Identifikasi Sumber-Sumber Risiko HASIL DAN PEMBAHASAN

64

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

Adanya risiko dalam suatu usaha akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu adanya fluktuasi produktivitas dan produksi mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi suatu perusahaan. Adanya risiko akan berdampak pada penerimaan suatu usaha dan berpengaruh langsung terhadap keberhasilan suatu usaha. Risiko pengusahaan bunga yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada empat komoditas yang diusahakan oleh PT Saung Mirwan yaitu bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Penentuan risiko produksi pada penelitian ini didasarkan pada penilaian varians, standar deviasi, dan koefisien variasi yang diperoleh dari hasil peluang terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi tertinggi, normal, dan terendah dari rata-rata produktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing komoditas. Tabel 15. Rata-rata Produksi, Produktivitas dan Pendapatan PT Saung Mirwan pada Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba Komoditas Kondisi Peluang Rata-rata Penerimaan Rp Produksi pot Produktivitas potm 2 Krisan Tertinggi 0,18 7757 6,99 58.173.500 Normal 0,64 5345 4,36 42.325.500 Terendah 0,18 3449 2,15 25.865.500 Kalandiva Tertinggi 0,23 982 5,59 7.450.000 Normal 0,18 748 3,66 5.363.000 Terendah 0,59 411 2,27 3.058.000 Kalanchoe Tertinggi 0,27 1179 5,97 7.072.000 Normal 0,27 687 3,67 4.124.000 Terendah 0,46 447 2,52 2.682.000 Kastuba Tertinggi 0,10 2191 5,74 16.430.000 Normal 0,75 884 3,86 7.043.500 Terendah 0,15 369 1,77 2.608.500 65 Tabel 15 memperlihatkan peluang yang diperoleh pada tiga kondisi yang terjadi pada komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Peluang tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau beberapa kali perusahaan pernah mencapai produksi tertinggi, normal atau terendah selama kegiatan budidaya berlangsung. Tabel 15 juga menunjukkan kondisi produksi, produktivitas dan pendapatan masing-masing komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan terendah. Adanya produksi, produktivitas dan pendapatan yang berfluktuasi mengindikasikan peluang perusahaan memperoleh produksi dan pendapatan tertinggi, normal dan terendah dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu selama proses produksi berlangsung. Produksi antara keempat komoditas tersebut memiliki range yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Tabel 15 memperlihatkan bahwa krisan memiliki produksi tertinggi dibandingkan dengan ketiga komoditas yang lain yaitu berkisar dari 3.449 pot sampai 7.757 pot dengan tingkat produktivitas berkisar antara 3,11 potm 2 sampai 6,99 potm 2 . Demikian juga halnya dengan dengan range pendapatan antara keempat komoditas, bunga krisan memiliki range pendapatan yang paling tinggi berkisar antara Rp. 25.865.500 sampai Rp. 58.173.500. Produksi tertinggi merupakan tingkat produksi maksimal yang pernah diperoleh perusahaan selama periode produksi berlangsung sedangkan produksi normal merupakan tingkat produksi yang sering terjadi. Berbeda halnya dengan produksi terendah yang merupakan tingkat produksi minimal yang diperoleh perusahaan selama produksi berlangsung. Produksi yang diharapkan oleh perusahaan adalah produksi tertinggi dengan frekuensi yang tinggi karena akan berimplikasi positif terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan. Pengusahaan bunga tidak terlepas dari risiko. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada usaha bunga diantaranya adalah: a. Kondisi Cuaca atau Iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor munculnya risiko dalam pengusahaan bunga. Perubahan cuaca yang drastis atau ekstrim dan sulit diprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan komoditas bunga yang diusahakan. Adanya hujan secara terus-menerus, perubahan suhu, 66 terpaan angin, atau terpaan sinar matahari yang panjang akan sangat berpengaruh terhadap kondisi bunga yang akan berdampak negatif pada produksi dan produktivitas bunga. Data curah hujan daerah PT Saung Mirwan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Data Curah Hujan Bulanan Daerah Ciawi, Jawa Barat dan Produktivitas Komoditas