Analisis Risiko Komoditas Tunggal

74

6.2. Analisis Risiko

Setelah dilakukan pengukuran peluang dari kejadian yang terjadi maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian tertinggi, normal, dan terendah pada komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Expected return merupakan nilai penerimaan yang diharapkan dapat diperoleh setelah memperhitungkan risiko yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 . Penilaian Expected Return Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba PT Saung Mirwan Komoditas Expected Return Rp Krisan 439.746.500 Kalandiva 35.891.000 Kalanchoe 30.474.500 Kastuba 38.152.000 Dari Tabel 19 diketahui bahwa expected return krisan merupakan yang paling tinggi dibandingkan ketiga komoditas yang lain. Hal ini disebabkan PT Saung Mirwan lebih berkonsentrasi pada komoditas tersebut dibandingkan yang lainnya. Perusahaan lebih berkonsentrasi pada komoditas krisan berdasarkan pertimbangan permintaan pasar krisan cenderung lebih tinggi dan relatif lebih stabil dibandingkan kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Hal tersebut menjadi dasar bagi pihak perusahaan yang lebih berkonsentrasi pada produksi krisan. Oleh karena itu sebagian besar lahan untuk bunga difokuskan pada krisan sehingga produksinya juga lebih tinggi. Produksi yang lebih tinggi ini akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan expected return oleh perusahaan yang juga akan ikut meningkat.

6.2.1. Analisis Risiko Komoditas Tunggal

Penilaian risiko pada komoditas tunggal dilihat berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan 75 kastuba. Penilaian risiko dapat dihitung dengan menggunakan Expected return, varians, standar deviasi dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penilaian Risiko pada Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba Berdasarkan Tabel 20 diperoleh bahwa krisan mempunyai nilai variance yang paling tinggi dibandingkan dengan kalandiva, kalanchoe dan kastuba yaitu sebesar Rp. 43.017.600.000. Demikian halnya dengan nilai standar deviasi krisan mempunyai nilai tertinggi diantara keempat komoditas tersebut. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa di antara keempat komoditas ternyata kastuba yang mempunyai nilai yang paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata usaha krisan, kalandiva dan kalanchoe menghadapi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kastuba. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa krisan memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya alokasi dana untuk biaya cost yang dikeluarkan untuk produksi bunga krisan. Hal ini mengingat produksi krisan lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya yaitu hampir 70 persen dari total produksi komoditas bunga yang diusahakan oleh PT Saung Mirwan. Produksi yang lebih tinggi ini membutuhkan alokasi dana yang cukup besar untuk memproduksi bunga krisan misalnya penyediaan input serta pemeliharaannya. Ditinjau dari karakteristiknya sendiri bunga krisan relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang menyerang bunga krisan lebih banyak dibandingkan dengan komoditas bunga lainnya. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas bunga krisan. Jika serangan hama dan penyakit pada satu periode produksi cukup Komoditas Expected Return Rp Varians juta rupiah Standar Deviasi rupiah Koefisien Variasi Krisan 439.746.500 43.017.600.000 207.406.757,00 0.471 Kalandiva 35.891.000 155.140.000 12.455.517,25 0.347 Kalanchoe 30.474.500 53.615.000 7.322.225,63 0.240 Kastuba 38.152.000 7.240.800 8.788.673,35 0.230 76 tinggi maka produksi dan produktivitas krisan tidak akan optimal atau rendah. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit ini PT Saung Mirwan mengalokasikan sebagian dana untuk menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk menekan hama dan penyakit. Adanya biaya produksi yang relatif tinggi dan tidak optimalnya produksi karena karakteristik krisan yang sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit menyebabkan krisan memiliki risiko yang paling tinggi diantara komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Berbeda halnya dengan bunga kastuba yang memiliki risiko yang paling rendah diantara keempat komoditas tersebut. Berbeda halnya dengan kastuba yang memiliki risiko yang paling rendah. Ditinjau dari karakteristik bunga kastuba relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, pemeliharaannya juga lebih mudah dibandingkan krisan. Selain itu hama dan penyakit yang menyerang bunga kastuba lebih sedikit dibandingkan bunga krisan.

6.2.2. Analisis Risiko Diversifikasi