Data Hasil Pengamatan Jumlah Mortalitas Hama

65 Tabel 6. Rata-rata Mortalitas Larva Plutella xylostella Instar III pengamatan pertama. Dosis Perasan Daun Tembakau Rata-rata mortalitas ± SD 0,60 ± 0,54 ab 2,5 0,00 ± 0,00 a 5 0,20 ± 0,44 a 7,5 1,40 ± 1,14 b 10 1,00 ± 1,22 ab Total 0,64 ± 0,90 Keterangan: Huruf yang sama menunjukan rata-rata persentase mortalitas yang sama. Berdasarkan analisis yang tertera pada Tabel 6 menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata mortalitas hama Plutella xylostella sampai pada kenaikan dosis perasan daun tembakau Nicotiana tabacum 7,5 kemudian terjadi penurunan rata-rata mortalitas hama Plutella xylostella pada dosis 10. Hal ini terjadi karena pestisida nabati perasan daun tembakau belum bekerja secara optimal. Sesuai dengan pendapat dari Rahmawati 2012 yang menyatakan bahwa, daya racun pestisida nabati tidak sekuat pestisida kimia sehingga tidak langsung membunuh dan mempengaruhi siklus hidup hama serta cepat terurai apabila terkena sinar matahari sehingga harus diaplikasikan lebih sering. Oleh karena itu, pada penyemprotan pertama data mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III masih fluktuatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada penyemprotan pertama menggunakan perasan daun tembakau Nicotiana tabacum menyebabkan kematian terhadap larva hama Plutella xylostella instar III, dengan persentase mortalitas tertinggi pada dosis 7,5. 66 Tabel 7. Rata-rata Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella pengamatan kedua. Dosis Perasan Daun Tembakau Rata-rata mortalitas hama Plutella xylostella ± SD 2,00 ± 1,41 a 2,5 1,20 ± 1,09 a 5 2,00 ± 1,41 a 7,5 2,20 ± 1,92 a 10 3,00 ± 0,70 a Total 2,08 ± 1,38 Keterangan: Huruf yang sama menunjukan rata-rata mortalitas yang sama. Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukan rata-rata mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III yang paling rendah setelah aplikasi perstisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum penyemprotan yang kedua yaitu pada kelompok perlakuan dengan dosis perasan daun tembakau Nicotiana tabacum 2,5 yaitu sebesar 1,20 ekor dengan standar deviasi sebesar 1,09 ekor. Sedangkan mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III yang paling tinggi pada kelompok perlakuan perasan daun tembakau Nicotiana tabacum 10 yaitu sebesar 3 ekor dengan stadandar deviasi 0,70 ekor. Pada tabel rata-rata mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III penyemprotan kedua, menunjukan bahwa semakin tinggi dosis pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum yang di aplikasikan terhadap hama maka semakin tinggi pula mortalitasnya. Hal ini menyatakan bahwa kenaikan dosis pestisida nabati daun tembakau Nicotiana tabacum berbanding lurus dengan jumlah zat aktif yang ada di dalam perasan daun tembakau tersebut, oleh karena itu daya bunuh yang ditimbulkan semakin tinggi untuk membunuh 67 larva hama Plutella xylostella instar III. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori dari Ambarningrum 1998 yang menyatakan bahwa mortalitas larva hama akan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis perlakuan pestisida nabati yang diaplikasikan. Senyawa alkaloid dan terpenoid yang sangat berpotensi sebagai penghambat makan dan bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan hama mati. Gangguan metabolisme juga disebabkan terdapatnya senyawa tanin dalam makanan yang dapat mengganggu aktivitas enzim pencernaan hama. Pada pengamatan ketiga seluruh larva hama Plutella xylostella instar III sudah mati. Hal ini disebabkan hama Plutella xylostella sudah tidak dapat toleransi dengan keadaan lingkungan dan dari pengaruh paapran pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijono 1999 menyatakan bahwa semakin tinggi dosis yang digunakan, maka kandungan bahan dalam larutan juga lebih banyak sehingga daya racun dari pestisida nabati semakin tinggi. Nikotin merupakan senyawa aktif yang dapat membunuh serangga. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kardinan 2014 bahwa nikotin bekerja sebagai fumigant yang akan menguap dan menembus secara langsung ke integumen ulat dan akan menyerang sistem pernafasan ulat tersebut. Nikotin akan masuk ke dalam tubuh ulat melalui spirakel dalam sistem trakhea dan menyebabkan sistem syaraf