Bunga PT Saung Mirwan pada Tahun 2009 Tahun 2009 Curah Hujan mm Produktivitas Bunga potm 2 Krisan Kalandiva Kalanchoe Kastuba Januari 607 2,52 1,68 2,93 1,24 Februari 356 6,62 5,87 2,69 3,50 Maret 215 4,22 2,58 5,75 4,94 April 292 4,78 2,98 2,99 3,96 Mei 434 4,24 5,49 5,42 4,18 Juni 106,5 3,54 2,48 2,80 3,68 Juli 127,5 3,79 2,70 2,71 3,30 Agustus 93 1,91 2,11 2,28 3,40 September 181,5 3,09 2,11 2,84 4,77 Oktober 389,5 4,77 5,21 4,20 5,99 Nopember 344,5 4,98 2,10 7,74 5,59 Desember 302,5 4,21 2,17 2,17 5,66 Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor diolah Adanya perubahan curah hujan yang berfluktuasi tiap bulannya dan sulit diprediksi untuk tahun berikutnya merupakan salah satu sumber risiko dalam pengusahaan bunga. Kondisi cuaca ini berhubungan dengan serangan hama dan penyakit yang menyerang komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Pada musim kemarau umumnya populasi hama meningkat cepat sementara pada musim hujan serangan penyakit lebih sering melanda komoditas bunga. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pada bulan-bulan kering sepanjang tahun 2009 seperti Juni, Juli, Agustus dan September produktivitas bunga krisan mengalami penurunan yaitu antara 1 sampai 3 potm 2 1,91-3,79 potm 2 . Dari hasil wawancara di lapangan diperoleh bahwa pada bulan-bulan tersebut serangan hama aphids, leaf miner dan thrips meningkat populasinya secara signifikan. Pada bulan-bulan kering tersebut produktivitas bunga kalandiva dan kalanchoe tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan serangan hama aphids yang 67 mempengaruhi hasil produksi bunga kalandiva dan kalanchoe. Berbeda dengan bunga kastuba yang produktivitasnya normal sepanjang bulan-bulan basah tersebut. Hal ini disebabkan serangan hama kupu-kupu putih yang biasanya meningkat populasinya pada musim kemarau bisa diantisipasi oleh bagian proteksi tanaman. Pengadaan insect screen insect net dan penyemprotan pestisida yang rutin dilakukan mampu menekan populasi kupu-kupu putih yang menyerang bunga kastuba. Berbeda halnya dengan bulan basah seperti pada bulan Januari ternyata produktivitas krisan rendah, hanya 2,52 potm 2 . Hal ini disebabkan penyakit white rust dan jamur yang menyerang bunga krisan yang menyebabkan produktivitasnya rendah. Hal yang sama terjadi pada ketiga komoditas lainnya yaitu kalandiva, kalanchoe dan kastuba yang juga menunjukkan produktivitas yang rendah. Hal ini juga disebabkan adanya serangan penyakit yaitu mildew pada kalandiva dan kalanchoe serta penyakit jamur pada komoditas kastuba. Tabel 17. Data Curah Hujan Bulanan Daerah Ciawi, Jawa Barat dan Produktivitas Komoditas Bunga PT Saung Mirwan pada Tahun 2010 Tahun 2010 Curah Hujan mm Produktivitas Bunga potm 2 Krisan Kalandiva Kalanchoe Kastuba Januari 457 4,53 1,83 1,38 2,30 Februari 624.5 4,55 2,12 2,27 3,47 Maret 493 4,62 2,14 5,37 3,34 April 117.5 6,49 5,48 5,63 3,17 Mei 275.5 4,82 3,26 4,20 3,72 Juni 289.5 6,55 3,35 3,29 4,20 Juli 156.5 8,32 4,10 4,03 4,30 Agustus 410.5 4,89 3,92 3,18 3,90 September 486 2,05 2,52 5,91 3,37 Oktober 393 2,15 5,90 2,31 3,52 Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor Pada Tabel 17 menunjukkan bahwa pada bulan-bulan kering sepanjang tahun 2009 seperti April, Mei, Juni dan Juli produktivitas bunga krisan cukup tinggi yaitu antara di atas 6 potm 2. Dari hasil wawancara di lapangan diperoleh bahwa pada bulan-bulan tersebut serangan hama aphids, leaf miner dan thrips tidak terlalu tinggi karena upaya pengendalian HPT yang dilakukan secara rutin 68 bisa menekan populasi hama tersebut. Pada bulan-bulan kering tersebut produktivitas bunga kalandiva dan kalanchoe tergolong normal sampai tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya pengendalaian HPT yang dilakukan bagian proteksi tanaman yang bisa mengendalikan serangan HPT dengan baik. Berbeda dengan bunga kastuba yang produktivitasnya rendah sepanjang bulan-bulan basah tersebut. Hal ini disebabkan serangan hama kupu-kupu putih yang meningkat populasinya. Berbeda halnya dengan bulan basah seperti pada bulan Februari ternyata produktivitas krisan normal. Hal ini disebabkan penyakit white rust dan jamur yang menyerang bunga krisan bisa diantisipasi dengan baik oleh bagian