161 mengakaitkan materi yang dibahas dengan kehidupan nyata sehari- hari,
selain itu melalui nasehat, teguran, dan juga kegiatan dalam proses pembelajaran seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,
pemberian tugas, dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Sedangkan untuk pembiasaan karakter yang dilakukan secara khusus
yang berbentuk program memang masih belum ada.
3. Pembahasan
a. Upaya dan strategi penanaman nilai karakter
1 integrasi dalam kegiatan sehari- hari
a Melalui keteladanan
Keteladanan yang sudah dicontohkan oleh bapak ibu guru untuk siswa- siswi di SD N Badran diantaranya adalah datang tidak
terlambat meskipun selalu pas dengan bel tanda masuk, berpakaian rapi dan berseragam, perbuatan yang harus selalu terpuji, sikap religius,
maupun semangat untuk selalu berprestasi, memperbaiki diri, mengajak siswa agar siswa dapat menanamkan sikap religius di dalam dirinya,
berani meminta maaf apabila salah, dan konsekuen terhadap perbuatan yang dilakukan. Melalui keteladanan nilai yang ingin ditanamkan kepada
siswa diantaranya nilai disiplin, tanggung jawab, religius, dan sosial. Temuan di atas, dapat dikatakan bahwa komponen sekolah baik
kepala sekolah dan bapak ibu guru sudah mengambil peran untuk menjadi model dalam memberi contoh untuk para siswa, hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Novan Ardy 2012: 84 bahwa
162 keteladanan merupakan perilaku dan sikap guru dalam memberi contoh
terhadap tindakan yang baik, sehingga diharapkan mampu menjadi panutan dan dapat dicontoh. Novan Ardy juga menjelaskan bahwa
keteladanan dapat ditunjukkan melalui kedisiplinan, kebersihan, kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, kerja keras, dan
percaya diri. Kepala sekolah dan bapak ibu guru selalu berusaha untuk
memberikan teladan yang baik untuk siswanya, agar siswa- siswi SD N Badran khususnya kelas V dapat memiliki rasa tanggung jawab dan
kedisiplinan di dalam dirinya. Siswa juga sudah mengetahui bahwa keteladanan yang dicontohkan oleh bapak ibu guru adalah perbuatan
yang baik. Namun, ternyata melalui keteladanan tersebut siswa- siswi belum sepenuhnya dapat meniru dan menerapkan keteladanan tersebut
dalam aktivitas sehari- hari. Terlihat saat melaksanakan kegiatan apel pagi, siswa masih sulit sekali untuk diatur, ramai dengan temannya, dan
tingkat perhatian kepada guru juga kurang, siswa sudah mengenakan seragam namun terkadang tidak rapi sehingga guru harus mengingatkan.
Terlihat ada salah seorang siswa kelas V yang datang terlambat, ada juga siswa yang tidak masuk tetapi tidak memberikan izin. Siswa juga kurang
menghargai teman, terkadang masih berbicara tidak sopan. Dalam hal ini, jika dilihat dari segi tahapan perkembangan karakter menurut Lickona,
merupakan tahap perkembangan moral. Meskipun siswa mengetahui nilai- nilai yang bisa mereka petik melalui keteladanan dan guru sudah
163 mencontohkan hal yang baik, namun siswa belum tumbuh kesadaran
untuk mengambil nilai dan meniru perbuatan terpuji yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah dan guru.
