59
Aplikasi ulat ini dilakukan pada sore hari karena saat sore hari ulat sudah mulai menyerang tanaman sawi. Larva dibiarkan selama satu
hari tanpa pemberian pestisida. Setelah masuk hari ke dua, aplikasi penyemprotan pestisida nabati dilakukan. Penyemprotan pestisida
nabati dilakukan sebanyak tiga kali pada tanggal 26 Oktober 2016, 28 Oktober 2016 dan 30 Oktober 2016. Penyemprotan dilakukan pada
waktu sore hari pada pukul 15.00 hingga 17.00 Julaily, Noorbetha.
2013:172. Setelah itu diamati setiap gejala yang timbul dari larva
tersebut. Pengamatan dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2016, 29 Oktober 2016 dan 31 Oktober 2016.
8. Panen
Tanaman sawi dapat dipanen saat berusia 30 hari dengan ciri-ciri daun tanaman sawi telah memanjang agak membulat dan daun lebar
kemudian sawi dibersihkan dan ditimbang berat basahnya Permadi, 1996.
G. Cara mengukur data
1. Mortalitas hama
Persentase hama yang mati dapat dihitung dari jumlah ulat yang mati pada setiap perlakuan. Persentase dapat dihitung dengan rumus
Amalia.2004:
Persentase hama mati = x 100
60
Pengamatan dilakukan
setiap hari
dengan melihat
dan memperhatikan ulat yang mati selama kurun waktu tujuh hari setelah
aplikasi ulat dalam tanaman sawi tiap pot.
2. Pembentukan Pupa
Pengamatan dilakukan sehari setelah aplikasi pestisida nabati perasan daun tembakau Nicotina tabacum yaitu pada tanggal 27, 29
dan 31 Oktober 2016. Pegamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pupa yang terbentuk.
Persentase larva yang menjadi pupa dihitung dengan rumus: Persentase pupa =
x 100 3.
Tingkat kerusakan daun sawi Pengukuran dilakukan menggunakan kertas Milimeter blok pada saat
panen. 4.
Berat basah sawi. Pengukuran berat basah sawi dilakukan dengan menimbang pada
masing-masing perlakuan. Pengukuran berat basah sawi dilakukan langsung setelah tanaman sawi panen pada akhir penelitian. Hasil
pengukuran akan dimasukan ke dalam tabel.
61
H. Rancangan Analisis
Data mortalitas, pembentukan pupa, tingkat kerusakan daun sawi dan berat basah tanaman sawi dianalisis dengan uji ANOVA Analysis of Variance.
Hasil uji ANOVA yang berpengaruh atau berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT Duncan Multiple Range Test dengan taraf nyata 5
Hanafiah, 2004.
62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengendalian hama Plutella xylostella
tanaman sawi Branssica juncea L. menggunakan perasan daun tembakau Nicotiana tabacum yang meliputi mortalitas larva hama Plutella
xylostella , pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella pada fase larva,
tingkat kerusakan daun sawi Brassica juncea L. dan berat basah sawi Brassica juncea L. akan diuraikan sebagai berikut:
A. Pengaruh Perasan Daun Tembakau Nicotiana tabacum terhadap
Mortalitas Hama Plutella xylostella Instar III
1. Data Hasil Pengamatan Jumlah Mortalitas Hama
Plutella xylostella Instar III
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian didapatkan rata-rata persentase mortalitas larva hama Plutella
xylostella instar III yang telah diberi perlakuan penyemprotan pestisida
nabati perasan daun tembakau Nicotiana tabacum dengan berbagai dosis 0, 2,5, 5, 7,5 dan 10 dan pestisida sintetik Dursban.
Pengamatan mortalitas dilakukan sehari setelah penyemprotan dilakukan. Hasil pengamatan disajikan dalam tabel berikut:
63
Tabel 5. Data hasil Pengamatan Jumlah Mortalitas Hama Plutella xylostella
Instar III
Ulangan Pengamatan
Ulangan perlakuan
Perlakuan P0
P1 P2
P3 P4
P5 1 2 3 1 2
3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
0 3 2 0 0 5 0 4 1 1 0 4 1 2 2 5 0 0
2
0 4 1 0 1 4 1 0 4 0 0 5 0 3 2 5 0 0
3 1 0 4 0 1 4 0 1 4 1 2 2 3 1 1 5 0 0
4 1 0 4 0 1 4 0 0 5 2 0 3 1 2 2 5 0 0
5 1 0 4 0 3 2 0 2 3 3 2 0 0 2 3 5 0 0
Mortalitas 40
24 32
44 60
100
Keterangan: Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pada tanggal 27 Oktober 2016, 29 Oktober 2016 dan 31 Oktober 2016. Jumlah total
hama dalam satu tanaman sawi lima ekor. P0: Kontrol air 0
P1: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 2,5 P2: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 5
P3: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 7,5 P4: Pestisida nabati perasan daun tembakau dosis 10
P5: Pestisida sintetik Dursban
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa persentase mortalitas kematian hama Plutella xylostella instar III mengalami peningkatan
sejalan dengan peningkatan dosis perasan tembakau Nicotiana tabacum
yang diaplikasikan terhadap tanaman sawi, terlihat dari dosis perlakuan 2,5 sampai dengan dosis 10. Persentase mortalitas hama
Plutella xylostella instar III tertinggi ditunjukkan pada kelompok
perlakuan dengan dosis 10 yaitu sebesar 60. Pada kelompok kontrol air 0 terjadi mortalitas sebanyak 40, seharusnya tidak ada
mortalitas pada kelompok kontrol air 0 karena air tidak mengandung zat aktif yang dapat menyebabkan mortalitas pada larva
64
hama Plutella xylostella instar III, namun pada penelitian ini kelompok kontrol terkontaminasi oleh penelitian pestisida nabati lain daun sirih.
Pestisida nabati daun sirih ini mengandung minyak atsiri yang merupakan racun pernafasan sehingga terjadi mortalitas pada
perlakuan kontrol air 0. Pada kelompok perlakuan kontrol pestisida sintetik larva hama Plutella xylostella mengalami mortalitas sebanyak
100 setelah dilakukan penyemprotan yang pertama. Jenis bahan aktif yang terdapat pada pestisida sintetik Dursban tersebut adalah
Klorpirifos, bahan aktif ini merupakan racun pernafasan, racun lambung dan racun kontak bagi hama. Oleh karena itu pada penelitian
ini larva hama Plutella xylostella yang disemprot pestisida nabati mengalami mortalitas 100 setelah dilakukan penyemprotan pertama.
2. Data Hasil Analisis Statistik Mortalitas Larva Hama
Plutella xylostella Instar III
Data mortalitas larva hama Plutella xylostella instar III pada penyemprotan pertama selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk
mengetahui rata-rata dan standar deviasinya. Setelah dilakukana analisis didapatkan data sebagai berikut: