21 sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang tersebut lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan
lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca
perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka Goleman,
2002:136. Wahana pikiran rasional adalah kata-kata sedangkan wahana emosi adalah nonverbal.
Seni membina hubungan sebagian besar merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi Goleman, 2002:59. Orang-orang yang baik dalam ketrampilan ini akan
sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan kelancaran dalam bergaul.
4. Kesiapan Kerja
a. Pengertian Kesiapan Kerja
Kesiapan berasal dari kata siap, yang berarti sudah disediakan tinggal memakai atau menggunakan saja. Slameto 2010:113 menyatakan
kesiapan readiness adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara
tertentu terhadap situasi. Hamzah B. Uno 2006:7 menyatakan kesiapan adalah kapasitas kemampuan potensial baik bersifat fisik maupun mental
22 untuk melakukan sesuatu. Dalyono 2005:52 juga menyatakan bahwa
kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik maupun mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik,
sementara kesiapan mental adalah memiliki minat, motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan.
Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan Malayu SP Hasibuan, 2003:94. Kerja adalah pengorbanan
jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa- jasa dengan memperoleh imbalan tertentu. Kesiapan kerja dijelaskan oleh Meier
dan Atkins 2004:338 sebagai berikut. “Job readiness : the preparation of physical, mental, emotional, and
other vocational resources for entry into competitive employment; work readiness programs may include training to arrive at work on
time, take breaks when appropriate, hygiene and dress, and
cooperation with supervisionmanagement”. Artinya, kesiapan kerja adalah persiapan fisik, mental, emosional, dan
sumber daya kejuruan lainnya untuk masuk ke lapangan kerja yang kompetitif, program-program kesiapan kerja bisa meliputi pelatihan untuk
tiba di tempat kerja tepat waktu, istirahat saat yang tepat, kebersihan dan pakaian, dan kerjasama dengan pengawasan manajemen.
Casner-Lotto 2006:54 dalam Final Report yang berjudul “Are They
Really Ready to Work?” mengemukakan “….workforce readiness is
responsibility of the new entrants themselves ”, artinya kesiapan tenaga
kerja adalah respontanggung jawab dari para pendatang baru sendiri. Pendatang baru yang dimaksud adalah orang yang baru memasuki ke dunia
23 kerja. Buku ini juga menyatakan bahwa institusi pendidikan bertanggung
jawab untuk memberikan pengetahuan dasar yang diperlukan dalam memasuki dunia kerja. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan, kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan kematangan fisik, mental, emosional, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki
individu untuk melakukan suatu pekerjaan.
b. Ciri-ciri Kesiapan Kerja