Aspek-Aspek Efikasi Diri Kajian Efikasi Diri

18 yang tidak menyenangkan. Sebaliknya jika individu tersebut memiliki keyakinan yang lemah akan membuat individu tersebut mudah goyah oleh pengalaman-pengalaman yang tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, seorang siswa mempunyai cita-cita ingin menjadi musisi yang hebat, siswa tersebut lalu membeli beberapa peralatan musik dan berlatih rutin secara mandiri. Siswa tersebut memiliki harapan dan keyakinan bahwa suatu saat akan menjadi musisi yang hebat dengan rajin berlatih dan belajar setiap hari. Melalui usaha yang dilakukannya, akhirnya siswa tersebut merasakan hasil dari usahanya yaitu menjadi musisi hebat dan dikenal banyak orang. Sebaliknya jika siswa tersbut tidak memiliki kekuatan dari kemampuan atau pengarapannya maka akan mudah goyah atau putus asa ketika mendapat pengalaman kurang mengenakan dalam mencapai tujuan menjadi musisi.

4. Aspek-Aspek Efikasi Diri

Aspek-aspek efikasi diri merupakan hal yang penting dalam melihat efikasi diri yang dimiliki oleh individu. Corsini dalam Hartono, 2005: 20-21 membagi aspek-aspek efikasi diri menjadi empat, yaitu sebagi berikut: a. Aspek Kognitif Kemampuan sesorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan setiap individu mempersiapkan diri melalui pemikiran-pemikiran yang akan 19 dilakukan sehingga dapat melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan. Fungsi utama berpikir adalah memungkinkan seseorang untuk memprediksi peristiwa atau kejadian sehari-hari yang akan berdampak pada masa depannya. Asumsi timbul pada aspek kognitif yaitu ketika semakin efektif kemampuan seseorang dalam melakukan analisis berpikir dan kemampuan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan pribadi maka akan mendukung seseorang bertindak dengan cepat dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagai contoh, apabila seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, orang tersebut akan menggunakan kemampuan kognitifnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan memikirkan dan merancang tindakan yang akan dilakukan untuk menghadapi permsalahan tersebut. Seseorang tersebut juga akan memprediksi dampak dari tindakan yang akan dilakukannya sehingga ketika sudah memiliki solusi dari permasalahan yang dihadapi seseorang tersebut siap menerima dan menjalani tindakan yang akan dilakukan, sebaliknya apabila seseorang tersebut tidak mampu memikirkan atau merancang tindakan yang akan dilakukan maka permasalahan yang dialami tidak akan terselesaikan bahkan akan muncul permasalahan-permasalahan baru. b. Aspek Motivasi Kemampuan seseorang memotivasi diri melalui pemikirannya untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap orang berusaha memotivasi diri dengan 20 menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan. Motivasi dalam efikasi diri digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan seseorang. Apabila sesorang memiliki motivasi maka akan berusaha dalam mencapai setiap tujuan yang ingin dicapai, sebaliknya seseorang tidak memiliki motivasi maka akan cenderung mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan tidak mencoba untuk bangkit atau berusaha usaha dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, ada siswa SMA yang mempunyai keinginan melanjutkan studi ke akademi militer. Siswa tersebut memotivasi diri agar dapat diterima di akademi militer. Motivasi yang dimiliki lalu mendorong untuk mempersiapkan diri, siswa tersebut lalu mencari informasi yang berkaitan dengan akademi militer seperti persyaratan agar bisa diterima di akademi militer. Setelah itu siswa tersebut membuat tulisan atau cara lain yang dapat memotivasi dirinya untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar bisa lolos seleksi masuk akademi militer. Dengan tekad yang kuat siswa tersebut memiliki keyakinan pada kemampuan yang dimilki dapat diterima di akademi militer melalui motivasi yang dimiliki dan dengan usaha yang dilakukannya. Pada seleksi pertama siswa tersebut gagal di tahap fisik, melalui pengalaman yang diperolehnya siswa tersebut lalu memperbaiki diri dan mempersiapkan diri agar bisa lolos seleksi pada tahun berikutnya. Akhirnya pada seleksi di tahun kedua siswa tersbut lolos dan diterima di akademi militer seperti yang di cita-citakannya. Jika tidak memliki motivasi siswa tersebut akan 21 putus asa atau mudah menyerah dan tidak memiliki usaha untuk mencapai keinginnya. c. Aspek Afeksi Kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami dalam diri seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditunjukan dengan kemampuan untuk menempatkan diri ketika sedang merasakan emosi positif menjadi energi yang positif bagi diri sendiri dan kemampuan untuk mengontrol emosi negatif yang dapat menghalangi atau menghambat pola pikir dalam mencapai tujuan seperti marah, kesal, dan cemas atau emosi negatif yang memiliki kurang baik bagi diri sendiri. Sebagai contoh, ada siswa yang cemas ketika menunggu pengumuman hasil seleksi masuk ke perguruan tinggi, siswa tersebut cemas karena teman yang lebih pintar dan memilih program studi sama dengan pilihannya tidak lolos seleksi. Siswa tersebut lalu berdoa dan melakukan kegiatan untuk dapat mengalihkan kecemasan yang sedang di rasakanya. Kecemasan pada diri siswa tersebut berangsur-angsur mulai berkurang dan menjadi lebih tenang menunggu pengumuman seleksi masuk ke perguruan tinggi. Siswa tersebut mampu mengatasi kecemasan yang dirasakan dan menyadari bahwa cemas yang berlebihan hanya akan membuatnya semakin takut untuk menunggu pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi. 22 d. Aspek Seleksi Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku sesuai dengan situasi yang terjadi. Seseorang yang mampu menyeleksi tingkah lakunya akan terhindar dari hal-hal negatif dari tingkah laku yang dilakukannya. Seleksi tingkah laku dapat mempengaruhi perkembangan pribadi individu karena ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku, ketidakmampuan dalam menyeleksi tingkah laku akan berdampak pada munculnya perasaan tidak percaya diri, panik, bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi yang sulit. Sebagai contoh, ketika guru memberikan tugas, ada beberapa siswa yang mencontek pekerjaan temannya, melihat temannya yang mencontek lalu siswa lain ikut-ikutan mencotek karena siswa tersebut merasa tidak mampu dan tidak yakin dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa siswa terpengaruh teman yang mencotek dan tidak berusaha untuk memilih tindakan lain selain mencontek walaupun masih ada cara lain dalam menyelesaikan tugas tersebut seperti bertanya kepada teman yang lebih menguasai atau mencari jawaban dari sumber lain, sehingga tingkah laku yang terlihat adalah siswa ikut-ikutan mencontek. Siswa tersebut merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas dan tidak menyadari dan memahami bahwa mencontek merupakan tindakan yang kurang baik bagi seorang siswa. 23

5. Pengaruh Efikasi Diri pada Tingkah Laku