b Melalui kegiatan spontan
SD N Badran Yogyakarta sudah diselenggarakan kegiatan spontan seperti penggalangan dana. Tidak hanya penggalangan dana
kegiatan spontan yang dilaksanakan di SD N Badran disesuaikan dengan kondisi saat itu, misalnya saja pada saat penelitian ada kegiatan spontan
doa bersama, ceramah setelah selesai upacara karena untuk mengapesiasi prestasi salah satu siswa SD N Badran, latihan bernyanyi untuk
menyambut hari pendidikan nasional, dan guru membantu siswa merapikan seragam maupun jilbabnya apabila terdapat siswa yang tidak
rapi. Cara yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai melalui
kegiatan spontan terutama penggalangan dana guru selalu memberikan pesan- pesan motivasi sebelum siswa melaksanakan penggalangan dana
supaya siswa dapat memiliki rasa sosial. Penggalangan dana untuk korban bencana dilakukan satu sekolah, tetapi jika membantu teman yang
sakit dilakukan per kelas. Doa bersama dilakukan setelah selesai upacara dan dipimpin
oleh salah seorang bapak guru. sebelum doa bersama diinformasikan terlebih dahulu tujuan dari kegiatan tersebut. melalui doa bersama
tersebut dapat menanamkan nilai karakter religius hidup rukun karena
164 mendoakan sesame muslim yang telah meninggal dunia. Selanjutnya
setelah doa bersama guru memberikan kesempatan siswa yang berprestasi untuk menampilkan bakatnya dihadapan kelas I- VI. Siswa
kelas I- VI duduk dihalaman untuk mendengarkan ceramah. Melalui ceramah tersebut nilai yang dapat dipetik oleh siswa adalah religius,
karena terdapat pesan- pesan agar kita sebagai muslim dapat selalu membaca dan mengamalkan Al Quran.
Kegiatan spontan yang lain seperti latihan bernyanyi, guru menyiapkan sound kemudian mengumumkan kepada siswa untuk keluar
kelas dan berbaris sesuai dengan kelas masing- masing untuk latihan bernyanyi, guru pun mendampingi siswa di belakang.
Kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa melaui kegiatan spontan penggalangan dana adalaah siswa
biasanya harus dimotivasi agar menyisihkan uangnya, kadangkala siswa juga sudah menghabiskan uangnya sehingga ia tidak dapat berbagi dan
akhirnya jumlah yang didapatkan juga minim. Namun untuk kegiatan spontan yang lainnya sudah tidak mengalami kendala.
Dari paparan di atas sekolah sudah melakukan penanaman nilai karakter melalui kegiatan spontan. Seperti yang diungkapkan oleh
Masnur Muslich 2012: 176 bahwa contoh dari kegiatan spontan yang dapat dilaksanakan diantaranya adalah menjenguk teman yang sakit,
mengumpulkan sumbangan untuk teman yang sakit. Sedangkan menurut Agus Wibowo 2012: 84 kegiatan spontan misalnya ketika ada peserta
165 didik yang membuang sampah tidak pada tempatnya, berpakaian tidak
rapi, dan berlaku tidak sopan, maka guru atau tenaga kependidikan lainnya segera mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik
tersebut. selain itu apabila terdapat perilaku baik harus diberikan respon pada saat itu juga, misalnya dengan memberikan pujian.
Melalui kegiatan spontan tersebut terutama penggalangan dana siswa sudah dapat memahami mengenai nilai peduli sosial, siswa sudah
menyisihkan uangnya untuk sekedar membantu sesama yang mengalami kesulitan meskipun masih harus dengan motivasi dari guru. Uraian
tersebut menurut teori perkembangan karakter, masuk ke dalam tahapan sikap moral, dikarenakan siswa sudah dapat mengembangkan sikap cinta
kebaikan dan sikap empati dalam dirinya.
c Teguran
Guru selalu memberikan teguran kepada siswa apabila ada siswa yang tidak tertib. Teguran yang dilakukan oleh guru bertujuan agar siswa
memiliki rasa jera dan dapat memperbaiki perbuatannya yang belum sesuai dengan nilai, dan supaya siswa dapat lebih tertib dan disiplin.
Setelah ditegur biasanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan dapat merubah tingkah lakunya meskipun hanya berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek dan harus ditegur berulang- ulang. Teguran dilakukan guru secara langsung dengan lisan. Namun
guru juga menggunakan cara khusus seperti memanfaatkan media elektronik handphone. Apabila teguran secara lisan sudah tidak ditaati
166 dengan siswa, dan perbuatan siswa yang dilakukan sudah masuk ke
dalam tindak kriminal, maka bukan lagi sekolah yang menangani siswa akan tetapi pihak kepolisian. Ini merupakan bentuk kerjasama pihak
sekolah dengan pihak kepolisian untuk membentuk karakter sikap siswa, supaya siswa dapat bertindak sesuai dengan nilai yang diharapkan.
Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat dari Masnur Muslich 2010: 175- 177 yang menyatakan bahwa teguran bertujuan agar peserta
didik dapat mengubah tingkah lakunya. Contoh dari kegiatan teguran Masnur menyatakan ketika ada siswa yang perbuatannya menyimpang,
anak tersebut diberi nasehat agar dapat memperbaiki perbuatan yang tidak baik yang dilakukannya.
Melalui teguran siswa mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya tersebut salah dan tidak sesui dengan nilai, namun siswa
belum menyadari secara penuh kesalahan yang dilakukannya dan belum dapat mengintrospeksi diri. Siswa semata- mata mengubah perilakunya
setelah dilakukan teguran dikarenakan rasa takut kepada guru jika nantinya akan diberikan hukuman atas perbuatannya tersebut. sehingga
perbuatannya cenderung untuk diulang. Dari yang telah dipaparkan tersebut menurut Lickona hal ini masuk ke dalam tahap moral knowing.
Siswa sudah mengetahui perbuatan baik buruk namun belum dapat memahami untuk selalu melakukan pembiasaan berkelakuan terpuji.
167
d Pengkondisian
Kegiatan pengkondisian yang sudah dilakukan di SD N Badran meliputi di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas melalui
pengaturan tempat duduk agar siswa menjadi tertib dan tidak gaduh, pemasangan foto presiden, wakil presiden, garuda pancasila, dan bendera
merah putih agar siswa memiliki rasa cinta tanah air, melalui nasehat agar siswa memiliki kedisiplinan, dan melalui berbagai cara dalam
mengajar seperti terlihat dalam bahasa inggris dengan tepuk konsentrasi, standup- sit down, dan are you ready?, lagu, dan juga simulas.
Di luar kelas telah tersedia sarana dan prsarana seperti tempat cuci tangan, tempat sampah, mushola, lingkungan yang asri, bersih,
perpustakaan, dan laboraturium.Untuk menanamkan nilai peduli lingkungan terdapat slogan tentang kebersihan, terdapat slogan tentang
peduli terhadap diri sendiri seperti slogan mengenai pola hidup sehat, slogan mengenai cinta tanah air, dan slogan terkait dengan nilai
kedisiplinan dan gemar membaca. Proses menanamkan nilai karakter melalui pengkondisian di atas
guru masih mengalami kendala diantaranya adalah kontrol guru yang belum maksimal terlebih jika pergantian jam pelajaran, kemalasan anak
masih dirasakan oleh guru, dan waktu yang tersedia. Penjelasan di atas sesuai dengan salah satu strategi penanaman
nilai karakter melalui intgrasi dalam kegiatan sehari- hari yaitu pengkondisian. Menurut Masnur Muslich 2012: 177 bahwa
168 pengkondisian dapat dilakukan dengan penataan lingkungan sekolah
dengan menyediakan sarana dan prasarana sehingga terciota kondisi yang mendukung
terlaksananya pendidikan
karakter. Contoh
dari pengkondisian
yang dilakukan
Masnur Muslich
menyebutkan diantaranya adalah penyediaan tempat sampah, toilet yang bersih, dan
poster kata- kata bijak. Sedangkan Agus Wibowo menyebutkan penataan alat- alat belajar dan menyediakan tempatnya sehingga sekolah rapi dan
tertata. Meskipun SD N Badran sudah menggunakan upaya dan strategi
pengkondisian yang cukup memadai dan cukup baik untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa, namun tidak serta merta dengan sendirinya
penanaman nilai karakter di SD N Badran ini dapat berjalan dengan mudah dan baik, komponen sekolah harus tetap memberikan motivasi
supaya siswa lebih rajin. Dibutuhkan pula dukungan dari berbagai pihak terutama di lingkungan tempat tinggal rumah, karena tidak sehari penuh
siswa berada di lingkungan sekolah.
