Perintah Berjihad dalam Al-Qur’an
pada tahun 1304.
41
Ibnu Battutah dibesarkan dalam keluarga yang taat menjaga tradisi Islam. Ia juga merupakan seorang pemuda sekaligus pelajar
yang sangat berbakat. Selama masa remajanya Ibnu Battutah telah memperoleh nilai-nilai dan kepekaan seorang pemuda yang berpendidikan.
Terbukti ia berhasil menyelesaikan studinya di sekolah Sunni Maliki yang mengajarkan perihal hukum Islam yang dominan di Afrika Utara pada saat itu.
Nama Ibnu Battutah telah dicatat dalam kepustakaan-kepustakaan sejarah dunia, khususnya sejak abad pertengahan sampai zaman modern.
Namanya masyur di mata para ilmuan Muslim maupun Barat. Banyak buku atau karya ilmiah disusun bersumber dari memoarnya, Rihlah Ibnu battutah.
Judul asli memoar itu, yang merupakan catatan perjalanan sebagaimana yang didiktekan kepada Ibnu Juzai Al-Kalbi adalah Tuhfah an Nuzhar fi Gharabil
Amshar wa‟Ajaibil asfar Hadiah Berharga dari Pengalaman Menyaksikan Negeri-negeri Asing dan Menjalani Perjalanan-perjalanan Ajaib. Karya
besarnya itu kini sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa dunia, salah satunya dalam bahasa Indonesia.
Ibnu Battutah memulai perjalanan pada usia 21 tahun untuk menunaikan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Mekah. Perjalanan tersebut
berlangsung selama 18 bulan. Perjalanan ditempuh melalui jalur darat. Ia berjalan menyusuri pantai Utara Afrika melewati Aljazair, Tunisia, Tripoli,
Alexandria, Kairo, Jarusalem, singgah di Damaskus, Madinah, hingga sampai pada tujuannya yakni Mekah. Ia melakukan perjalanan ini seorang diri tanpa
ada teman yang mengiringi. Ia bertekad meninggalkan orang-orang yang
41
Muhammad bin Abdullah bin Battutah, Rihlah Ibnu Bathuthah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan
, Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2009, h. v.
dicintainya, laki-laki maupun perempuan. Hal ini didorong oleh tekad yang sangat kuat dan kerind
uan yang mendalam terhadap ma‟had yang mulia Mekah dan Madinah.
42
Selama karier hidup perjalanannya yang merentang hampir selama tiga puluh tahun, ia telah melintasi kawasan Dunia Timur mengunjungi kurang
lebih 44 negara zaman modern, dan menempuh jarak sejumlah kira-kira 73.000 mil atau sama dengan 117.000 kilometer. Sejarawan Barat, George
Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Battutah tiga kali lebih jauh dari perjalanan Marco Polo. Kisah tersebut merupakan kisah perjalanan
yang luar biasa. Di dalam rihlah, ia mendeskripsikan kondisi spiritual, politik, dan sosial setiap negeri yang disinggahinya. Bahkan ia berhasil merekam
peradaban Timur Tengah pada abad pertengahan. Manuskrip catatan ini tersimpan di Bibliotheque Nationale, Paris. Hal inilah yang menjadikan sosok
Ibnu Battutah dianggap sebagai pahlawan Islam. Ibnu Battutah meninggal dunia pada tahun 1368.
43
42
Muhammad bin Abdullah bin Battutah, Rihlah Ibnu Bathuthah, h. 7.
43
Ross E Dunn, Petualangan Ibnu Battutah Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995, h. xxxviii.