Adegan 3 Keteguhan Hati Ibnu Battutah dalam Mempertahankan

Allah ta‟ala mengajarkan hamba-Nya melalui Rasulullah saw bahwa apabila di dalam diri seseorang sudah ada tekad yang kuat dibarengi dengan usaha yang maksimal dan tidak menyimpang dari syariat Allah, maka hal yang harus dilakukan setelah itu adalah bertawakal kepada Allah. Karena Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Niscaya pertolongan dari-Nya pasti akan datang dan segala kesulitanpun akan dimudahkan. Oleh karena itu pada surat Ali Imran ayat 160, Allah menjelaskan bahwa salah satu kunci kemenangan adalah tawakal atau berserah diri kepada Allah secara benar. Karena pada hakekatnya kemenangan dan kekalahan adalah dari Allah. Maka orang mukmin harus menyadarkan segalanya hanya kepada Allah. Tabel 5.4. Adegan Keteguhan Hati Mempertahankan Prinsip Adegan Visualisasi Verbal dan Non verbal Pemain Interpretasi Simbolik 1 Ibnu Battutah Menunjukkan sebuah kondisi batin yang sedang tertekan dan merasakan sakit yang luar biasa. 2 Ibnu Battutah Menunjukkan keadaan Ibnu Battutah setelah sadar dari pingsannya. 3 Penyamun Kewibawaan dan kebijaksanaan sang penyamun menawarkan perlindungan untuk keselamatan Ibnu Battutah dalam perjalanan. 4 Ibnu Battutah Keteguhan hati dan ketegasan dalam mempertahankan prinsip. 5 Ibnu Battutah dan penyamu n Memperlihatkan medan perjalanan yang terjal dilalui Ibnu Battutah dan sang penyamun. 6 Ibnu Battutah Situasi pelik yang tetap diterima sebagai konsekuensi perjuangan dan jihad. Tabel 6.4. Ikon, Indeks, dan Simbol dalam a degan “Keteguhan Hati Mempertahankan Prinsip” Ikon Ikon dalam adegan ini adalah setting lokasi perkemahan yang terletak di gurun untuk tempat tinggal para penduduk nomaden. Kehidupan yang sangat keras dan getir di gurun pasir menyebabkan penduduknya mempunyai kebiasaan buruk, yakni mencuri. Namun dalam film ini, divisualisasikan uang hasil curiannya akan diberikan kepada orang miskin. Indeks Indeks dalam adegan ini yaitu percakapan antara Ibnu Battutah dan penyamun, di mana Ibnu Battutah secara keras mempertahankan prinsip yang dipilihnya dan menolak saran bijak dari penyamun. Bertekat untuk melanjutkan perjalanannya tanpa bantuan siapapun. Tetapi pada akhirnya Ibnu Battutah menyetujui saran dari penyamun dengan beberapa pertimbangan. Simbol Simbol dalam adegan ini adalah sosok Ibnu Battutah yang melakukan sesuatu atas dasar tuntunan ayat suci Al- Qur‟an. Dan menunjukkan kepribadian yang shaleh, di mana ia bersikukuh bertahan sampai titik darah penghabisan untuk melaksanakan haji ke Tanah suci Mekah. Simbol-simbol agama pada adegan di atas sangat kental akan karakter Ibnu Battutah sebagai seorang alim yang shaleh. Secara teknis, adegan ini memiliki beberapa unsur sinematografi. Potongan adegan pertama, memperlihatkan kondisi yang tampak pada Ibnu Battutah sedang mengalami masa sulit di mana ia merasakan tekanan batin dan merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya akibat kejadian perampokan. Dalam adegan ini, terdapat teknik dissolve to di mana terjadi adegan flash back ketika Ibnu Battutah terbayang apa yang pernah ia utarakan kepada Hamzah, yakni “Jika aku mati biarlah terjadi dalam perjalanan ke Mekah.” Jarak kamera yang digunakan dalam potongan gambar ini yaitu long shot, di mana sutradara ingin menampilkan keadaan sekitar untuk mendukung adegan yang sedang dimainkan sehingga menampilkan mood yang efektif. Potongan shot selanjutnya, jarak kamera yang dipakai yaitu medium shot, di mana sutradara ingin memvisualisasikan Ibnu Battutah yang baru saja sadar dari pingsannya dan berusaha mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Diperlihatkan pula ia telah berada di sebuah perkemahan milik penyamun. Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan penyamun sedang melakukan percakapan dengan Ibnu Battutah. Dalam adegan ini hal yang diperbincangkan yaitu membahas tentang bagaimana risiko yang akan diterima Ibnu Battutah bilamana ia tetap bersikukuh melakukan perjalanan seorang diri. Dan penyamun dengan kebijaksanaannya menawarkan diri untuk bersedia menemani perjalanan Ibnu Battutah sampai ke Damaskus, yaitu tempat di mana karafan haji berkumpul di sana dan melakukan perjalanan secara kolektif. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot, di mana sang sutradara ingin memperlihatkan karakter kuat dari penyamun. Adegan keempat, memvisualisasikan Ibnu Battutah yang dengan sikap konsistennya mengatakan akan melakukan perjalanan suci ke Mekah untuk berhaji. Dengan mimik muka serius dan dengan tegas ia mengatakan ia akan lebih suka mati di padang pasir daripada harus kembali pulang ke Maroko sebelum berhaji. Hal ini menegaskan bahwa Ibnu Batutah memiliki karakter sifat yang keras dan teguh terhadap pendirian. Jarak kamera yang digunakan pada potongan adegan ini yaitu medium shot, di mana mood yang coba dibangun memperlihatkan karakter Ibnu Battutah serta suasana perkemahan yang persis dengan gambaran yang didirikan oleh suku nomaden di gurun pada saat itu. Di tambah dengan memperlihatkan adanya api unggun di tengah mereka agar terlihat lebih natural. Adegan selanjutnya, memvisualisasikan kondisi medan yang ditempuh melewati berbagai perbukitan gurun pasir yang terkadang sulit untuk ditempuh. Namun hal itu tidak lantas membuat mereka berkecil hati untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan dengan semangat pantang menyerah dari keduanya. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot . Kemudian potongan shot selanjutnya memperlihatkan kondisi saat badai pasir di gurun. Keadaan di mana gambaran ini merupakan bahaya yang mengancam saat melewati gurun sehingga menyebabkan kuda yang ditunggangi harus dijatuhkan dan ditenangkan oleh pemiliknya. Adegan ini berhasil divisualisasikan oleh Ibnu Battutah dengan memeluk kudanya. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot. Secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan tersebut di antaranya yaitu long shot dan medium shot. Untuk pencahayaan cenderung menggunakan sumber pencahayaan top lighting yang fungsinya sekadar ingin menunjukkan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan, yakni dengan menggunakan cahaya lilin dan api unggun. Selain itu juga tetap menggunakan cahaya utama key light. Setting yang digunakan di dalam adegan keseluruhan adalah shot on location. Aspek suara dan editing di dalam adegan ini memakai dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi oleh tipe montase rangkaian gambar, establishing atau reestablishing shot dan cut in yang diiringi pula dengan musik instrumental.

B. Narasi Adegan yang Diteliti

Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan khusus yang menampilkan perjalanan Ibnu Battutah, berikut peneliti akan memaparkan komponen-komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film. 1. Tokoh Tokoh utama dalam film Journey to Mecca adalah Ibnu Battutah. Di dalam film, divisualisasikan Ibnu Battutah sebagai seorang tokoh yang protagonis, ambisius, pantang menyerah, dan tegas. Meskipun banyak menghadapi rintangan dan hambatan dalam perjalanannya, namun ia tetap konsisten melaksanakan niatnya untuk berhaji ke Mekah. Dedikasi yang tinggi, membuat ia menemukan jati dirinya ketika melaksanakan perjalanan yang panjang. Dalam keadaan apapun ia tidak henti-hentinya memohon pertolongan kepada Allah, ini merupakan bentuk Jihad fi Sabilillah yang dilakukan oleh Ibnu Battutah. Adapun tokoh heroik, yaitu penyamun. Dengan karakter heroik dan tegasnya itu, dalam beberapa shot penyamun divisualisasikan sebagai pemicu konflik batin dalam diri Ibnu Battutah. Selain itu ada Hamzah yang divisualisasikan sebagai sahabat Ibnu Battutah. Hamzah, divisualisasikan sebagai sahabat yang berseberangan pendapat dengan Ibnu Battutah saat tahu bahwa Ibnu Battutah ingin ke Mekah seorang diri. Hamzah kurang menyetujui kawannya itu melaksanakan haji seorang diri pada usia 21 tahun, namun kemudian ia merestui kepergian sahabatnya itu. Dan ada pula kawanan perampok yang menghadang Ibnu Battutah saat di gurun pasir. 2. Masalah dan konflik Masalah yang muncul pada adegan perjalanan dari Kairo adalah ketika Ibnu Battutah menemui Ibnu Muzaffar di Kairo dan menceritakan mimpi yang dialaminya, ketika Penyamun memperingatkan Ibnu Battutah melewati rute Damaskus dan bergabung dengan kafilah haji namun Ibnu Battutah tetap mempertahankan keputusannya melewati Laut Merah, ketika pasca peperangan yang berlangsung di Laut Merah, dan ketika Ibnu Battutah dilanda demam setelah selama 40 hari berada di padang pasir. Konflik yang muncul dalam adegan ini adalah konflik batin, di mana Ibnu Battutah tetap mempertahankan prinsipnya pada rute perjalanan yang ia lalui yakni melewati Laut Merah walaupun sudah diperingatkan oleh penyamun untuk memenpuh jalur Damaskus. Kemudian ketika sampai di Laut Merah ia melihat kapal-kapal laut yang hancur akibat perang yang berlangsung dan sudah pasti tidak dapat menghantarkan ia menyebrangi laut tersebut. 3. Lokasi Lokasi utama dalam adegan ini adalah gurun pasir. Gurun pasir, sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup apik. Setting latar yang yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika berada di sebuah padang gurun. 4. Waktu Penggunaan waktu dalam setiap adegan di film ini dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana diperlihatkan sebagian besar konflik dan masalah muncul di waktu siang hari serta pada saat itu pula perjalanan panjang yang ditempuh Ibnu Battutah. Malam, di waktu ini Ibnu Battutah mengalami mimpi terbang di atas sayap burung raksasa melewati Laut Merah menuju Mekah. Kemudian mimpi tersebutlah yang menghantarkan Ibnu Battutah berambisi untuk menunaikan ibadah haji ketika itu. Adegan Ibnu Battutah mencapai Kairo bermula dari Hamzah yang memberitahukan untuk menemui Ibnu Muzzafar di Kairo. Kemudian, pesan dari sahabatnya itu ia penuhi, sesampainya di Kairo Ibnu Battutah langsung menemui Muzzafar dan menceritakan mimpi yang ia alami. Ibnu Muzzafar memberikan tanggapan yang baik perihal mimpi yang diceritakan oleh Ibnu Battutah. Muzzafar lantas mengatakan “Rasulullah bersabda: Tuntutlah ilmu walaupun itu sampai ke negeri Cina. ” Adegan