Kandungan Zat Kimia Tembakau

34 Dikarenakan daya kerja di atas maka pada hewan atau serangga dapat terjadi beberapa hal seperti dibawah: 1. Terjadi aktivitas mendadak pada pusat syaraf. 2. Kerja nikotin berlawanan antagonis dengan antropin. 3. Kombinasi nikotin dengan reseptor tak reversibel Insektisida merupakan racun bagi serangga, dapat memasuki tubuh serangga melalui berbagai bagian tubuh: 1. Dinding Tubuh Dinding tubuh merupakan bagian tubuh serangga yang dapat menyerap insektisida dalam jumlah yang besar. Bagian ini tersusun atas Epikutikula yang terdiri dari lipoprotein terkonjugasi atau terdiri dari protein dan lemak yang terpisah. Dapat pula berisi amina. Paraffin, asam lemak, alkohol, aldehida, keton dan ester hampir selalu ada. Didalam eksokutikula dan endokutikula terdapat protein-bersamak disamping kitin. Kitin merupakan bagian terbesar dari eksokutikula 2. Jalan Pernafasan Berbeda dengan hewan menyusui atau burung, reptil dan ampibi, serangga tidak bernafas dengan paru-paru, tetapi dengan sistem tabung yang disebut dengan trakhea. Trakhea ini memiliki muara pada dinding tubuh dan disebut stigma atau spirakel. 35 Trakhea selalu terbuka dan di dalamnya terdapat cincin spirakel yang terbuat dari kitin. Trakhea bercabang kecil-kecil, disebut trakheola dan dapat mencapai jaringan tubuh serangga. Udara dan oksigen memasuki trakhea secara difusi dibantu dengan gerakan abdomen. Oksigen akan langsung berhubungan dengan jaringan. Insektisida dapat masuk kedalam sistem pernafasan dalam bentuk gas ataupun butir-butir halus yang dibawa ke jaringan-jaringan hidup. 3. Alat Pencernaan Makanan Alat pencernaan serangga terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan, tengah dan belakang. Bagian depan dan belakang memiliki susunan yang mirip dinding tubuh. Dengan demikian penyerapan pada bagian depan dan belakang sama seperti bagian dinding tubuh. Dalam hal ini bagian tengah alat pencernaan makanan tidak memiliki peran khusus. Sastrodihardjo, 1979: 57-58.

D. PESTISIDA SINTETIK

Pestisida berarti pembunuh hama pest: hama dan cide: membunuh dan secara umum pengertian pestisida ini sangatlah luas yang mencakup produk-produk yang digunakan dibidang pengelolaan tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kesehatan hewan, perikanan, penyimpanan hasil pertanian, pengawetan hasil hutan, kesehatan masyarakat termaksud, pengendalian vektor penyakit manusia, bangunan 36 pengendalian rayap, pestisida rumah tangga, fumigasi serta pestisida industri Nikada, 2012. Proses penyebaran pestisida ke lingkungan udara dan air yaitu melalui penyemprotan pestisida yang terbawa angin driff. Sebab utama terjadinya pencemaran lingkungan oleh pestisida adalah pengendapan deposit dan residu pestisida. Deposit ialah bahan kimia pestisida yang terdapat pada suatu permukaan pada saat segera setelah penyemprotan atau aplikasi pestisida, sedangkan residu ialah bahan kimia pestisida yang terdapat di atas atau di dalam suatu benda dengan implikasi penuaan aging, perubahanalteration atau kedua-duanya. Residu permukaan atau residu efektif adalah banyaknya materi yang tertinggal, misalnya pada tanaman setelah aplikasi Pohan, 2004. Pestisida sintetik Dursban adalah salah satu pestisida yang spesifik untuk memberantas hama pada tanaman sawi. Kandungan dalam pestisida sistetik ini adalah klorpirifos, merupakan zat kimia yang mempunyai dampak sebagai racun kontak, racun lambung dan racun pernafasan.

E. PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT

Pada umumnya budidaya tanaman sayuran masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satu diantaranya adalah serangan hama yang dapat menurunkan hasil panen. Ratarata serangan oleh hama penusuk pengisap dapat menurunkan hasil panen sebanyak 40-80, serangan oleh lalat buah dapat menimbulkan kerugian 12-27. Menurut Kardinan 1997, 37 kehilangan hasil panen keseluruhan yang yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tanaman dapat mencapai 40- 55. Pasetriyani,2010: 34 PHT adalah cara pendekatan dalam pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi. Selain pertimbangan ekologi juga termaktub efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agro ekosistem secara menyeluruh. PHT merupakan instrumen penting bagi mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian dan sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan. Karena konsep PHT teruji dalam sikap dan perbuatan yang ramah lingkungan. PHT berawal dari kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat baik bagi lingkungan hidup maupun kesehatan masyarakat. PHT mengendalikan hama secara alami. Pengendalian hama secara alami adalah pengendalian hama yang terjadi di alam tanpa campur tangan manusia. Kita tahu, alam terdiri atas faktor fisik atau non hayati dan hayati . Faktor tersebut dapat menjadi pembatas atau penyekat perkembangbiakan hama. Penggunaan teknik pengendalian hama dalam konsep PHT adalah sebagai berikut: a. Secara kultur teknis menggunakan varietas resisten, mengatur pola bertanam. b. Secara biologis menggunakan musuh-musuh alami. c. Secara mekanis atau fisis misalnya ditangkap, penggunaan umpan beracun dan penggunaan perangkap. 38 d. Secara kimia menggunakan pestisida selektif, seminimal mungkin atau menggunakan pestisida biorasional, dan pestisida botani. Jadi dalam pengendalian hama terpadu perlu dikembangkan upaya pengendalian hama tanaman sayuran yang kompatibel sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia Pasetriyani, 2010: 35 Konsep Pengendalian Hama Terpadu PHT berkembang dan diterapkan sampai saat ini oleh karena dilandasi oleh beberapa prinsip dasar sebagai berikut: a. Pemahaman Sifat Dinamika Ekosistem Pertanian Usaha pengendalian hama, adalah salah satu cara dari proses produksi pertanian guna memperoleh hasil semaksimal mungkin dari lahan pertanian bagi kepentingan petani dan masyarakat luas. Sedangkan proses produksi pertanian meliputi berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan pertanian atau agro-ekosistem yang ditujuan untuk pencapaian sasaran produktivitas tertentu. Jadi PHT merupakan bagian integral dari pengelolaan agro-ekosistem. Oleh karena itu agar diperoleh hasil pengendalian hama yang baik diperlukan pemahaman tentang sifat agro-ekosistem yang sedang dikelola. Sama dengan sifat dari ekosistem-ekosistem lain di biosfer agro- ekosistem dikuasai oleh kaidah-kaidah ekologi yang berlaku secara umum, namun karena terdapat beberapa ciri khas maka dalam penampakannya agro-ekosistem berbeda dengan ekosistem lainnya terutama ekosistem alami.