2 Melalui kegiatan yang diprogramkan
a Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yang sudah diselenggarakan di SD N Badran seperti upacara bendera setiap hari senin dapat menanamkan nilai cinta
tanah air, displin, dan tanggung jawab. Kegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah, pembelajaran agama, serta mengaji BTA dapat
menanamkan nilai keimanan, ketaqwaan, dan disiplin. Terakhir kegiatan
169 rutin yang diselenggarakan adalah apel pagi menyanyikan lagu Indonesia
Raya untuk menanamkan nilai cinta tanah air. Selain ada kegiatan tersebut terdapat kegiatan piket baik yang dilaksanakan oleh siswa
maupun piket yang dilaksanakan oleh guru. piket guru seperti salam sapa di depan sekolah, menggantikan tugas guru yang sedang ada keperluan,
menerima tamu, membunyikan bel, dan terima- terima telfon. Sedangkan untuk piket siswa yaitu menyapu dan membuang sampah serta
mengangkat kursi utnuk diletakkan di atas meja setelah pembelajaran selesai. Melalui kegiatan piket tersebut nilai yang dapat ditanamkan
kepada siswa adalah tanggung jawab, disiplin, dan peduli lingkungan. Kegiatan rutin di atas sesuai dengan pendapat Masnur Muslich
2012: 177 yang mengemukakan bahwa kegiatan rutin dilaksanakan oleh peserta didik secara terus menerus dan konsisten. Kegiatan tersebut
seperti berbaris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum belajar, piket, upacara, dan sholat berjamaah. Sedangkan Novan Ardi 2012: 84
menyebutkan contoh kegiatan rutin adalah upacara hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, menjalankan ibadah,
berjabat tangan apabila bertemu dengan bapak ibu guru dan teman, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Dari penjelasan di atas, kegiatan rutin SD N Badran yang sudah dilaksanakan sudah sesuai dengan contoh kegiatan yang dikemukakan
oleh kedua ahli dalam teorinya, yaitu Novan Ardi dan Masnur Muslich. Namun dalam pelaksanaannya kegiatan rutin tersebut, ada kegiatan yang
170 belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Contohnya saja kegiatan
piket guru, belum dapat berjalan dengan baik termasuk di dalamnya ada kegiatan jabat tangan, kegiatan baris- berbaris sebelum masuk kelas juga
belum ada, dikarenakan biasanya kegiatan baris- berbaris ini diganti dengan kegiatan baris bersama dari siswa kelas I- kelas VI untuk
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum masuk ke dalam kelas, sehingga setelah apel pagi selesai siswa langsung masuk ke dalam
kelas tanpa berbaris terlebih dahulu. Selain piket pada saat kegiatan upacara juga masih terdapat siswa yang tidak disiplin, lupa mengenakan
perlengkapan upacara. Untuk kegiatan keagamaan, siswa juga masih harus membutuhkan motivasi dari guru, dikarenakan rendahnya nilai
spiritualitas siswa yang berasal dari rumah. Tahapan perkembangan moral melalui penjelasan di atas, menurut
Lickona termasuk ke dalam tahap pengetahuan moral, karena siswa sudah paham bahwa kegiatan- kegiatan tersebut mengandung nilai yang
baik, tetapi siswa belum dapat mengambil nilai karakter yang terdapat di dalam kegiatan tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
3 Pengintegrasian dalam budaya sekolah
a Penanaman nilai karakter melalui budaya sekolah di sekolah
Pengintegrasian penanaman nilai- nilai karakter dalam budaya sekolah melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah diantaranya
adalah kegiatan pentas seni, infaq, dan perayaan hari kenegaraan hari nasional. Kegiatan pentas seni dilaksanakan setiap acara tutup tahun,
171 namun tidak setiap tahun melainkan 2 tahun sekali secara selang- seling
dikarenakan masalah anggaran yang dihadapi. Selain kegiatan pentas seni ada kegiatan seminar yang diikuti oleh guru-guru di luar sekolah. Baik
seminar yang berhubungan dengan nilai karakter ataupun mengenai pembelajaran.
Kegiatan infaq di SD N Badran sudah berjalan dengan baik dilakukan 2 kali dalam 1 minggu yaitu hari senin dan hari jumat.
Kegiatan infaq dilaksanakan per kelas kemudian dikumpulkan menjadi satu dengan kelas lain dan dikelola oleh sekolah. selain infaq kegiatan
perayaan hari kenegaraan juga temasuk ke dalam penanaman nilai karakter dalam budaya sekolah melalui kegiatan di sekolah dan sudah
dilaksanakan, meskipun tidak semua hari besar kenegaraan hari nasional diperingati oleh sekolah.
Nilai yang dapat ditanamkan melalui budaya sekolah di sekolah diantaranya adalah nilai karakter saling menghargai toleransi, percaya
diri, kreatif, keikhlasan, rela berkorban, kebersamaan, religious, cinta tanah air, disiplin, dan tanggung jawab. Dalam melaksanakan budaya
sekolah masih terdapat kendala untuk melaksanakannya. Kendala tersebut diantaranya adalah kedisiplinan siswa, dukungan orang tua
siswa, kesadaran sosial dalam diri siswa, pendanaan, waktu, dan juga karakteristik anak yang berbeda- beda.
Kegiatan- kegiatan tersebut di atas, sudah menjadi agenda sekolah yang selalu dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sudah terencana dan
172 terjadwal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Agus Wibowo 2012:
93 bahwa pengembangan nilai- nilai karakter melalui budaya sekolah antara lain melalui kegiatan di sekolah. kegiatan sekolah telah dirancang
pada awal tahun dan dimasukkan ke dalam kalender akademik serta biasa dilakukan dalam kegiatan sehari- hari baik oleh kepala sekolah, guru,
ataupun siswa. Dalam budaya sekolah yang dilaksanakan di lingkup sekolah,
siswa sudah tidak lagi sekedar mengetahui bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang positif, tetapi siswa sudah memahami bahwa
melalui kegiatan tersebut dapat menumbuhkan nilai toleransi, nilai percaya diri, keberanian, kreatifitas, dan tanggung jawab, cinta tanah air,
patriotisme, rela berkorban, disiplin, religius dan peduli sosial meskipun harus terus diberikan motivasi tanpa henti, dan guru tidak dapat
melepaskan tanggung jawabnya harus terus memonitor siswa, sehingga karena siswa telah memahami nilai yang bisa mereka dapatkan, dorongan
untuk selalu melakukan kegiatan positif itu muncul dan akan menjadi sebuah kebiasaan. Sesuai dengan tahapan perkembangan karakter yang
dikemukakan oleh Lickona, masuk ke dalam tahapan perilaku moral. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penanaman nilai
melalui kegiatan tersebut, guru menggunakan pendekatan penanaman nilai dan pembelajaran berbuat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Superka Masnur Muslich, 2010: 107 bahwa terdapat 5 macam pendekatan, 2 diantaranya adalah pendekatan penanaman nilai
173 dan pembelajaran berbuat. Pendekatan penanaman nilai adalah
penekanan nilai- nilai sosial agar nilai tersebut diterima oleh siswa dan siswa dapat merubah nilai yang tidak sesuai dengan nilai- nilai sosial
yang diinginkan, sedangkan pendekatan pembelajaran berbuat adalah pendekatan yang memberi kesempatan siswa untuk melakukan perbuatan
yang sesuai dengan moral. Jadi, guru tidak hanya sekedar ingin menyampaikan nilai
karakter kepada siswa, agar nilai tersebut dapat dimilki oleh pribadi siswa, tetapi guru juga memberikan kesempatan kepada siswa secara
langsung dalam memetik nilai karakter sehingga dengan begitu nilai karakter dapat dipahami dan diterapkan dengan mudah oleh siswa,
karena siswa memiliki peranan secara langsung.
