PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT

39 b. Analisis Biaya-Manfaat Pengendalian Hama Biaya yang dikeluarkan dalam pengendalian hama merupakan total uang yang dikeluarkan untuk membeli pestisida, varietas tahan hama, untuk menyewa alat pengendalian dan membayar tenaga pengendali hama. Manfaat yang diperoleh dari usaha pengendalian hama berupa nilai rupiah dari hasil yang diperoleh. Selisih antara nilai manfaat dan biaya pengendalian hama secara kasar dan dianggap sebagai keuntungan dari usaha pengendalian hama. c. Toleransi Tanaman Terhadap Kerusakan Perlu kita mengerti bahwa semua tanaman tentu memiliki tingkat toleransi terhadap adanya kerusakan yang dikarenakan serangga atau oleh penyebab lainnya. Hal itu berarti bahwa adanya tingkat kerusakan tidak mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu adanya populasi hama tertentu pada tanaman yang kita usahakan mungkin tidak akan mengakibatkan kerugian apapun pada kita. d. Budidaya Tanaman yang Sehat Tanaman yang sehat tentunya akan lebih bertahan terhadap serangan hama bila dibandingkan dengan tanaman yang lemah. Juga tanaman yang sehat akan lebih cepat mengatasi kerusakan yang terjadi akibat serangan hama dengan mempercepat pembentukan anakan atau proses penyembuhan fisiologis lainnya. 40 e. Pemantauan Lahan Sangat sulit atau bahkan tidak bisa bagi kita untuk meramalkan kapan terjadinya letusan hama. Sifat dinamika populasi hama sangat khas pada setiap lahan untuk waktu tertentu. Untuk dapat mengikuti perkembangan hama dan musuh alami di lahan serta menentukan tindakan pengendalian yang perlu dilaksanakan, tidak ada jalan lain selain petani harus mengadakan pemantauan lahannya secara rutin Untung, K, 1996: 17-22. Untuk menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antaralain penggunaan bahan bioaktif insektisida nabati, attraktan, repelen, musuh alami parasitoid dan predator serta patogen, serta penggunaan perangkap berperekat.

F. PESTISIDA NABATI

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman OPT dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan, sedangkan di lain pihak tanpa 41 pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT Kardinan, 2001; Rahmawati, 2012:171 Sejarah menunjukkan bahwa pengendalian hama dengan memanfaatkan pestisida nabati banyak dilakukan sebelum tahun 1940’an. Era setelah itu adalah era pestisida kimiawi, yang kemudian berdampak luas pada kehidupan organisma di muka bumi Haryono, 2011: 2 Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae, namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan lain. Didasari oleh banyaknya jenis tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai insektisida maka penggalian potensi tanaman sebagai sumber insektisida botani sebagai alternatif pengendalian hama tanaman cukup tepat. Rahmawati, 2012:172 Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari bahan hidup. Yang akan diuraikan di sini adalah biopestisida yang terbuat dari tanaman sehingga disebut Pestisida Nabati. Kandungan bahan kimia dalam tanaman tersebut menunjukkan bioaktivitas pada serangga, seperti bahan penolak repellent, penghambat makan antifeedant, penghambat perkembangan serangga insect growth regulator, dan penghambat peneluran oviposition deterrent Alif, dkk, 2012: 68 Sumber utama cemaran pada produk pertanian adalah bahan pestisida sintetik. Untuk mengurangi cemaran tersebut maka salah satu alternatifnya 42 adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan pestisida yang ramah ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah berupa sumber tanaman berkhasiat pestisida nabati. Syakir .M, 2015: 9 Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif single active ingredient, tetapi beberapa jenis bahan aktif multiple active Ingredients . Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa pestisida nabati cukup efektif terhadap beberapa jenis hama, baik hama lapangan, hama gudang maupun hama rumah tangga Kardinan.1997. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas pemandul, pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai bio-degradable di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu sisa-sisa zat mudah hilang. Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. 43 Pestisida Nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat. 2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. 3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 4. Menghambat reproduksi serangga betina. 5. Racun syaraf. 6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga. 7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga. 8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri Syakir,2015:10-12. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat berperan dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan Haryono, 2011: 2