongkat, itu menandakan bahwa suatu cara untuk menunjukkan kedamaian atau tidak keikutsertaan seseorang dalam peperangan. Dalam kondisi lemah, mendengar seruan tersebut Ibnu Battutah merasa seakan ada angin segar yang merasuki sela-sela jiwanya. Hal itu menuntunnya untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju gerbang Madinah. Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasannya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui sosok Ibnu Battutah. Melalui setting atau latar di mana adegan diambil, melalui narasi yang digunakan di dalam setiap adegan dan monolog yang dilakukan para pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi, denotasi dan konotasi.

C. Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo”

1. Tanda-tanda dan Kode

Di dalam sebuah film, kita pasti banyak ditampilkan tanda-tanda dan kode, terutama pada sebuah adegan. Tanda-tanda dan kode tersebut secara alami pasti memiliki makna tertentu. Akan tetapi makna yang akan terbentuk pastilah berbeda-beda pada setiap kode yang ditampilkan. Tanda dan kode tersebut merupakan hasil dari representasi dari kita sebagai peneliti. Tidak asal memberi asumsi dari makna pada kode yang ditampilkan dalam adegan, tapi sebagai peneliti harus membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang sudah berlaku sebelumnya dan dalam wilayah-wilayah tertentu. Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur tanda dan kode pada adegan perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo dengan mengklasifikasikan tanda-tanda yang memiliki makna lain yang bersifat subjektif dan melekat pada suatu kata ataupun frase, atau yang disebut sebagai konotasi. Pada adegan ini hanya dipilih berdasarkan tingkat relevansinya dengan tujuan penelitian. Adapun denotasi dan konotasi pada adegan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Denotasi dan Konotasi

Tabel 7.4. Analisis Tanda Denotasi dan konotasi dalam skenario Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos Kuda Salah satu hewan peliharaan yang telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Dalam berbagai kebudayaan dianggap sebagai simbol kejantanan, kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan. Unta Mamalia yang sangat kuat dan tahan terhadap kondisi lingkungan gurun pasir yang paling ganas sekalipun. Hitam Warna yang identik dengan hal yang negatif yang dapat menimbulkan persepsi orang berbeda-beda. Putih Menunjukkan kedamaian, spiritualitas, kesederhanaan dan kebersihan hati. Mimpi Pengalaman alam bawah sadar atau gambaran aktifitas kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur. Shalat berjamaah Aktifitas di mana manusia bersama-sama meraih derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. Padang Pasir Suatu daerah yang hanya menerima curah hujan yang sedikit dan kelembapan udara yang sangat rendah. Sorban Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta keistimewaan dalam pribadi. Haji Ajang berkumpulnya umat Islam dalam jumlah besar pada waktu yang sama, di tempat yang sama, untuk melakukan hal yang sama, dengan pakaian yang sama, dengan tujuan yang sama, dan dengan seruan yang sama pula, yakni: “Labbaikallahumma labbaik; labbaika la syarika laka labbaik; innal-hamda wan- ni‟mata laka wal-mulka la syarika lak.” Yang semuanya itu bermuara semata-mata mengharapkan ridha Allah. Perang Sebuah aksi fisik antara dua atau lebih kelompok untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Kafilah Rombongan haji berkendaraan unta di padang pasir. Upah Imbalan yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan. Demam Panas badan atau suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya. Ka‟bah Rumah suci sebagai pusat bagi manusia. Kain Ihram Simbol bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan status yang sama yakni sebagai khalifah di bumi. Maka manusia dibebaskan dari status-status yang bersifat duniawi. Berkurban Manifestasi dari rasa syukur seorang mukmin atas pemberian rahmat dari Allah. Bercukur atau tahallul Menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang tinggi hati dari orang lain. Islam Iman keagamaan muslim yang percaya bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah. Allah lah yang menurunkan wahyu Al- Qur‟an kepada Muhammad. Mekah Situs paling suci dalam Islam dan merupakan tujuan ibadah haji.

b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Perjalanan Ibnu

Battutah dari Kairo Menuju mekah.” Tabel 8.4. Ikon Mekah merupakan kota yang identik dengan sejarah Nabi Ibrahim yang membangun tempat ibadah pertama untuk umat Islam. Prosesi haji yang dilakukan Ibnu Battutah merupakan bentuk rasa cinta kepada Allah dan mengharapka ridha dari-Nya. Kain ihram yang melambangkan kesetaraan manusia. Kuda dan unta sebagai kendaraan perjalanan Ibnu Battutah. Serta padang pasir yang menjadi saksi bisu perjuangan Ibnu Battutah menuju Mekah. Indeks Perkataan, ucapan yang memiliki unsur kausalitas terhadap sebuah peristiwa. Di dalam adegan ini khususnya telah terangkum dalam sebuah teks dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama terletak pada sikap yang tegas dari Ibnu Battutah yang senantiasa mempertahankan keputusannya untuk melewati jalur Laut Merah,