b Penanaman nilai karakter melalui budaya sekolah di kelas
Hasil penelitian, peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa kegiatan untuk menanamkan nilai karakter peduli lingkungan, tanggung
jawab, kerja keras, dan kompetitif dalam pengintegrasian melalui budaya sekolah di kelas ialah melalui lomba kebersihan antar kelas yang
dilaksanakan 1 bulan sekali, dengan menyediakan piala bergilir untuk pemenangnya. Selain lomba kebersihan kelas, budaya di kelas yang dapat
menanamkan nilai karakter untuk siswa adalah dengan pemasangan tata tertib dan aturan kedisiplinan di setiap kelas. Melalui pemasangan tata
tertib ini diharapkan mampu menanamkan kedisiplinan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Agus Wibowo 2012: 93 yang
174 menyatakan bahwa budaya sekolah di kelas dilaksanakan melalui proses
pembelajaran maupun
kegiatan yang
telah dirancang
untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari kegiatan- kegiatan tersebut di atas, SD N Badran sudah dapat melaksanakannya. Dengan pemasangan tata tertib siswa sudah
dapat menjadi lebih disiplin. Namun dalam pelaksanaannya masih harus terus membutuhkan motivasi dari guru. Menurut tahap perkembangan
karakter, hal ini masuk ke dalam tahapan pengetahuan moral. Siswa mengetahui bahwa tata tertib dapat menjadikan disiplin, namun siswa
belum dapat mengimplementasinya dalam kehidupan sehari- hari. Melalui kegiatan lomba kebersihan siswa juga sudah dapat
menjaga kebersihan lingkungannya. Kegiatan lomba kebersihan dapat mengembangkan aspek afektif maupun psikomotor siswa. afektif
didapatkan melalui nilai karakter yang dipetik melalui kegiatan, sedangkan aspek psikomotor didapatkan saat siswa bergerak
membersihkan ruangan kelas masing- masing. Jika dilihat, melalui penjelasan di atas, tahapan perkembangan karakter masuk ke dalam tahap
perilaku moral. Siswa sudah membiasakan setiap hari untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, sehingga terlihat bahwa lingkungan
SD N Badran bersih dari sampah yang berserakan.
c Luar kelas
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengintegrasian penanaman nilai karakter kepada siswa dalam budaya sekolah melalui
175 kegiatan luar sekolah SD N Badran melakukan beberapa kegiatan.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan di SD N Badran diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler, kunjungan ke tempat bersejarah seperti
museum, dan kegiatan membersihkan tempat- tempat di sekitar sekolah, sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler ada ekstrakurikuler BTA,
bahasa inggris, TIK, pramuka, drumband, dan pencak silat. Melalui kegiatan luar kelas tersebut nilai karakter yang dapat ditanamkan
diantaranya adalah rasa ingin tahu, disiplin, cinta damai, kreatif, kerjasama, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, tanggung jawab, dan
peduli lingkungan. Proses guru untuk menanamkan nilai karakter melalui
ekstrakurikuler guru berusaha memberikan nasehat, memberikan motivasi melalui kegiatan- kegiatan di dalamnya. Untuk cara yang
digunakan dalam menanamkan nilai karakter melalui kunjungan museum guru hanya memberi pesan- pesan dan umpan balik pembuatan laporan
setelah kunjungan. Sedangkan untuk membersihkan tempat umum cara yang dilakukan untk menanamkan nilai karakter dengan memberikan
arahan sebelum melaksanakan kegiatan dan mendampingi siswa saat melakukan kegiatan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Mamat Supriatna 2010:3 bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan
pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam atau luar lingkungan sekolah untuk
176 memperluas
pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan
menginternalisasikan nilai- nilai atau aturan- aturan agama serta norma- norma sosial, baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk
insan paripurna. Siswa SD N Badran sudah mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan melalui budaya sekolah luar kelas dengan baik. Namun nampaknya dari kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan tersebut, belum
sepenuhnya dapat menjadikan karakter siswa lebih baik. Siswa hanya asal mengikuti saja dan menganggap bahwa kegiatan tersebut hanya
sebagai rutinitas, tetapi belum bisa mengambil manfaat dari kegiatan itu. Dari paparan di atas menurut teori Lickona, masuk ke dalam tahap
pengetahuan moral. Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru sudah menanamkan nilai
karakter kepada siswa dalam budaya sekolah melalui kegiatan luar sekolah yang sudah dilaksanakan di SD N Badran dan guru juga harus
terus memberikan dukungan kepada siswa supaya nilai karakter yang diperoleh siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat diterapka dengan
baik.
