70
Gambar 6. Diagram Pie Kecenderungan Skor Kesiapan Kerja Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari sampel 83
siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 1 Sedayu terdapat sebanyak 63 siswa 76 memiliki kecenderungan
kesiapan kerja dalam kategori sangat tinggi, 19 siswa 23 memiliki kecenderungan kesiapan kerja dalam kategori tinggi, 0 siswa 0
memiliki kecenderungan kesiapan kerja dalam kategori rendah dan 1 siswa 1 memiliki kecenderungan kesiapan kerja dalam kategori sangat
rendah.
2. Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kesiapan Kerja
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan terhadap kesiapan kerja
siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 1 Sedayu. Hal ini ditunjukkan dari persamaan regresi analisis regresi linier sederhana Y =
40,288 + 0,508 X
1
, korelasi R sebesar 0,241 dan koefisien determinasi R
2
sebesar 0,058. Artinya apabila variabel kedisiplinan bertambah tinggi
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
23
76 1
71
atau mengalami kenaikan 1, maka variabel kesiapan kerja akan bertambah tinggi pula atau akan naik sebesar 0,508.
Koefisien korelasi X
1
terhadap Y rx
1
,y bernilai positif sebesar 0,241 menunjukkan hubungan yang positif antara kedisiplinan terhadap
kesiapan kerja. Nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,058 berarti bahwa kontribusi kedisiplinan terhadap kesiapan kerja sebesar 0,058 atau
5,8 sedangkan 94,2 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Selain itu, hasil uji t menunjukkan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel 2,234
1,66 pada taraf signifikansi 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kedisiplinan terhadap kesiapan
kerja pada siswa kelas XI SMKN 1 Sedayu. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan semakin baik kedisiplinan siswa maka semakin baik kesiapan kerja siswa. Sebaliknya semakin rendah kedisiplinan siswa, maka
semakin rendah kesiapan kerja siswa. Kedisiplinan merupakan suatu bentuk ketaatan terhadap peraturan
yang dilandasi kesadaran pribadi. Siswa yang mempunyai kesadaran pribadi mampu mempertimbangkan dengan logis segala hal yang akan
diperbuatnya, baik ataukah buruk bagi dirinya. Siswa tersebut biasanya objektif dalam menaati aturan, di mana saja dia berada selalu mematuhi
aturan yang berlaku. Siswa yang unggul dalam kesadaran pribadi juga pandai dalam
mengelola potensi diri, sehingga mempunyai ambisi untuk maju. Siswa
72
tersebut biasanya mempunyai pemikiran lebih maju dan kritis terhadap keadaan. Siswa tersebut sangat tertarik dan lebih berusaha mendalami
bidang keahlian yang ia tekuni. Siswa yang mempunyai kedisiplinan tingkat tinggi selalu bekerja
tepat waktu. Tugas-tugas dari sekolah dikerjakan oleh siswa sesuai waktu yang ditentukan guru. Hal ini menunjukkan siswa berani menerima
tanggung jawab yang diberikan guru. Siswa yang mempunyai kedisiplinan tingkat tinggi sangat patuh pada
aturan yang berlaku di mana ia berada. Aturan dipatuhi karena ia berpikir bahwa aturan membuat kehidupan lebih harmonis. Setiap tempat
mempunyai aturan yang harus dipatuhi. Siswa yang patuh pada aturan biasanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain aturan tertulis yang dipatuhi, ada norma-norma sosial yang harus dijunjung tinggi oleh siswa. Siswa yang berkedisiplinan tinggi selalu
berhati-hati dalam bertingkah laku. Siswa yang menjunjung tinggi norma yang berlaku di suatu tempat berarti ia mempunyai kemauan untuk bekerja
sama dengan orang lain dan menjaga kerukunan. Peningkatan kedisiplinan siswa dilakukan dengan cara-cara berikut:
1 menegakkan aturan sekolah, dijalankan secara konsisten tanpa pandang bulu, 2 menjadikan guru sebagai teladan, mengurangi perintah namun
mengutamakan keteladanan, 3 pembinaan dan latihan. Sekolah dapat membina dengan cara memberikan penghargaan dan hukuman reward
and punishment. Siswa yang berdisiplin baik diberi penghargaan,
73
sedangkan siswa yang kurang disiplin diberi hukuman atau sanksi sesuai pelanggaran yang mereka lakukan. Ancaman sanksi atau hukuman sangat
penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman atau hukuman, dorongan
ketaatan bisa menjadi lemah. Selain pembinaan dari pihak sekolah, peningkatan kedisiplinan harus
diimbangi dengan latihan dari siswa sendiri. Siswa harus berlatih disiplin dengan mematuhi aturan sekolah antara lain: tiba di sekolah sebelum bel
sekolah berbunyi, keluar dari sekolah sesuai waktu yang ditentukan, tepat waktu dalam mengerjakan tugas, berpakaian sesuai ketentuan, tidak makan
dan minum di dalam kelas, tidak mencontek, dan menghormati guru.
3. Pengaruh Kemampuan Komunikasi Interpersonal terhadap