PENUTUP Semiotika Jihad Fi Sabilillah ‘Ibnu Battutah’ Dalam Film Journey To Mecca
citra bergerak pada tahun 1888 ketika itu ia membuat film berdurasi sepanjang 15 detik.
3
Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga
memberikan daya tarik tersendiri.
4
Selain itu, film memiliki hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan. Seperti apa yang dikatakan oleh James
Monaco, bahwa memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-
masing mengubah diri dalam hubungan yang dinamis.
5
Dalam pembuatan film diperlukan proses pemikiran dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap.
Proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide dan gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide dan gagasan ini dapat
berasal dari mana saja, seperti novel, cerpen, puisi, dongeng, bahkan dari sejarah masa lampau.
6
Sebagai karya seni, film memiliki kemampuan kreatif. Film mempunyai kesanggupan untuk menciptakan suatu realitas rekaan sebagai
bandingan terhadap realitas. Realitas yang ditampilkan dalam film adalah realitas yang dibangun oleh pembuat film dengan mengangkat nilai-nilai atau
3
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 132.
4
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke-5, h. 48.
5
Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 49.
6
Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, Bandung: PT Mizan Bunaya Kreativa, 2004, h. 10.
unsur-unsur budaya yang terdapat di dalam lapisan masyarakat. Ataupun sebaliknya, realitas yang ditampilkan dalam film kemudian menjadikan
sebuah bentukan „budaya‟ yang diikuti oleh penonton. Seperti halnya karya sastra, film adalah karya seni budaya yang
terbentuk dari berbagai unsur. Secara umum struktur film sama dengan struktur karya sastra yaitu terbentuk oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Oleh karena itu, untuk dapat memahami segala pesan yang disampaikan dalam film kita harus mampu menganalisis atau mengkaji
berbagai unsur-unsur pembangun film tersebut. Mengkaji unsur intrinsik artinya kita dapat menganalisis satu demi satu
secara objektif dengan totalitas berbagai unsur yang terkandung di dalam karya tersebut. Lalu, yang dimaksud dengan totalitas yakni bahwa berbagai
unsur yang dianalisis dan diurai satu persatu tadi tetap saling dihubungkan dalam rangka mendapatkan makna dan pesan yang utuh dari keseluruhan
karya. Sedangkan
mengkaji unsur
ekstrinsik artinya
kita dapat
menghubungkan makna dan pesan yang telah diperoleh dari unsur intrinsik dengan berbagai hal yang berada di luar karya yang dinilai memiliki bubungan
erat dengan penciptaan dan penyerapan informasi atau pesan dalam sebuah film menjadi lebih komprehensif dan lengkap.
Dalam kajian semiotika, film adalah salah satu prodak media massa yang menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Caranya
adalah dengan mengetahui apa yang dimaksudkan atau direpresentasikan oleh sesuatu, bagaimana makna itu digambarkan dan mengapa ia memiliki makna
sebagaimana ia tampil.