d Pengintegrasian ke dalam bidang studi
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru sudah mencantumkan nilai- nilai karakter baik di dalam RPP maupun silabus.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Agus Wibowo 2012: 84 mengungkapkan bahwa pengembangan nilai- nilai budaya dan karakter
177 dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata
pelajaran. Nilai- nilai tersebut tercantum dalam silabus maupun RPP. Nilai- nilai yang tercantum diantaranya adalah disiplin, cita tanah air,
toleransi, tanggung jawab, kerja keras, ingin tahu, aktif, religious, kerjasama, dan kreatifitas. Namun untuk pelaksanaannya guru tidak
terpatok pada nilai yang sudah dicantumkan dalam silabus maupun RPP, nilai karakter yang ditanamkan kepada siswa, guru hanya menyesuaikan
sesuai dengan materi pembelajaran saja, tidak harus nilai karakter di RPP yang disampaikan. Ada juga beberapa silabus dan RPP yang tidak
mencantumkan nilai karakter. Pelaksanaan pembelajaran guru juga sudah menyisipkan nilai-
nilai karakter. Guru menyesuaikan dengan kondisi saat itu dan untuk menanamkan nilai karakter melalui integrasi mata pelajaran ini, guru
melakukan pembiasaan dan keteladanan. Untuk pembiasaan hanya beberapa mata pelajaran saja yang terlihat adanya pembiasaan, seperti
mata pelajaran agama yang membiasakan siswa untuk tadarus surat pendek sebelum pembelajaran, mata pelajaran bahasa inggris yang
membiasakan siswa untuk berbaris apabila akan menilaikan hasil pekerjaannya. Namun untuk mata pelajaran yang lain belum terlihat.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun kurang bervariasi, hanya pembelajaran bahasa inggris yang sudah menunjukkan adanya
variasi guru dalam mengajar. Saat pengamatan, peneliti sering menjumpai guru menggunakan metode keaktifan siswa, siswa selalu
178 diberi kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan
menjawab pertanyaan- pertanyaan dari guru. Kurangnya variasi ini, ditakutkan dapat memberikan pengaruh bagi karakter siswa yang hanya
bersifat sementara. Selain variasi dibuthkan pula kesiapan dari seorang guru untuk mengelola kelas supaya pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan nilai- nilai karakter dapat diterima dan dibiasakan oleh siswa.
179
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
1. Proses penanaman nilai karakter di SD N dilakukan dengan cara:
a. Pengintegrasian dalam kegiatan sehari- hari yang meliputi
1 Keteladanan seperti berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya,
berkata sopan, dan selalu menjaga kebersihan sekolah dengan membuang sampah pada tempatnya
2 Kegiatan spontan diantaranya infaq untuk penggalangan dana, doa
bersama, dan mengapresiasi prestasi siswa dengan menampilkan bakatnya.
3 Teguran, yaitu teguran secara lisan, tindakan, dan juga
menggunakan media elektronik dan kerjasama dengan pihak kepolisian.
4 Pengkondisian dilakukan di dalam kelas maupun lingkup sekolah.
pengkondisian yang dilakukan di dalam kelas dengan cara pengaturan tempat duduk, strategi pembelajaran seperti stand- up sit
down untuk menumbuhkan konsentrasi, kegiatan bernyanyi, dan ice breaking
terutama dalam
pelajaran bahasa
inggris, dan
pengkondisian di luar kelas dengan tersedianya sarana prasarana yang menunjang penanaman nilai.