Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung
ke Mekah walaupun jalur yang akan dilaluinya merupakan jalur yang paling jarang ditempuh oleh para kafilah haji. Berikut petikan yang dikatakan Ibnu
Muzzafar: “Kau harus mencapai tujuanmu jika kau ingin mengenali hikmah
orang-orang di sekitarmu. Nabi Muhammad saw, bersabda: „Tuntutlah ilmu, sekalipun kau sampai ke negeri Cina.”
8
Negeri Cina atau Tiongkok adalah negeri mahakarya tradisi, seni, dan
budaya. Berkembang jauh sebelum kebudayaan Barat merambah dan mendominasi budaya masyarakat masa kini, negeri Cina telah lebih dulu
dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Negeri ini melahirkan berbagai penemuan, mulai dari pengolahan masakan, pakaian, kertas, pengetahuan
agama, budaya, dan filsafat. Keunggulanya mendapat pengakuan dari berbagai penjuru dunia, menembus dan melintasi batas-batas geografis, kultural dan
agama. Untuk itu nabi Muhammad pernah menyatakan kekagumannya dengan mengatakan “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”
9
Demikianlah penjelasan mengenai hadist tersebut. Hadist tersebut kemudian menginspirasi
Ibnu Battutah untuk meneruskan perjalanannya menjelajahi negeri-negeri Muslim lainnya.
Adegan pendukung selanjutnya adalah Ibnu Battutah sedang melakukan percakapan dengan penyamun. Adegan ini memperlihatkan upaya
penyamun mengingatkan Ibnu Battutah agar tidak melewati Laut merah, karena pada saat itu sedang terjadi perang di sana. Namun Ibnu Battutah teguh
pada pendirian memilih untuk melewati jalurnya dan melanjutkan perjalanan seorang diri. Dalam percakapannya ia mengatakan:
8
Percakapan dapat dilihat pada durasi 20:04 sampai 12:34.
9
Rasti Suryadani, Anekdot Cina, Yogyakarta: Indonesia Tera, 2008, h. v.
“Haji tak bisa menunggu Aku akan menyebrangi Laut Merah Aku sudah membuat keputusan.”
Adegan selanjutnya memvisualisasikan keadaan di Laut Merah. Benar
saja apa yang dikatakan oleh penyamun, sedang terjadi perang di Laut Merah. Sesampainya di sana, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan
Ibnu Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat perang
yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda. Seketika, Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya
yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang lain. Ia kemudian meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Hal ini menandakan
bahwa Allah menguji ketetapan hati orang beriman dengan banyak cara, di antaranya memberi mereka permasalahan pada waktu-waktu tertentu atau
membuat mereka mengalami penderitaan. Diterangkan pula dalam surat Al- Baqarah [02]: 155 yang berbunyi:
“
Dan sesungguhnya kami akan mengujimu dengan suatu cobaan, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Namun
gembiralah orang- orang yang sabar.”
Adegan pendukung selanjutnya, memperlihatkan Ibnu Battutah sedang memeluk penyamun. Secara denotasi, adegan ini menandakan sebuah
perwujudan dari kepedulian tulus dan sederhana antar sahabat.
Adegan selanjutnya berpindah setting ke padang gurun, menampilkan Ibnu Battutah yang sedang memulai perjalanan dari Damaskus
bersama kafilah haji. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek, ahli fisika, penyair, dan juga peternak lebah. Adegan ini menunjukkan bahwa
dalam memenuhi panggilan Allah, status sosial bukan lagi menjadi penghalang dalam perjalanan.
Adegan selanjutnya memperlihatkan keadaan perjalanan dalam cuaca ekstrim. A
da satu tempat yang harus dilalui yang dikenal sebagai “Lembah Neraka.” Dalam satu tahun, lembah mendidih ini telah merenggut ribuan
nyawa. Karena keadanaan wilayah tersebut yang tidak memungkinkan untuk beristirahat, mendesak para kafilah untuk menuju Madinah tanpa beristirahat.
Karena alasan itu, di sana Ibnu Battutah kelelahan dan mengalami demam. Walaupun demikian, ia tetap tidak menyerah dan melanjutkan perjalananya
itu. Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai sebuah perjuangan Jihad fi Sabilillah
betapa perjalanan ke Mekah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang luar biasa panasnya.
