Data Hasil Analisis Statistik Mortalitas Larva Hama

67 larva hama Plutella xylostella instar III. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori dari Ambarningrum 1998 yang menyatakan bahwa mortalitas larva hama akan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis perlakuan pestisida nabati yang diaplikasikan. Senyawa alkaloid dan terpenoid yang sangat berpotensi sebagai penghambat makan dan bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan hama mati. Gangguan metabolisme juga disebabkan terdapatnya senyawa tanin dalam makanan yang dapat mengganggu aktivitas enzim pencernaan hama. Pada pengamatan ketiga seluruh larva hama Plutella xylostella instar III sudah mati. Hal ini disebabkan hama Plutella xylostella sudah tidak dapat toleransi dengan keadaan lingkungan dan dari pengaruh paapran pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijono 1999 menyatakan bahwa semakin tinggi dosis yang digunakan, maka kandungan bahan dalam larutan juga lebih banyak sehingga daya racun dari pestisida nabati semakin tinggi. Nikotin merupakan senyawa aktif yang dapat membunuh serangga. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kardinan 2014 bahwa nikotin bekerja sebagai fumigant yang akan menguap dan menembus secara langsung ke integumen ulat dan akan menyerang sistem pernafasan ulat tersebut. Nikotin akan masuk ke dalam tubuh ulat melalui spirakel dalam sistem trakhea dan menyebabkan sistem syaraf 68 ulat terganggu. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III. Dalam keadaan murni senyawa nikotin mempunyai daya racun yang tinggi jika dibandingkan dengan daya racun insektisida nikotin hidroklorida atau nikotin sulfat. Nikotin sebagai bahan dasar insektisida yang digunakan sebagai campuran yang dilarutkan dalam air sehingga dalam larutan air tersebut mengandung 40 senyawa nikotin Siswandono dan Soekardjo, 1995. Setelah dilakukan aplikasi pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum terhadap larva hama Plutella xylostella instar III, terjadi perubahan perilaku larva hama Plutella xylostella instar III . Dalam penelitian ini timbul beberapa gejala di antaranya hama Plutella xylostella instar III bergerak ke atas menempel pada kelambu tutup. Hal tersebut terjadi akibat pengaruh flavaniod yang terkandung dalam pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum . Djojosumarto 2000 mengemukakan bahwa, flavonoid berfungsi sebagai racun pernapasan atau inhibitor pernapasan sehingga saat hama melakukan pernapasan, flavonoid akan masuk bersama udara O 2 melalui alat pernapasannya. Setelah melakukan pernapasan maka flavonoid akan menghambat system kerja pernapasan di dalam tubuh hama sehingga hama Plutella xylostella akan bergerak aktif untuk mencari udara segar. Namun hal ini tidak berlangsung lama, 69 dimana larva hama Plutella xylostella kembali aktif makan dan membentuk lipatan pada daun. Pestisida nabati perasan daun tembakau ini mengandung zat aktif nikotin yang berperan sebagai racun pernafasan, racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas. Hama Plutella xylostella yang menghirup pestisida nabati perasan daun tembakau menyebabkan hama tergelepar sehingga akhirnya mengalamim kematian Djojosumarto, 2000. Pada penelitian ini ditemukan larva Plutella xylostella mati dan terjatuh di atas tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soemitra 2005 yang menyatakan bahwa racun pernafasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernafasan misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernafasan sehingga hama mati akibat tidak bisa bernafas. Sehingga pada penelitian ini ditemukan larva Plutella xylostella yang mati dan tergelepar jatuh ke tanah. Biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk hama yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya Djojosumarto, 2000. Selain itu daun tembakau juga mengandung senyawa aktif seperti terpenoid. Terpenoid memiliki rasa yang pahit dan bersifat antifeedant yang dapat menghambat aktivitas makan serangga, Anggraini, dkk. 2009 dan Maryanti, dkk 2006. Dengan adanya penyemprotan pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum maka aktivitas makan Plutella xylostella terhadap daun sawi berkurang 70 sehingga hama akan kekurangan nutrisi, hal inilah yang akan mengakibatkan hama Plutella xylostella mati. Terpenoid juga bersifat sebagai penolak serangga repellant karena ada bau menyengat yang tidak disukai oleh serangga sehingga serangga tidak mau makan. Selain sebagai racun pernafasan senyawa ini berperan sebagai racun perut yang dapat mematikan serangga. Senyawa ini akan masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang mereka makan, kemudian diserap oleh saluran pencernaan tengah. Saluran ini berfungsi sebagai tempat perombakan makanan secara enzimatis. Senyawa terpenoid tersebut dapat mempengaruhi fungsi syaraf yaitu menghambat enzim kolinenterase, sehingga terjadi gangguan transmisi rangsang yang mengakibatkan menurunnya koordinasi kerja otot, konvuli dan kematian serangga. Menurut Sri Rahmi 2015 berdasarkan cara masuk pestisida dalam hal ini pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum masuk kedalam tubuh Plutella xylostella dapat dinyatakan sebagai racun kontak dan racun pernafasan. Zat aktif yang berperan sebagai racun kontak dan pernafasan ini adalah alkaloid dalam bentuk nikotin. Senyawa alkaloid pada tembakau merupakan senyawa yang di dominasi oleh nikotin hingga 95 yang bersifat karsinogenik. Jadi senyawa alkaloid yang terdapat pada pestisida nabati perasan daun tembakau didominasi oleh zat aktif nikotin. Nikotin inilah yang dapat 71 menyebabkan mortalitas pada larva hama Plutella xylostella instar III yang telah diaplikasikan pada tanaman sawi Brassica juncea L. Pada penelitian ini ditemukan larva Plutella xylostella mati dan mengering menempel pada permukaan daun. Hal ini sesuai dengan Djojosumarto 2000 yang menyatakan bahwa, sebagai racun kontak, pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh dari larva hama Plutella xylostella yang menyebabkan larva hama Plutella xylostella jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh yang mengering karena dehidrasi. Sebagai racun kontak apabila pestisida dapat langsung masuk ke dalam tubuh hama melalui kulit bersinggungan langsung. Pendapat dari Cottrell 1987 senyawa saponin memasuki tubuh larva melalui kulit dengan proses adhesi dan menimbulkan efek sistemik. Penetrasi senyawa tersebut ke dalam tubuh serangga melalui epikutikula serangga, senyawa tersebut masuk ke dalam jaringan di bawah integumen menuju daerah sasaran. Masuknya saponin mengakibatkan rusaknya lilin pada lapisan kutikula sehingga menyebabkan kematian karena larva mengalami banyak kehilangan air. 72

3. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Perasan

Daun Tembakau Nicotiana tabacum terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Instar III Pengamatan Pertama Dari data mortalitas pada pengamatan pertama setelah penyemprotan pestisida nabati perasan daun tembakau kemudian untuk mengetahi pengaruh pemberian pestisida nabati persan daun tembakau terhadap mortalitas hama Plutella xylostella pada pengamatan pertama dilakukan Uji Anova Satu Arah. Hasil uji Satu Anova Arah ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 8. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Perasan Daun Tembakau Nicotiana tabacum terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Instar III Pengamatan Pertama. ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.560 4 1.640 2.485 .076 Within Groups 13.200 20 .660 Total 19.760 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95 Berdasarkan hasil uji Anova Satu Arah yang tertera pada Tabel 8 menunjukan bahwa nilai sig 0.05, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh dosis pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum terhadap mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III pada penyemprotan pertama. 73

4. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Perasan

Daun Tembakau Nicotiana tabacum terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Instar III Pengamatan Kedua Dari data mortalitas pada pengamatan kedua setelah penyemprotan pestisida nabati perasan daun tembakau kemudian dilakukan Uji Satu Arah untuk mengetahi pengaruh pemberian pestisida nabati perasan daun tembakau terhadap mortalitas hama Plutella xylostella pengamatan kedua. Hasil uji Satu Arah ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 9. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Perasan Daun Tembakau Nicotiana tabacum terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Instar III Pengamatan Kedua ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 8.240 4 2.060 1.096 .386 Within Groups 37.600 20 1.880 Total 45.840 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95 Berdasarkan hasil uji Anova Satu Arah yang tertera pada Tabel 9 menunjukan bahwa nilai sig 0.05, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum terhadap mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III pada penyemprotan kedua. Dari kedua hasil analisis Uji Anova Satu Arah di atas baik pada penyemprotan pertama dan kedua semuanya menunjukan bahwa pemberian pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum tidak berbeda nyata terhadap mortalitas larva hama Plutella 74 xylostella instar III. Hal ini terjadi akibat kelompok kontrol air 0 terkontaminasi oleh pestisida nabati perlakuan daun sirih. Keterbatasan ruang penelitian mengakibatkan mudahnya terjadi kontaminasi pada perlakuan kontrol air. Aroma dari pestisida nabati daun sirih ini sangat menyengat sehingga menimbulkan racun pernafasan bagi larva hama Plutella xylostella instar III pada kelompok kontrol. Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak daun sirih juga dapat menyebabkan mortalitas karena minyak atsiri merupakan salah satu racun pernafasan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Wardani 2009 yang menyatakan bahwa, minyak atsiri sebagai racun pernafasan serangga, seharusnya pada dosis 0 tidak terdapat mortalitas karena pada air murni tidak mengandung zat aktif yang dapat membunuh larva hama Plutella xylostella instar III.

B. Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati Perasan Daun Tembakau

Nicotiana tabacum Terhadap Pemendekan Siklus Hidup Hama Plutella xylostella pada Fase Larva.

1. Data Hasil Pengamatan Jumlah Larva Hama

Plutella xylostella yang Menjadi Pupa Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian terdapat perubahan larva hama Plutella xylostella menjadi pupa. Pupa tersebut dibungkus oleh kokon yang berbentuk jala. Pada awalnya pupa tersebut berwarna hijau, kemudian berubah menjadi warna kekuning-kuningan dan setelah itu menjadi warna coklat. Hal ini sesuai dengan peryataan Winasa 2003 yang menyatakan bahwa bahwa pupa pada awalnya berwarna hijau kemudian menjadi 75 kekuningan dan terahir menjadi berwarna coklat. Data hasil pengamatan pembentukan pupa adalah sebagai berikut. Tabel 10. Pengaruh pemberian pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum terhadap pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella pada Fase Larva. Ulangan Pengamatan Ulangan Perlakuan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rata-rata 28 16 16 8 Keterangan:Keterangan: Pengamatan dilakukan pada tanggal 27, 29 dan 31 Oktober 2016. Jumlah total hama dalam satu tanaman sawi lima ekor. P0: Kontrol air 0 P1: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 2,5 P2: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 5 P3: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 7,5 P4: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 10 P5: Pestisida sintetik Dursban Dari Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa jumlah hama Plutella xylostella instar III yang menjadi pupa mengalami peningkatan dari kelompok kontrol 0 hingga kelompok perlakuan 2,5 kemudian menurun hingga dosis 10. Jumlah larva hama Plutella xylostella instar III yang mengalami perubahan menjadi pupa terbanyak adalah pada kelompok perlakuan 2,5 dengan rata-rata persentase sebesar 28 sedangkan yang mengalami perubahan menjadi pupa paling sedikit adalah kelompok perlakuan 10 yaitu meliliki rata-rata persentase sebesar 8. Pada pengamatan ketiga seluruh larva hama