proteksi tanaman. Tabel 17 tersebut menunjukkan ketiga komoditas lainnya yaitu kalandiva, kalanchoe dan kastuba memiliki produktivitas yang rendah. Hal ini juga disebabkan adanya serangan penyakit yaitu mildew pada kalandiva dan kalanchoe serta penyakit jamur pada komoditas kastuba pada bulan tersebut. PT Saung Mirwan menggunakan green house dalam mengusahakan bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Penggunaannya bertujuan untuk melindungi tanaman dari perubahan curah hujan yang berlebihan, terpaan angin, suhu serta hama yang mengganggu tanaman. Musim kemarau menjadikan suhu udara menjadi tinggi dan terpaan sinar matahari penuh. Hal ini berpengaruh terhadap suhu di dalam green house. Kemampuan bunga dalam menyesuaikan suhu di green house sangat terbatas sehingga bisa mengakibatkan bunga layu dan kering. Untuk mengatasi hal ini dilakukan penyiraman air beserta pupuk dua hari sekali. Pada musim hujan, suhu lingkungan green house menjadi menurun dan relatif lembab. Untuk menjaga agar pertumbuhan bunga tetap baik maka penyiraman air beserta pupuk yang biasanya dilakukan dua hari sekali dirubah menjadi tiga hari sekali. Hal ini dilakukan untuk mencegah bunga dari kelembaban yang terlalu tinggi yang bisa mengakibatkan timbulnya penyakit pada bunga. Jika sinar matahari penuh sepanjang hari maka pertumbuhan bunga akan lebih baik dibandingkan dengan cuaca mendung. Kurangnya sinar matahari akan menyebabkan panen makin lama. Misalnya untuk tanaman krisan yang biasanya dipanen pada umur 9 minggu bisa menjadi 10-11 minggu. Untuk mengantisipasi 69 perubahan cuaca misalnya pada musim hujan perusahaan memajukan waktu tanam bunga seminggu sebelum panen. Kondisi cuaca yang mendung mengakibatkan intensitas sinar matahari yang diterima tanaman atau bunga berkurang. Hal ini akan berdampak pada bibit bunga krisan yang akan mengalami inisiasi awal langsung berbunga sebelum waktunya namun tidak mekar sehingga akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak merata homogen. Upaya yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan dalam mencegah hal tersebut adalah memasang lampu pada bibit bunga krisan yang disemai sampai berumur 7 atau paling lama 10 hari. Penyinaran ini dilakukan pada malam hari selama 5 jam yaitu dari jam 10 malam sampai jam 3 pagi. b. Hama dan Penyakit Dalam mengusahakan bunga terdapat sumber risiko berupa hama dan penyakit yang dapat merusak bunga sehingga produksi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang bunga umumnya juga berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim. Frekuensi serangan hama terhadap bunga umumnya lebih sering terjadi pada musim kemarau dimana curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjang dan suhu udara yang relatif tinggi. Berbeda halnya pada musim hujan, umumnya penyakit lebih banyak menyerang bunga dibandingkan serangan hama. Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh bahwa hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling sering terjadi pada pengusahaan komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan peluang terjadi serangan hama dan penyakit lebih tinggi daripada sumber risiko yang lain. Jenis hama dan penyakit yang menyerang bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan berbeda untuk setiap bunga. Hama dan penyakit yang menyerang bunga krisan umumnya lebih banyak dibandingkan bunga yang lain. Jenis hama dan penyakit yang sering menyerang krisan antara lain maids tungau, kutu daun, ulat, white rust jamur dan leaf miner. Jenis hama dan penyakit yang menyerang kalandiva dan kalanchoe antara lain mildew jamur dan aphids ulat. Bunga kastuba sering diserang hama dan penyakit seperti kupu-kupu putih dan jamur. