Strategi Pengelolaan Risiko TINJAUAN PUSTAKA

14 coefficient variation, ragam variance dan simpangan baku standard deviation pada penelitiannya tentang Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian Utami 2009 risiko produksi bawang merah sama dengan yang dilakukan oleh Ginting dan Wisdya yaitu menggunakan Variance, Standard deviation dan Coefficient Variation. Utami menambah alat analisis pada penelitiannya yaitu mempergunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis penawaran. Berbeda halnya dengan penelitian Lestari 2009 tentang risiko dalam usaha pembenihan udang Vannamei Litopenaus vannamei. Metode analisisnya adalah mengidentisikasi sumber risiko yang dihadapi perusahaan, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan. Metode penelitian yang digunakan oleh Lestari ini menghasilkan sumber-sumber risiko secara spesifik dalam pengusahaan udang Vannamei. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan analisis nilai standar analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk VaR. Metode analisis risiko yang digunakan oleh Firmansyah 2009 dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayuran organik menggunakan single-index portofolio dengan bantuan software SPSS. Metode penelitian yang berbeda dari metode penelitian yang diuraikan sebelumnya diperkenalkan oleh Sari 2009 yang meneliti risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar. Metode analisis risiko yang digunakan adalah model ARCH GARCH dan perhitungan VaR Value at Risk.

2.3. Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian Kaan 2002 antara lain 1 mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2 transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3 membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar. 15 Hal yang sama ditemukan oleh Wisdya 2009 yang mengemukakan bahwa strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi portofolio pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Adanya diversifikasi akan mengakibatkan risiko dapat diminimalkan tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot untuk menampung hasil produk yang reject. Lestari 2009 mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah 2009 yang meneliti risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau bahkan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor. Selain itu perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan supermarket-supermarket yang ada atau toko-toko khusus yang menjual sayuran organik agar penjualan produk konstan dan kontinyu. Sementara itu Sari 2009 mengemukakan strategi pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah. Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan 16 cara menjual cabai pada industri makanan, dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif. Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis risiko yang dipergunakan pada penelitian Ginting 2009, Wisdya 2009 dan Utami 2009 dengan menggunakan Variance, Coefficient Variance , dan Coefficient Variance juga digunakan dalam penelitian ini. Perbedaan terletak pada komoditas yang diteliti yang diperbanyak dengan melihat pengaruh diversifikasi portofolio untuk mengendalikan risiko. 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN