14
Larva berbentuk silindris, berwarna hijau muda, relatif tidak berbulu dan mempunyai lima pasang proleg. Larva Plutella
xylostella terdiri atas empat instar. Larva lincah dan jika tersentuh
akan menjatuhkan diri serta menggantungkan diri pada benang halus. Larva jantan dapat dibedakan dari larva betina karena
memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning. Pada ketinggian 1100-2000 mdpl stadium larva lebih panjang yaitu 12
hari dan dibawah ketinggian 250 mdpl lebih pendek yaitu 9 hari Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010: 96. Rata-rata lamanya
stadium larva instar ke satu adalah 3,7 hari, larva instar ke dua adalah 2,1 hari, larva instar ke 3 adalah 2,7 hari dan larva instar ke
empat adalah 3,7 hari Sastrosiswodjo, et. al.2005:8.
c. Pupa
Setelah cukup umur, ulat mulai membentuk kepompong dari bahan seperti benang sutera abu-abu putih dibalik permukaan daun
untuk menghindari panasnya sinar matahari. Pembentukan kepompong mulai dari dasarnya, sisinya kemudian tutupnya.
Kepompong masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan pernafasan. Pembuatan kepompong ini diselesaikan dalam waktu
24 jam. Setelah selesai, ulat berubah menjadi pupa. Kulit ulat biasanya diletakkan di dalam kepompong namun kadang juga di
luar kepompong Pracaya, 2007: 114
15
Gambar 3. Pupa Plutella xylostella Sumber: Dokumentasi pribadi
Pupa mulanya berwarna hijau, selanjutnya berwarna kuning pucat, dengan warna kecoklatan pada bagian punggungnya.
Panjang pupa 5-6 mm dengan diameter 1,2-1,5 mm. pupa tertutup oleh kokon, dengan masa pupa 3-6 hari Sudarmo.1994
d. Ngengat
Gambar 4. Ngengat Plutella xylostella Sumber:
http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth03.jpg
16
Warna sayap ngengat abu-abu kecoklatan. Warna sayap betina agak pucat. Pada saat istirahat kedua sayapnya menutupi
tubuh dan seakan akan ada gambar seperti jajaran genjang yang berwarna putih seperti berlian, oleh karena itu, ngengat ini disebut
dengan ngengat punggung berlian Pracaya, 2007: 113. Ngengat betina mampu bertelur sebanyak 180-320 butir telur dan diletakan
pada bagian bawah daun tanaman. Ngengat menghisap madu keluarga Cruciferae. Musuh alami yang dapat menghambat
perkembangan ulat ini antara lain burung gereja, prenjak dan capung. Rukmana, Rahmad, 1997: 76-77
4. Aktifitas Makan Hama
Plutella xylostella
Serangga akan menghadapi dua ha1 untuk memulai aktivitas makannya yaitu yang pertama adanya rangsangan-rangsangan untuk
inisiasi aktivitas makan feeding stimulant dalam tanaman yang memberikan masukan isyarat untuk pengenalan jenis makanan dan
menjaga aktivitas makan, dan yang kedua adalah pendeteksian kehadiran senyawa-senyawa asing foreign compound yang dapat
bersifat sebagai penghambat makan sehingga dapat memperpendek aktivitas makan atau bahkan menghentikan aktivitas makan sama
sekali Dadang dan Kanju, 2000: 30. Hama ini aktif makan pada malam hari nocturnal.
17
5. Kerusakan yang diakibatkan hama
Ulat Plutella xlostella dapat menyerang tanaman mulai dari proses pembibitan sampai dengan saat panen. Hingga saat ini
pengendalian hama Plutella xylostella di Indonesia masih ditujukan pada pengendalian secara kimia saja Sembel, 2010: 214. Serangan
hama ini sangat cepat sehingga dalam waktu beberapa hari saja tanaman yang diserang sudah menjadi rusak Surachman dan Widada,
2007: 55-56
Gambar 5. Kerusakan Akibat Serangan Hama Plutella xylostella Sumber: Dokumentasi pribadi
Ulat bersembunyi di bagian bawah daun sambil makan. Biasanya yang dimakan ulat hanya daging daun. Kulit ari pada bagian permukaan
daun sebelah atas tidak dimakan sehingga disebut juga hama putih hama bodas. Jika kulit ari yang diserang menjadi kering, daunnya akan
sobek dan kelihatan berlubang-lubang. Apabila serangan menghebat, yang tertinggal hanyalah tulang daun sehingga bentuk daun seperti
18
wayang kulit. Oleh karena itu ada yang menyebut hama ini sebagai hama wayang Pracaya, 2007: 112
B. TANAMAN SAWI Brassica juncea L.
Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukan pembudidayaan berbagai jenis tanaan sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari
luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayuran. Diantara
bermacam-macam jenis sayuran yang dibudidayakan di Indonesia adalah sawi yang memiliki nilai komersial dan prospek yang baik. Selain ditinjau
dari aspek klimatologis, aspek teknis, dan aspek ekonomi, aspek sosial juga sangat mendukung, sehingga sawi memiliki kelayakan untuk diusahakan di
Indonesia Haryanto, 2003. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan sayuran, baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang
kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau disebut juga sawi bakso, caisim, atau
caisim. Selain itu, terdapat pula sawi putih disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang
disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur untuk membedakannya dengan caisim Haryanto, 2003. Pengembangan budidaya sawi
mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan
19
agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan pengembangan budidaya sawi
antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut. Di samping
itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai Arinong dkk., 2008: 76.
Tabel 1. Produktivitas tanaman sawi DIY
Daerah Istimewa Yogyakarta Indikator
Satuan 2010
2011 2012
2013 2014
2015
Luas panen Ha
613 635
604 525
518 588
Produksi Ton
6756 7157
6603 6447
5605 64524
Produktivitas TonHa
11,020 11,270
10,932 12,280
10,821 109,73
Sumber: http:aplikasi.pertanian.go.idbdsphasilKom.asp
Tabel
1 di atas merupakan data produktivitas tanaman sawi DIY dari tahun 2010 hingga 2015. Produktivitas tanaman sawi tertinggi adalah pada
tahun 2013 dengan produktivitas sebanyak 12.280 tonHa dan produktivitas terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 10,270 tonHa.
1. Jenis-jenis Sawi
Brassica juncea L.
Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga macam jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan
sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal sawi caisim alias sawi
20
bakso. Selain jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi keriting dan sawi monumen Haryanto dkk, 2003: 9.
a. Sawi putih atau sawi jabung
Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang
paling enak di antara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat dibudidayakan di tempat yang kering. Bila sudah dewasa jenis
sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua. Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus. Batangnya pendek,
tetapi tegap dan bersayap Haryanto dkk, 2003: 10.
b. Sawi hijau atau sawi asin
Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Rasa pahit
pada daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara pengasinan Haryanto dkk, 2003: 10.
Sawi hijau berukuran lebih kecil dibandingkan sawi jabung atau sawi putih. Daun sawi jenis ini lebar seperti daun sawi
putih, tetapi warnanya lebih hijau tua. Batangnya sangat pendek, tetapi tegap. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi
kuat. Varietas sawi hijau banyak dibudidayakan di lahan yang kering , tetapi cukup pengairannya Haryanto dkk, 2003: 10.