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek samping tindakan pencegahan juga tidak mememerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum 70 kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit. Upaya yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan dalam mencegah timbulnya penyakit dimulai dengan pengamatan rutin setiap harinya yang dilakukan oleh bagian proteksi tanaman. Selain itu dilakukan penyemprotan pestisida rutin sekali dua hari pada pagi hari dengan menggunakan sistem pompa sprayer. c. Bibit Bibit bisa menjadi sumber risiko dalam pengusahaan bunga dilihat dari kualitas dan mortalitasnya. Kualitas bibit bunga akan berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi pada saat panen. Kualitas bibit yang tidak terjamin mengakibatkan kualitas bunga rendah, rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga hasil produktivitas tidak pasti. Selain itu mortalitas bibit juga berpengaruh terhadap hasil panen. Mortalitas bibit merupakan tingkat kegagalan bibit bunga dari disemai sampai dipanen. Mortalitas bibit yang tidak pasti mencerminkan jaminan kualitas yang tidak pasti sehingga hasil panen juga tidak terjamin secara pasti. Pengadaan bibit bunga dapat dilakukan dengan dua pilihan yaitu mengimpor atau dengan memproduksi sendiri. Kedua pilihan ini memiliki keuntungan dan kerugian dikaitkan dengan risiko. Bibit bunga yang diimpor umumnya lebih terjamin kualitasnya karena biasanya sudah berlisensi, dilengkapi sertifikat dan sudah melewati proses karantina sebelum masuk ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan pengadaan bibit krisan dengan impor memiliki jaminan kualitas yang baik sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih pasti risiko kecil. Namun, bibit bunga impor biasanya memiliki harga yang relatif mahal. Keuntungan dari memproduksi sendiri bibit bunga adalah terjaminnya pasokan bibit yang dibutuhkan dan menekan biaya produksi. Namun, risiko yang mungkin diperoleh perusahaan adalah kemungkinan bibit krisan merupakan hasil persilanganhibrida yang kualitasnya tidak diketahui pasti. Bibit tersebut kemungkinan bisa mengalami kontaminasi dengan hama atau penyakit dari lingkungan yang mempengaruhi kualitasnya. PT Saung Mirwan memproduksi sendiri bibit bunga yang digunakan dalam usahanya. Sebelumnya PT Saung Mirwan mengimpor bibit krisan dari luar 71 negeri. Keuntungan dari memproduksi sendiri bibit bunga adalah terjaminnya pasokan bibit yang dibutuhkan PT Saung Mirwan dan menekan biaya produksi. Namun, kerugian yang mungkin diperoleh perusahaan adalah kemungkinan bibit krisan merupakan hasil persilanganhibrida yang kualitasnya tidak diketahui pasti dan terkontaminasi dengan hama dan penyakit. Hal ini mengindikasikan PT Saung Mirwan menghadapi risiko jaminan kualitas bibit yang tidak pasti. Terdapat perbedaan tingkat mortalitas pada komoditas bunga. Bibit bunga krisan dan kastuba memiliki tingkat keberhasilan bibit sekitar 85 persen dari total bibit yang ditanam sehingga tingkat mortalitasnya adalah sebesar 15 persen. Berbeda halnya dengan bibit bunga kalandiva dan kalanchoe memiliki tingkat keberhasilan bibit sekitar 90 persen sehingga tingkat mortalitasnya adalah 10 persen. Adanya perbedaan mortalitas ini diakibatkan perbedaan karakteristik masing-masing komoditas baik dalam hal adaptasi terhadap perubahan suhu, atau daya tahan terhadap hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi mortalitas yang akan berpengaruh terhadap total produksi bunga yang dipanen nantinya maka PT Saung Mirwan menambah kuantitas bibit yang ditanam. Bibit krisan dan kastuba yang akan ditanam umumnya ditambah sebesar 15-18 persen dari target panen sedangkan bibit kalandiva dan kalanchoe sebesar 10 persen. Hal ini dilakukan agar PT Saung Mirwan dapat memenuhi target panen sesuai dengan pesanan konsumen. d. Peralatan dan Bangunan Peralatan dan bangunan yang terpelihara dengan baik akan menghasilkan performance yang baik sehingga mendukung keberhasilan suatu usaha. Namun, peralatan dan bangunan dapat menjadi sumber risiko jika kondisi peralatan atau bangunan kurang terawat atau rusak. Kondisi ini akan berimplikasi pada hasil usaha yang tidak optimal. Green house merupakan bangunan utama dalam kegiatan produksi komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Green house memegang peran yang cukup krusial dalam keberhasilan produksi bunga. Fungsi green house adalah untuk menstabilkan pengaruh cuaca, angin, hujan dan serangan hama dan penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Begitu green house mengalami 72 kerusakan maka fungsinya untuk mengisolasi lingkungan yang kondusif di dalam green house tidak akan berjalan dengan baik. Kasus kurangnya perawatan yang ditemukan di lapangan adalah atap green house yang sering mengalami kebocoran. Atap green house tersebut terbuat dari plastik polyvinyl choride PVC. Kebocoran atap green house akan mengakibatkan air hujan yang tidak tertahan atap akan langsung mengenai bunga dan akan mengakibatkan rusaknya bunga tersebut. Jika dibiarkan terus-menerus maka bisa menyebabkan kerusakan dalam skala yang besar. Sementara ini upaya penanganan yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan adalah melakukan perbaikan sesegera mungkin pada atap yang bocor. e. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan. Perekrutan tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan berpengalaman sangat penting bagi suatu perusahaan guna mendukung kegiatan operasional perusahaan. Tenaga kerja bisa menjadi sumber risiko apabila perusahaan memiliki tenaga kerja yang tidak terampil, tidak berpendidikan dan kurang berpengalaman. Hal ini bisa berimplikasi negatif pada hasil produksi yang bervariasi. Selain itu adanya Standard Operational Procedures SOP yang jelas juga turut memegang andil dalam keberhasilan suatu usaha. Tidak adanya SOP bisa mengakibatkan tenaga kerja bisa melakukan penyimpangan, kesalahan human error atau tidak menjalankan tugasnya sama sekali. Hal ini akan menyebabkan produksi bervariasi. Tenaga pengawas atau mandor yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan kemungkinan tenaga kerja dengan bekerja dengan sesuka hati dan leluasa serta tidak memperhatikan petunjuk dan SOP yang berlaku. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa pernah terjadi kesalahan penggunaan pestisida pada bunga yang diusahakan oleh PT Saung Mirwan sekitar tahun 2005. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengawasan dari mandor pengawas bagian proteksi tanaman. Kesalahan penggunaan pestisida tersebut dilakukan oleh salah satu tenaga kerja lapangan bagian proteksi tanaman yang menyemprotkan pestisida baru pada bunga kastuba. Pestisida tersebut merupakan pestisida jenis baru yang belum pernah digunakan sebelumnya. Hal tersebut 73 mengakibatkan semua kastuba yang disemprot gagal panen dan akhirnya dibuang. Tenaga kerja tersebut melalaikan SOP yang diberlakukan PT Saung Mirwan yang menyebutkan bahwa sebelum obat baru diaplikasikan pada tanaman terlebih dahulu diujicoba pada tanaman dalam skala kecil. Akibat kelalaiannya tenaga kerja tersebut memperoleh Surat Peringatan. Sejauh ini sanksi belum diterapkan. f. Harga Produk Harga produk yang berfluktuasi di pasaran akan berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan. Harga bunga yang cenderung menurun akan menyebabkan penerimaan perusahaan berkurang atau menimbulkan kerugian. Tentu saja perusahaan tidak menginginkan hal ini terjadi. Adanya penurunan harga bunga merupakan salah satu sumber risiko dalam pengusahaan bunga. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa selama 2 tahun terakhir terdapat fluktuasi harga pada usaha bunga yang dilakukan PT Saung Mirwan terutama pada harga output. Bunga krisan dan kalanchoe dijual dengan harga yang sama konstan selama dua tahun terakhir yaitu masing-masing seharga Rp. 7.500 dan Rp. 6.000 per pot. Harga jual bunga kastuba dan kalandiva mengalami fluktuasi dari tahun 2009 ke tahun 2010. Pada tahun 2009 bunga kastuba dijual dengan harga sama dengan bunga krisan yaitu Rp. 7.500 per pot dan pada tahun 2010 menjadi Rp. 8.500 per pot. Berbeda halnya dengan bunga kalandiva yang dijual sebesar Rp. 8.000 per pot pada tahun 2009 namun turun menjadi Rp. 7.500 pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan tren pasar yang sedang menurun. Adanya fluktuasi harga output ini tidak terlepas dari tren bunga di pasar dan juga perubahan harga input. Jika terdapat perubahan harga input pada supplier maka PT Saung Mirwan akan merespon dengan ikut menaikkan harga output yang dihasilkan. Harga produk bunga PT Saung Mirwan selama kurun waktu 2009- 2010 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Data Harga Produk Bunga PT Saung Mirwan Periode 2009-2010 Jenis Bunga Harga RupiahPot Januari-Desember 2009 Januari-Oktober 2010 Krisan 7.500 7.500 Kalandiva 8.000 7.500 Kalanchoe 6.000 6.000 Kastuba 7.500 8.500 Sumber: PT Saung Mirwan 2010 74

6.2. Analisis Risiko