Adegan selanjutnya memperlihatkan di mana Ibnu Battutah dan para kafilah sedang melaksanakan shalat berjamaah. Adegan ini memberi makna
bahwa shalat merupakan lambang kekuatan dan kesatuan umat, serta merupakan simbol terpenting dari perilaku dalam menjaga keberadaan dan
keharmonisan ukhuwwah islamiyah. Adegan selanjutnya berpindah setting ke Masjidil Haram. Adegan ini
memperlihatkan mimik Ibnu Battutah yang terkesima melihat apa yang diimpikannya berada di depan mata. Impian yang telah lama didoakan selama
hidupnya, Ka‟bah yang suci. Mempertontonkan keadaan Masjidil Haram yang dipenuhi sesak oleh para jamaah haji yang sedang melakukan tawaf bergerak
mengelilingi Ka‟bah sebanyak 7 kali, jamaah tersebut berasal dari berbagai penjuru yang berjumlah ribuan bahkan jutaan manusia dalam satu tempat. Di
mana tawaf bermakna bahwa gerak hidup setiap manusia bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju
kepada Allah. Allah lah sebagai pusat pusaran gerak manusia. Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah sedang membeli
sekawanan domba untuk dikurbankan kepada orang miskin. Hal itu karena ia memngingat jasa penyamun yang membimbingnya dalam perjalanan.
Adegan selanjutnya mencukur rambut atau tahallul. Hal ini menandakan bahwasannya keluar dari keadaan ihram karena telah selesai
melaksanakan amalan haji. Tahallul ditandai dengan mencukur rambut, minimal 3 helai. Hal ini bermakna, menanggalkan kesombongan yang menjadi
seseorang tinggi hati dari orang lain. Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah bersama dengan
para kafilah sedang dalam perjalanan meninggalkan Mekah. Namun, bukan Tangier tujuan selanjutnya setelah berhaji. Ia teringat oleh kata-kata Ibnu
Muzzafar yang pernah mengatakan “Tuntutlah ilmu sekalipun kau sampai ke
negeri Cina.” Kata-kata itulah yang kemudian menginspirasi Ibnu Battutah untuk terus mengemban ilmu hingga ke lebih dari 40 negara.
Tabel 10.4. Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Stave Campsall
No Elemen
Temuan Analisis 1.
Mise En Scene What:
Ibnu Battutah merupakan salah satu tokoh asal suku Berber. Suku berber
merupakan suku penduduk asli yang mendiami wilayah Afrika Utara. Dalam film ini, kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah merupakan pakaian khas
Maroko, yakni burnoose atau selham. Jenis pakaian ini, merupakan pakaian luar sebagai pelngkap penampilan kaum laki-laki yang bertujuan sebagai
pelindung dingin. Kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah seperti jubah dan sorban yang dikenakannya itu, serta jenggot yang merupakan
representasi dari simbol keagungan seorang manusia pemberani, kuat, hebat, dan memiliki solidaritas tinggi.
Penyamun yang idealnya menjadi sosok yang jahat dan kejam, dalam film ini diperankan berbeda. Ia diperankan sebagai sosok heroik yang
menemani Ibnu Battutah dalam perjalanan. Padang pasir yang tandus, kuda dan unta yang menjadi kendaraan saat berada di padang pasir. Dan sorban
yang digunakan untuk menutup setengah wajahnya dari hidung sampai dagu, bertujuan untuk melindungi wajah dari panas pasir gurun yang bertebaran.
Perang di Laut Merah terjadi akibat perang Byzantium pada waktu itu, menyebabkan lalu lintas penyebrangan tidak berjalan.
What Effect:
Effect yang muncul dalam adegan ini yaitu shot on location yang
menggunakan lokasi langsung seperti padang pasir, sungai Nil, Masjidil Haram, dan lain-lain. Penggunaan lokasi ini bertujuan untuk memunculkan
aspek realism dalam film. Cahaya yang dihasilkan pada adegan ini menggunakan cahaya natural yang berasal dari matahari.
What Meaning:
Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi dan konotasi. Denotasi yang muncul dalam adegan ini yaitu, hitam, putih, haji,
shalat berjamaah, perang, kuda, bercukur. Adapun penjelasan makna konotasi dan denotasi pada adegan sudah dijelaskan di atas.
How:
Dalam membangun aspek mise en scene yang relevan dengan narasi film pada adegan ini sutradara berfokus pada aspek setting dan pemain, di
mana melalui property yang dimunculkan dalam adegan ini dapat membangun mood penonton.
Purpose:
Tujuan sutradara menampilkan adegan ini nampaknya adalah untuk memvisualisasikan sosok Ibnu Battutah dengan berbagai atributnya,
membangun karakter pemain, dan yang terrpenting adalah untuk merepresentasikan sejarah tokoh terkenal pada masanya.